Bullying And Bloody Letters

Pesta Kejutan Untuk Raisa



Pesta Kejutan Untuk Raisa

0Raisa tak pernah menyangka jika Aldo, dan yang lainnya sudah menyiapkan pesta kejutan untuknya.     

Padahlah, dia pikir tidak ada satu orang pun yang akan peduli dengan hari ulang tahunnya kecuali sang ibu.     

Tapi berada di Pratama Jaya High School, sudah merubah segalanya.     

Kini, dia serasa memiliki keluarga baru, selain itu, sang ayah juga sudah kembali dalam pelukannya.     

"Selamat ulang tahun ya, Bu. Ini hadiah kecil untuk, Bu Raisa, semoga Bu Raisa, suka," tukas Aldo, seraya menyodorkan sebuah kotak kecil berhiaskan pita cantik berwarna merah jambu.     

"Ya ampun manisnya, terima kasih Aldo,"     

Tak hanya Aldo, tapi murid-murid yang lainya pun juga memberikan hadiah kecil untuk Raisa, tak terkeculi dengan Vivi, salah satu staf pengajar yang kini menjadi sahabat baiknya di Pratama Jaya High School.     

Raisa begitu bahagia dan terharu untuk hari ini.     

Karna selama ini, dia hampir tak pernah merayakan ulang tahunnya, dia selalu sibuk dengan urusannya, apalagi ketika berada di luar negeri, jabgankan merayakan pesta ulang tahun, sebuah ucapan 'Selamat ulang Tahun' dari ibu dan mendiang adiknya pun sudah angat berrti baginya.     

Pesta kejutan itu di lanjutkan dengan makan-makan di kantin sekolah, yang semua makanannya, sudah di siapkan dan bayar oleh sang ayah.     

Mereka tampak bahagia, meski hanya makan aneka menu kantin sekolahan, tapi kebersamaan mereka terarasa sangat hangat.     

Dan sepulang dari sekolah, di rumahnya, Raisa, kembali mendapatkan sebuah pesta kejutan dari sang ibu.     

Rima dan perawatnya sudah menyiapkan makan malam, dan kue ulang tahun yang mereka siapkan untuk Raisa.     

Ceklek!     

Raisa membuka pintu rumahnya.     

"Surprise! Selamat ulang tahun, Sayang!" tukas Rima dengan suara ceria.     

"Akh? Dapat kejutan lagi, asyik!" ucap Raisa sambil tersenyum bahagia.     

Lalu Raisa pun berlari memeluk ibunya.     

"Selamat ulang tahun ya, kesayangan, Mama!" ucap Rima seraya mengecup kening Raisa.     

"Akhirnya, Raisa bisa ngrayain ulang tahun lagi sama, Mama,"     

"Iya, dong, kan ku udah ada di rumah, coba kalau kamu di luar negeri, Mama, gak bisa beliin kue buat kamu,"     

"Wah, jadi cuman beli nih, gak di bikinin?" ledek Raisa.     

"Yaiya, dong, kan sekarang Mama, gak bisa bikin kue lagi," jawab Rima dengan wajah yang memelas.     

"Duh, kasian!" Raisa segera memeluk kembali tubuh sang ibu.     

"Waupun cuman beli, yang penting, kan, kuenya dari, Mama,"     

"Beneran nih, gak apa-apa?" tanya Rima.     

"Iya! Tapi...."     

"Tapi apa?"     

"Tapi, kalau, Mama, udah sembuh nanti, Mama, harus masakin Raisa yang enak-enak ya!"     

"Ok siap?" Rima pun langsung formasi hormat.     

Hari ini adalah hari bahagia bagi Raisa, dan bisa di bilang, ulang tahunnya saat ini adalah ulang tahun terbaik baginya.     

Di mana dia merasakan ada banyak orang yang mencintainya, dan orang yang paling dia harapkan untuk kembali pun kini benar-benar kembali, meski sang ibu belum bisa menerima sang ayah sepenuhnya, tapi setidaknya saat ini, ada harapan untuk memiliki orang tua yang kembali utuh dan rukun lagi.     

'Seandainya, kamu masih hidup, pasti kamu akan bahgia sekali, El, sama seperti apa yang Kaka, rasakan saat ini' batin Raias.     

***     

Tak terasa tiga hari telah berlalu, dan hari pelantikan kepala sekolah baru pun sudah di lakukan.     

Sekarang, Raisa sudah resmi menjadi kepala sekolah baru di Pratama Jaya High School.     

Semua bersorak ria dan bertepuk tangan menyambut kepala sekolah baru mereka.     

Namun lain halnya dengan Rasty, karna Rasty sama sekali tak menebarkan senyuman sedikit pun saat melihat Raisa menggantikan posisinya itu.     

'Aku hanya orang buangan di sini, yang membiarkan posisinya hilang begitu saja, aku memang pecundang. Tapi untuk hari ini saja, selanjutnya aku akan menjadi sang pemenang, pelan-pekan aku akan merebut apa yang seharusnya menjadi milikku, Raisa itu hanya menumpang sementara, dan pemilik posisi itu yang sesungguhnya adalah aku,' batin Rasty.     

***     

Sepulang dari sekolah, Raisa mengajak Aldo dan juga Vivi pergi ke restoran Sherly, untuk merayakan hari pelantikannya menjadi kepala sekolah baru.     

"Hai! Selamat siang, Ibu Kepala Sekolah!" sapa Sherly dengan sangat ramah.     

"Eh, Sherly!"     

"Selamat ulang tahun ya, Rai!" ucap Sherly seraya memeluk sahabatnya itu.     

"Thanks, Sherly!"     

"Yasudah kalian mau makan apa? Khusus hari ini gratis!" ujar Sherly.     

"Yey! Asyik!" teriak Aldo.     

"Yey, kita makan-makan gratis!" imbuh Vivi.     

Lalu Aldo dan Vivi pun saling tos.     

"Duh kalian berdua ini sekarang jadi kompak begitu ya," lirih Raisa.     

"Upss, ada yang cemburu ni haha!" ledek Vivi.     

"Ih, apaan sih!" ketus Raisa.     

Mereka semua tampak asyik makan bersma di restoran Sherly.     

Dan kebersamaan itu tak sadar sedang di pantau oleh Rasty.     

Diam-diam Rasty, mengikuti Raisa dan lainnya yang sedang pergi ke restoran ini.     

"Kalian, sedang berbahagia di atas penderiataan orang, kalian berpesta ria di saat aku sedang terpuruk, aku tidak akan membiarkan ini semua berjalan lama," gumam Rasty, seraya menggenggam jimat yang ada di tangannya.     

"Sudah ku bilang aku bukan lah orang baik, maka aku tidak akan berubah menjadi baik, aku akan menghabisi kamu, Rai! Terutama Ibumu dan Mas Surya!" ucap Rasty lagi penuh yakin.     

Dan setah itu, Rasty pun pergi dari depan restoran itu.     

Sedangkan Raisa dan yang lainnya masih tampak asyik mengobrol di tempat itu.     

"Aldo, ini memang benar-benar, anak murid kesayangannya , Bu Raisa, ya kemana saja, Bu Raisa, Aldo selalu ada!" ledek Vivi.     

"Tu, 'kan, Bu Vivi, mulai lagi ah!" keluh Raisa.     

"Haha! Tapi, saya sangat setuju lo, dengan ucapan Bu Vivi," imbuh Sherly.     

"Apaan sih, Sherly! Kenapa jadi ikut-ikutan deh!"     

***     

Meski terus mendapatkan penolakan dari Rima, tapi tak ada kata menyerah bagi Surya.     

Dia tetap berusaha untuk mendapatkan maaf dari Rima.     

Hari ini Surya membawa sebuah rangkaian bunga berhiaskan pita cantik untuk Rima.     

Surya sedang berusaha mengenang, masa lalunya dengan Rima.     

"Semoga saja, Rima, mau menerima permintaan maaf ku kali ini," tukas Surya penuh harap.     

Tok tok tok!     

Ceklek!     

"Eh, Pak Surya," sapa perawat Rima.     

"Bu Rimanya, apa sudah tidur?" tanya Surya.     

"Belum, Bu Rima, sedang menonton televisi," jawab perawatan itu.     

"Bagus, kalau begitu, saya mau masuk dulu ya,"     

"Iya, silakan, Pak Surya,"     

"Kamu, gak ngelarang saya masuk lagi?" tanya Surya kepada perawat itu.     

"Tidak, Pak, soalnya kata, Mbak Raisa, kalau, Bapak, datang harus segera di persilahkan masuk," tutur perawat.     

"Raisa, emang paling pengertian banget deh," ujar Surya.     

lalu Surya pun langsung masuk ke dalam dan menemui Rima yang sedang asik menonton televisi itu.     

"Asik nih, kayaknya. Boleh gabung enggak?" ujar Surya yang tiba-tiba muncul di belakang Rima.     

Sontak Rima pun menjadi kaget, karna melihat kehadiaran dari Surya.     

"Mas Surya! Ngapain kamu di sini?!" teriak Rima.     

"Ya, aku ingin menemui istri tercintaku lah!" jawab Surya dengan santai.     

Dan mendengar jawab pertanyaan, dari Surya itu membuat Rima menjadi dangat kesal.     

"Pergi!"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.