Bullying And Bloody Letters

Pergi Ke Makam Eliza



Pergi Ke Makam Eliza

0"Aku benci kamu, Rima! Selamanya benci! Karna kamu kaka dan keponakanku jadi mati! Pokoknya kamu harus mendapatkan apa yang seperti kaka dan keponakanku rasakan!"     

Kelontang!     

Sebua fas bunga melayang ke udara dan terjatuh pecah berhamburan di atas lantai.     

"Sialan! Kenapa aku selalu kalah?! Kenapa mereka selalu menang?!" teriak Rasty sekali lagi.     

Perasaan kesal di dalam hati Rasty menambahkan rasa dendam di hatinya yang kini semakin menggebu-gebu.     

***     

Malam pun telah tiba, dan Rasty mulai mengumpulkan seluruh keberaniannya.     

Dia hendak mendatangi makam dari Eliza.     

Sesuai dengan perintah dukun yang menyuruhnya untuk menacarikan dua helai rembut dari jasad Eliza.     

Kemarin Rasty belum berhasil membunuh Rima, dan kini dia beralih ke makam Eliza untuk mengambil rambut itu.     

Dengan berpakaian serba hitam jaket hoodie dan celana jeans serta di mulutnya terpasang masker untuk menutupi sebagian wajahnya.     

Sengaja dia menyembunyikan identitasnya agar tidak ada yang mengenalinya kalau-kalau ada yang melihatnya.     

Hari ini memang tepat di bulan purnama, bulan bulat sempurna, menerangi malam ini.     

Dan mengiringi langkah kaki Rasty, yang sudah mulai memasuki area makam Eliza.     

"Sial! Kenapa suasana di area makam ini terasa sangat mencekam sekali sih!" gumam Rasty.     

Namun meski merasa sangat takut dan merinding, karna bunyi binatang malam yang saling bersahut-sahutan.     

Tapi Rasty tak peduli, karna yang terpenting saat ini dia mendapatkan apa yang dia inginkan.     

"Aduh, sial! Tapi aku tidak boleh menyerah, aku harus mendapatkan apa yang aku mau, agar aku bisa benar-benar terlepas dari arwah sialan itu!"     

Sambil bergumam dan merasa sedikit was-was, Rasty mulai mencari letak kuburan Eliza, dengan menyalakan senternya sebagai alat penerangannya.     

"Di mana, letaknya?"     

Lalu dia mengingat-ingat letak tepatnya.     

Dan setelah itu akhirnya Rasty berhasil menemukan letak tepat makam Eliza.     

"Hahaha! Ya tidak salah lagi, ini dia tempatnya,"     

Tanpa berpikir panjang lagi, Rasty segera menggali makam itu hanya menggunakan dengan tangan saja.     

"Kalau aku menggalinya tepat, di bagian batu Nisan, maka aku akan mendapatkan tepat di bagian kepalanya, yang artinya aku tidak perlu bersusah payah menggali keseluruhan." Gumam Rasty.     

Dengan seluruh tenaganya dia pun menggali makam itu sesekali dia melihat ke kiri dan kanan untuk memastikan tidak ada siapa pun yang melihat apa yang sedang dia lakukan.     

Kurang lebih hampir satu jam dia menggali makam Eliza hanya dengan menggunakan tangan saja, dan aroma menyengat mulai tercium di bagian hidungnya.     

"Ah, sial! Kenapa bau sekali! Dan kenapa aku tadi tidak membawa cangkul atau scop, kalau begini kan jadi memakan waktu lama," gumam Rasty.     

Dan tiba saatnya dia sudah sampai di bagian peti mati Eliza.     

Dan di saat itu seketika Rasty merasa sangat merinding, dari atas makam terdengar suara yang memanggil namanya.     

"Tante Rasty, mau apa?"     

Dan seketika Rasty pun melihat ke atas, rupanya di sana sudah ada Eliza, yang berdiri tegap dengan wajah pucatnya melihat ke arahnya.     

"Sial! Kenapa kamu bisa ada di sini!?" sergah Rasty yang kaget.     

"Itu jasadku! Kenapa, Tante Rasty, sangat kejam?" tanya Eliza dengan suara yang pelan namun menyeramkan.     

"Haha! Aku memang kejam! Aku memang jahat! Terus kamu mau apa?!" tantang Rasty penuh percaya diri.     

Dan tepat saat itu tubuh Eliza lenyap dari hadapan Rasty.     

Rasty merasa sangat senang melihatnya, dia pikir Eliza tak akan kembali lagi, tapi ternyata tepat di belakangnya terdengar seseorang yang memanggilnya.     

"Tante, tolong cepat pergi, Tante," tukas Eliza.     

Seketika Rasty kembali kaget mendengar ucapan dari Eliza itu.     

"Kenapa kamu masih ada di sini?! Kamu tidak takut dengan ini ya?!" Rasty mengeluarkan jimat dari dalam sakunya, dan tepat saat itu juga tubuh Eliza, kembali lenyap dari hadapannya.     

"Haha! Takut ya?!" cerca Rasty.     

Lalu Rasty pun kembali melanjutkan niat buruknya, dia membuka peti mati Eliza, lalu di makam tampak jasad Eliza, sudah hampir tidak berbentuk lagi.     

Sudah membusuk, belatungan dan bahkan aromanya menyengat sampai kehidung Rasty bahkan Rasty pun tak sadar sampai muntah-muntah.     

"Hoek! Joek! Sialan!"     

Tapi meski pun sangat takut dan jijik Rasty tampak memberanikan diri untuk meraih bagian rambut milik Eliza.     

"Dapat!" ucap Rasty penuh bangga, dan setelah itu dia pun naik ke atas makam, lalu dengan segera dia berlari meninggalkan area makam itu.     

Hosh hosh hosh     

Haha haha haha!     

"Akhirnya, berhasil juga haha haha haha!"     

Dengan segera Rasty menaiki mobilnya untuk menghampiri rumah sang dukun.     

"Demi kemenangannku aku harus mendatangi rumah dukun itu saat ini juga!" ujar Rasty.     

***     

Tok tok tok!     

"Masuk!" sahut si pemilik rumah mempersilahkan masuk kepada Rasty.     

Dengan penuh percaya diri, Rasty pun masuk ke dalam rumah dukun itu.     

"Ada apa malam-malam begini kamu datang? Apa kamu sudah mendapatkan apa yang aku perintahkan waktu itu?" tanya dukun itu.     

"Iya, Mbah! Saya sudah mendapatkannya," jawab Rasty.     

"Bagus, mana?" tanya sang dukun.     

Lalu dia pun menyerahkan beberapa helai rambut itu ke arah sang dukun.     

"Bagus, aku hanya butuh dua helai saja, tapi kamu memberikanku sebanyak ini, tapi tidak apa-apa, justru malah bagus, bisa di gunakan menjadi beberapa jimat lagi,"     

"Mbah, apa artinya saya sekarang sudah aman?" tanya Rasty.     

"Belum kamu belum selamat, kalau kamu belum membunuh sang ibu dari gadis itu," jelas sang dukun.     

"Ah, iya, aku hampir lupa soal itu, lalu apa guna dari rambut sialan itu?" tanya Rasty.     

"Ini sebagai jimat, kalau kamu sudah berhasil membunuh ibu dari gadis itu, kita akan segera membakar rambut ini, maka berawal dari situ gadis itu benar-benar akan lenayp, selamanya dan tidak akan kembali lagi di dunia ini, dan tidak akan bisa menggangu bahkan menyentuh mu sedikit pun," jelas dukun itu.     

"Owwh, begitu ya, sekarang akau tahu, berarti, tinggal satu langkah lagi maka aku akan menang!" ujar Rasty sambil tersenyum penuh bangga.     

"Tentu saja kamu akan menang jika berhasil membunuh wanita itu,"     

"Haha! Tak sabar rasanya, jika aku sudah berhasil melenyapkan arwah itu, maka aku juga akan melenyapkan Raisa dan juga mas Surya!"     

"Wah, ternyata kamu ini benar-benar wanita yang sangat licik dan serakah ya!"     

"Tentu saja, Mbah, sekarang saya hanya hidup sendirian, maka saya harus mendapatkan apa yang saya inginkan!"     

"Bagus, saya sangat suka dengan cara mu yang sangat ambisius, kamu adalah wanita yang sangat kuat dan pantang menyerah," puji sang dukun.     

"Tentu saja!" jawab Rasty penuh percaya diri.     

"Tapi perlu di ingat, kamu juga harus membayarku dengan harga yang pantas setelah berhasil nanti!" ujar sang dukun yang mewanti-wanti Rasty.     

"Tenang saja, Mbah! Saya pasti akan memberikan hak, Embah! Dan Embah akan mendapatkan banyak uang!"     

"Tapi aku butuh uang, tapi aku butuh kamu!" tegas sang dukun.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.