Bullying And Bloody Letters

Ketakutan Ayumi



Ketakutan Ayumi

0Sebenarnya kepindahan Ayumi dari Sydney ke Indonesia karna dia di kelurkan dari sekolah lamanya.     

Dia di tetapkan sebagai tersangka penyekapan seorang gadis remaja, yang juga seorang trman sekelasnya di dalam sebuah gudang.     

Ayumi melakukan bullying terhadap gadis itu, di karnakan gadis itu sudah merebut posisinya sebagai seorang ketua kelas.     

Dan tak hanya itu, Ayumi, juga pernah terjerat kasus narkoba, di sekolahnya.     

Di duga dia memakai narkoba jenis ganja, yang di pakai berpesta dengan teman-temnanya.     

Seluruh teman-temannya tertangkap dan masuk panti rehabilitasi, tapi Ayumi berhasil bebas.     

Dan berkat orang tuanya yang termasuk orang berpengaruh di sana serta memiliki banyak uang, akhirnya Ayumi berhasil terselamatkan dari kasus itu, lalu orang tua Ayumi melarikan Ayumi ke Indonesia dan menyekolahkanya di sana.     

Hal itulah salah satu masa kelam Ayumi yang selama ini sedang mencoba ia tutup-tutupi dari Aldo dan yang lainnya.     

Tapi nampaknya Aldo bukanlah orang yang muda di bohongin, Aldo sangat peka dan muda curiga.     

***     

Jam masuk belajar telah tiba dan kini Ayumi juga mulai memasuki kelas, dengan langkah ragu-ragu dia melewati Aldo yang menatap ke arahnya penuh dengan tanda tanya.     

Aldo pun tersenyum tipis melihatnya, Aldo tahu jika saat ini Ayumi sedang tidak nyaman terhadap pandangan matanya.     

Aldo merasa sedikit senang, karena denagan begitu, Ayumi akan menjauhi dirinya, karna takut rahasia buruknya akan segera terbongkar oleh Aldo.     

"Hay, Ayumi, hari ini kita akan memulai pelajaran bahasa Indonesia, kalau kamu merasa ada kesulitan kamu boleh bertanya kepadaku ya, aku jago lo," ujar Nino penuh bangga.     

"Eh, iya, Nino, thank you," jawab Ayumi.     

Lalu sambil tersenyum Nino kembali menghadap ke depan.     

"Ah, masih aja, maksakan diri, kamu itu," ujar Derry, seraya menggebrak bagian pundak Nino.     

Sedangkan Aldo, hanya bisa menggelengkan kepalanya.     

Sepanjang jam pelajaran itu, Ayumi tampak terdiam, sesekali dia melihat ke arah Aldo yang kebetulan memang berada tepat di hadapannya, namun ketika Aldo menengok ke arahnya, seketika Ayumi langsung menundukkan kepalanya dan seolah-olah sedangan fokus dengan buku cetak yang ada di hadapannya.     

Aldo sudah membuat Ayumi merasa tidak nyaman, padahal saat awal bertemu, Ayumi sangat tertarik kepada Aldo, terlebih dia berharap, bisa lebih akrab lagi dengan Aldo.     

Ayumi jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Aldo, namun sayangnya saat ini Aldo, malah menjadi satu-satunya orang yang sangat curiga terhadap kehidupan masa lalunya.     

'Sialan! Kenapa perasaan cinta pertamaku, harus bercampur dengan perasaan takut begini?' batin Ayumi.     

***     

Jam pulang sekolah telah tiba, bunyi bel sudah terdengar nyaring, membuat seluruh siswa dan siswi berhamburan keluar rumah seluruhnya, tak terkeculai dengan Aldo dan dua sahabatnya, di depan gerbang mereka melihat ada Ayumi yang sedangn menunggu jemputan dari sang sopir.     

Tantu saja hal itu membuat Nino menjadi tak mau membuang-buang kesempatannya untuk mendekati Ayumi.     

"Eh, kamu mau kemana, Nin?" tanya Derry.     

"Biasa, Brow, mau usaha dulu!" ujar Nino seraya berjalan menghampiri Ayumi.     

"Ya ampun, masih aja berusaha, padahal tu cewek gak tertarik sama sekali lo sama, Nino," keluh Derry.     

"Yaudah lah, biarkan saja," sahut Aldo.     

"Eh, Do, kamu merasa enggak sih?" tanya Derry.     

"Merasa, apa?" tanya balik Aldo.     

"Ya merasa kalau, Ayumi itu naksir sama kamu,"     

"Oh, soal itu hmm," Aldo tampak tersenyum sinis membuang muka.     

"Eh, gila sombong banget kamu itu, susah kalau ngobrol sama cowok ganteng, beda banget sama kayak kita cowok berwajah pas-passan," ujar Derry.     

"Emangnya beda apanya sih, Der," tanya Aldo.     

"Ya beda aja, kalau kamu di taksir gadis secantik Ayumi, tampak biasa dan malah terlihat mengabaikannya, sedangkan kita, termasuk Nino, sampai mati-matian lo ngejar Ayumi, sementara Ayumi malah naksir sama kamu,"     

"Haha! Sebenarnya jujur aku merasa sangat kasihan dengan Nino,"     

"Loh, kasihan kenapa, Do?"     

"Ya, kasihan aja, karna dia udah naksir dengan wanita semacam Ayumi"     

"Loh, kenapa dengan Ayumi? Dia kan cantik, baik? Memangnya apa yang salah?"     

"Yah, sekarang sih aku tidak bisa mengatakannya dengan pasti kenapa dia tidak pantas untuk Nino, tapi percayalah, kalau Ayumi itu bukanlah gadis yang seperti kalian dambakan," jelas Aldo.     

"Sumpah deh, Do, aku gak ngerti sama sekali bagaimana maksud dari pembicaraanmu itu, intinya kamu tidak suka dengan Ayumi, begitu, 'kan?"     

"Yah, tapi perlu kalian ketahui, dia itu menyembunyikan sesuatu yang sampai saat ini kita gak ketahui,"     

"Entahlah, Do. Karna ucapan kamu itu tanpa dasar, jadi aku baik Nino tidak bisa percaya begitu saja dengan ucapanmu ini, karna memang tanpa dasar dan kamu tidak ada bukti apa pun,"     

"Yah, aku tahu, aku memang tidak ada bukti, tapi percayalah, suatu saat nanti kalian akan tahu sendiri."     

"Ya ya ya ya!" jawab Derry.     

Dan setelah itu, Nino berpamitan dengan kedua sahabatnya, karna dia ingin pulang duluan dan mengantarkan Ayumi, karna sejak tadi Ayumi masih sendiri dan sopirnya tidak juga datang.     

"Hay, semuanya! Aku duluan ya!" ujar Nino dari kejauhan seraya melambaikan tangannya.     

Sedangkan Aldo dan Derry, juga melambaikan sesaat ke arah Aldo.     

"Ok hati-hati!" teriak Aldo, dan sesaat Aldo melirik ke arah Ayumi, seketika Ayumi langsung menundukkan kepalanya.     

"Yah, sialan, si Nino, mentang-menatang dapat gebetan baru terus lupa sama para sahabatnya," keluh Derry.     

"Kenapa? Kamu cemburu ya, Der?" tanya Aldo.     

"Enggak, eh, iya sih, tapi dikit."     

"Haha! Payah!" cerca Aldo.     

"Ta, tapi aku bisa menahan rasa cemburu ku demi, Nino. Karna sejak awal dia yang terlebih dahulu suka sama Ayumi, ya aku sebagai sahabat karibnya terpaksa harus mengalah," jelas Derry.     

"Hah! Tidak perlu seperti itu, dan keputusanmu menjauhi perempuan itu sudah benar!" tegas Aldo.     

"Entalah, Do! Apa alasanmu yang membuatmu sangat membenci Ayumi sampai seperti ini! Tapi aku peringatkan kalau perasaan mu itu tidak baik, menunduh orang tanpa bukti dan hanya mengandalkan sebuah firasat yang tak jelas," cerca Derry.     

"Tapi firasatku selama ini selalu benarkan?"     

"Ah, entalah, Do! Sebaiknya ayo kita pulang saja sekarang!"     

Sementara itu Nino masih mengantarkan Ayumi pulang ke rumahnya, dan terlihat sekali Nino sangat kaget melihat rumah Ayumi yang sangat besar, megah, dan berpilar bak sebuah istanah     

"Ini rumah kamu, Ayumi?"     

"Iya, dong, Nin, rumah siapa lagi?"     

"Ah, gila! Besar banget,"     

"Yah, orang tuaku itu konglomerat, di Australia saja bisnisnya banyak, belum lagi di jakarta dan bebarapa di negara Asia Tenggara," jelas Ayumi penuh bangga.     

"Wah keren kamu itu, Yumi," puji Nino.     

"Thanks, Nino, eh by the way, kamu sama Aldo, itu sudah kenal lama ya?"     

"Yah, Aldo lagi," Nino tampak kesal, "yah, kami udah berteman sejak kami masih kecil," jelas Nino.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.