Bullying And Bloody Letters

Tamat



Tamat

05 tahun kemudian.     

Setah lulus dari Pratama Jaya Haligh School, Aldo memutuskan untuk pergi ke Baijing dan melanjutkan pendidikannya di sana.     

Dan hal itu membuat Raisa dan Aldo terpaksa berpisah.     

Memang terasa berat karna mereka sudah terbiasa bersama-sama setiap hari, tapi mereka berdua masih saling berhubungan lewat internet.     

Mereka saling mendukung impian masing-masing.     

Meskipun begitu Aldo tetap tidak mau memutuskan hubungan mereka, Aldo berjanji akan melamar Raisa dalam waktu dekat ini, tentu saja hal itu sebuah berita yang bahagia bagi Raisa.     

Tapi Raisa tidak mau terlalu berharap akan hal itu, dia takut kecewa di kemudian hari karna Aldo yang ingkar janji.     

Bukannya dia tidak percaya dengan Aldo, tapi karna dia yang takut jika takdir yang justru tidak menyatuhkan mereka, karna berbagai hal, seperti perbedaan umur dan yang lainnya.     

Atau mungkin seperti yang dulu dikatakan Eliza, sang adik. Bahwa kita tidak tahu dengan nasip seseorang di masa yang akan datang.     

Hari ini Raisa masih berada di sekolah seperti biasa.     

Menjadi seorang kepala sekola di Pratama Jaya High School.     

Tok tok tok!     

"Iya, silakan masuk!" ucap Raisa sambil duduk di sepan komputer.     

"Selamat pagi, Bu Raisa," ucap Aldo dengan sangat ramah.     

Seketika Raisa menoleh ke arah Aldo dan tersenyum bahagia.     

"Astaga! Aldo! Kok kamu tiba-tiba udah di sini? Kapan pulangnya? Kenapa gak bilang?!" tanya Raisa secara beruntun.     

"Kan buat kejutan untuk, Bu Raisa," ucap Aldo.     

"Eh, kita jalan-jalan yuk, Rai!" ajak Aldo.     

"Apa? Kamu tadi ngomong apa?" tanya Raisa.     

"Masa gak denger sih, aku ulangi ya, KITA JALAN-JALAN YUK, RAI!"     

"Apa?! Kamu panggil aku nama?"     

"Iya, nama kamu, kan Raisa, terus kenapa?"     

"Ih, gak sopan deh! Gini-gini aku kan kepala sekolah kamu lo, Do!"     

"Mantan kepala sekolah dan sekarang, sudah menjadi calon istri!" tegas Aldo.     

Dan Raisa pun tertawa sambil geleng-geleng kepala.     

"Ih, sumpah dasar, Murid Kurang Ajar!" cerca Raisa.     

"Eh, sama calon suami gak boleh ngmong kasar tahu!"     

"Ih, PD banget, emangnya siapa yang bilang kalau kamu itu adalah calon suamiku?!" tanya Raisa.     

"Aku!" jawab Aldo percaya diri.     

Lalu Aldo menarik paksa tangan Raisa, dan mengajaknya keluar dari ruanganya.     

"Eh, Aldo! Aku mau di bawa kemana?!"     

"Udah ikut aja!"     

Lalu Aldo menagajak Raisa masuk ke lapangan sekolah dan di sana sudah ada orang tua Aldo dan juga kedua orang tua Raisa, begitu pula dengan seluruh siswa-siswi di Pratama Jaya High School.     

Mereka berkumpul membawa trompet, dan mambawa spanduk berukuran besar yang bertuliskan.     

'WILL YOU MARRY ME?'     

"Aldo, apa-apaan ini?!" tanya Raisa yang syok.     

"Raisa, kan aku sudah pernah bilang, kalau aku akan melamarmu dalam waktu dekat ini!" tegas Aldo.     

"Terus ...?" tanya Raisa.     

Lalu Aldo menudukkan badanya di hadapan Raisa, kemudian mengeluarkan sebuah kotak berisi cincin berlian dari dalam sakunya.     

"Will you marry me?" tanya Aldo.     

Raisa pun tersenyum sambil menangis terharu.     

Sembari mengusap air matanya, Raisa menjawab pertanyaan Aldo.     

"Yes! I will!" jawab Raisa dengan tegas orang-orang yang berada dalam lapangan itu tampak bersorak-sorak ria.     

"Hore! Akhirnya kalian akan menikah juga!" teriak Nino yang baru saja sampai bersama Derry.     

"Eh! Kalian?!" tanya Raisa yang keherannan.     

"Selamat ya, Bu Raisa!" ucap Derry sembari menjabat tangan Raisa.     

"Eh, itu siapa, Der?" tanya Raisa.     

"Oh, yang ada di samping saya ini, nama Sellena, dan dia adalah tunangan saya, Bu," jelas Derry.     

"Wah, selamat ya, Derry!"     

"Terima kasih, Bu Raisa"     

"Oh iya, Bu Raisa, saya juga mau kenalin calon istri saya," ucap Nino.     

"Oiya, mana calon kamu, Nin?" tanya Raisa.     

"Baby! Please come here!" teriak Nino memanggil pacarnya.     

Lalu si gadis calon istri Nino pun keluar di antara kerumunan para siswa dan siswi itu.     

Mereka sampai terpaku melihat seseorang yang di maksud oleh Nino itu.     

"Nino, ini beneran pacar kamu?" tanya Raisa.     

"Iya! Kami sudah berpacaran selama dua tahun, dan minggu depan kami berencana akan melangsungkan pernikahan!" jawab Nino dengan penuh percaya diri.     

"Oh my God! Serius kalian akan menikah?!" tanya Raisa memastikan.     

Jangankan Raisa yang bingung, Aldo dan juga Derry saja tidak percaya kalau Nino anak meninkah dengan sosok wanita yang selama ini mereka kenal.     

Karna sosok wanita itu adalah Vivi, sahabat dari Raisa.     

"Bu Vivi, jadi selama ini pacar yang ibu maksud itu, Nino?" tanya Raisa kepada Vivi untuk memastikan.     

Dan seketika Vivi pun tersipu malu.     

"Iya, Bu Raisa, maaf saya merahasiakannya, karna saya malu," ucap Vivi.     

"Astaga! Dunia ini benar-benar terasa sempit ya haha!" ujar Raisa sambil tertawa.     

Seluruh siswa pun kembali bersorak di dalam lapangan itu. Mereka bahagia sekali mendengar Raisa akan segara menikah. Karna selama ini yang mereka tahu Raisa itu seorang wanita lajang yang tidak tertarik dengan pria.     

Mereka tidak tahu jika sebenarnya Raisa memiliki kekasih, dan Aldo lah orangnya.     

***     

Satu bulan setelah itu Aldo dan Raisa pun memutuskan untuk menikah, setelah menikah, Aldo memutuskan untuk tinggal di Indonesia.     

Sedang orang tua Aldo masih berada di Beijing untuk menjalankan bisnis mereka.     

Di sebuah meja makan tampak Raisa, Aldo, Rima dan juga Surya sedang makan bersama.     

"Mama, benar-benar gak menyangka akhirnya, kalian menikah juga," ucap Rima.     

"Iya, Ma. Padahal dulu Raisa, tidak terlalu berharp banyak dengan hubungan ini, tapi ternyata memang Aldo adalah jodohnya Raisa." jawab Raisa.     

"Kalau, Papa sih, sekarang cuman berharap semoga saja kalian bahagia dan segera di beri momongan," ucap Surya sambil tertawa.     

"Ya ampun, Pa. Baru juga satu bulan kami menikkah, ya tapi do'akan saja ya, biar kami cepat mendapatkan momongan," ucap Aldo.     

"Iya, Papa, selalu mendokan, dan lagi pula siapa tahu malah sekarang Raisa, udah beneran hamil, karna satu bulan itu bukan waktu yang sedikit lo!"     

"Haha! Papa, ni ada-ada aja, usia satu bulan kalau di banding dengan pernikahan Mama dan Papa, kami ini belum ada apa-apanya!" kelakar Raisa.     

"Ya jangan tanya dong kalau soal itu, kami, kan sudah lagend haha!" sahut Rima.     

Emmm....     

Wajah Raisa mendadak jadi pucat.     

"Rai, kenapa kok makannya berhenti? Kamu lagi sakit ya? Wajah kamu pucet banget," ujar Rima.     

"Udah beberpa hari ini Raisa, merasa gak enak badan, Ma. Raisa sering pusing dan mual-mual," jawab Raisa.     

"Wah, kenapa gak bilang, kan bisa segera aku antar ke dokter!" jawab Aldo yang penik.     

Lalu tiba-tiba Raisa berdiri dan berlari menuju toilet.     

Hoek!     

Hoek!     

"Raisa!" teriak Aldo yang hendak mengejarnya.     

Tapi Surya malah melarangnya.     

"Udah jangan kawatir, Raisa, gak apa-apa, dulu waktu ibunya hamil juga seperti itu."     

"Tapi, Pa!" Aldo terdiam sesaat. "Apa jangan-jangan Raisa, udah hamil beneran?!" tanya Aldo.     

"Bisa jadi!" jawab Rima.     

"Yes!" Aldo pun lompat-lompat kegirangan.     

Tamat     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.