Bullying And Bloody Letters

Gadis Berwajah Pucat Dan Penuh Darah



Gadis Berwajah Pucat Dan Penuh Darah

0"Iya, Pak Parman, saya kenapa?" tanya Larisa yang kebingungan.     

"Kamu itu mirip seseorang, semalaman aku memikirkan nama dari gadis itu, dan sekarang aku baru mengingatnya, nama gadis itu adalah Larasati." papar Pak Parman.     

"Lalu, ada apa denagn itu Pak, bukankah wajah mirip itu sudah biasa ya? bahkan konon katanya, kita di dunia ini punya 7 kembaran?"     

"Iya, saya juga pernah mendengar hal itu. Namun entah mengapa, hal itu terus mengganggu pikiran saya. Karna gadis yang saya bilang hampir mirip denganmu itu, adalah siswi yang menghilang secara misterius 30 tahun yang lalu. Dan hingga kini belum ada lagi kabar tentangnya."     

      

"Benarkah? tapi, ini tidak ada hubungannya dengan saya!" pungkas Larisa yang masih merasa bingung, dan heran.     

Dan di saat itu pula, Pak Parman mengeluarkan kartu pelajar  gadis yang bernama Larasati itu.     

"Ini, saya menemukannya di kotak sampah ruang kepala sekolah yang baru itu!" ujar Pak Parman sambil menyodorkan kartu itu kepada Larisa.     

Dan Larisa pun langsung melihat gadis dalam foto kartu pelajar itu.     

Terlihat kusam, lusuh dan warnanya agak memudar. Karna memang kartu itu sudah ada sejak 30 tahun lalu.     

Gadis itu, berkaca mata dan rambutnya di kepang dua, memang sekilas hampir mirip Larisa, namun sebenarnya wajah mereka berbeda, hanya gayanya saja yang sama.     

Dan setelah Larisa memperhatikan dengan teliti gadis yang bernama Larasati itu, ternyata wajahnya mirip dengan gadis berseragam sekolah dan yang selama ini sering menemuinya itu.     

      

"Ini kan!" Larisa tampak kaget.     

Dan Larisa pun langsung melempar kartu tanda pelajar itu lalu pergi meninggalkan Pak Parman tanpa permisi.     

"Hey! tunggu!" teriak Pak Parman.     

Namun Larisa tak mempedulikannya dan malah mempercepat langkahnya meninggalkan Pak Parman.     

Dan di saat itu Larisa malah menabrak Alex.     

      

"Hati-hati dong kalau jalan!" bentak Alex.     

"Ma-maaf Alex!" sahut Larisa dan berlari meninggalkannya.     

Alex pun tampak heran melihat tingkah aneh Larisa.     

      

Dan dari kejauhan Pak Parman masih memanggil-manggil Larisa.     

"Dek! tunggu! kenapa berlari!?" teriak pak Parman.     

Lalu Alex pun mendekat kearah Pak Parman.     

"Ada apa, Bapak, mengejarnya?" tanya Alex.     

"Maaf, Dek, kalau boleh tahu siapa ya nama gadis yang tadi?" tanya Pak Parman.     

Dan Alex pun menjawabnya, "Larisa!"     

"Owh!" Pak Parman mengangguk-anggukan kepalanya.     

"Ada perlu apa dengannya?" tanya Alex ketus.     

"Ah, tidak ada apa-apa, hanya sedikit pertanyaan tentang masa lalu, namun gadis itu malah berlari setelah melihat foto ini," ujar Pak Parman sambil menyodorkan foto dalam kartu pelajar itu.     

Dan Alex pun mengambilnya, lalu melihat sesaat foto itu. Dan dia pun langsung meminta izin kepada Pak Parman untuk menyimpannya.     

"Maaf, boleh saya simpan foto ini?" tanya Alex.     

"Ah, boleh kok, silakan!" ujar pak Parman.     

      

Setelah itu Alex pun meninggalkan Pak Parman. Dan sesampainya di rumahnya, Alex kembali melihat foto kartu pelajar itu, karna dia masih merasa penasaran.     

Namun disaat dia melihat foto itu kembali, tiba-tiba ibunya muncul dari belakangnya.     

"Loh, itu kan foto—"     

"Mamah! kok tiba-tiba muncul sih, bikin kaget saja!" tukas Alex.     

"Alex, itu kamu dapat dari mana?" tanya ibunya Alex.     

"Memang kenapa, Mah? tadi Aku mendapatnya dari Bapak penjaga sekolahan."     

"Apa! maksudnya Pak Parman ya?"     

"Iya!"     

Mamanya Alex pun melihat kembali foto itu dengan seksama, sambil tertawa-tawa sendirian.     

"Mamah, kenapa Mamah tertawa melihat itu? ada yang lucu?" tanya Alex.     

"Ah, iya. Dia itu namanya Larasati, dulu teman sebangku Mamah. Dia itu anak yang aneh. Jarang bicara dan hobi membaca buku. Bahkan dia tidak punya teman sama sekali di sekolah, karna saking anehnya. Dan dia hanya menjadi bahan bercandaan kami semua!" tutur ibunya Alex.     

"Em ... maksudnya di bully?" tanya Alex.     

"... Mamah tidak tahu juga sih, tapi mungkin kalau sekarang menyebutnya di bully. Dulu Mamah juga sempat menyiramnya dengan air bekas pel-pelan di toilet perempuan, karna dia tidak mau memberikan contekan kepada  Mamah, haha lucu kan!" papar Ibunya Alex sambil tertawa.     

"Apa! Jadi Mamah, dulu pernah membully orang?!"     

Alex pun tampak marah dan pergi meninggalkan ibunya serta menutup pintu kamarnya dengan kasar.     

"Alex! Alex! tunggu Sayang! kenapa jadi marah sih!"     

Tok tok tok!     

Ibunya Alex mengetuk-ngetuk pintu kamar Alex.     

"Iya, maaf Sayang, dulu Mamah sudah berbuat salah. Dan Mamah juga sudah menyesal karna dulu sempat membully teman Mamah!"     

      

"Menyesal katanya?" gumam Alex, "mana ada menyesal sambil tertawa saat mengingatnya!"     

Dan Alex pun langsung berbaring di kasurnya sambil menutup wajah dan telinganya dengan bantal.     

      

***     

Esok harinya.     

"Pagi Cupu!" sapa Audrey, kepada Larisa.     

Tapi Larisa sama sekali tak menyahutinya dan tetap melanjutkan langkah kakinya sambil menunduk.     

"Wah, di cuekin gila! berani juga ya?" ujar Nana.      

Dan Audrey pun langsung menjegal kaki Larisa hingga Larisa pun terjatuh.     

"Akh!" teriak Larisa.     

Dan di saat itu, tiba-tiba dari kejauhan Alex datang menghampiri mereka berempat.     

Sisi pun langsung mencolek lengan Audrey sambil berbisik, "Wah, Alex datang kemari...."     

Audrey pun langsung melihat kearah Alex dan tersenyum manis sambil merapikan rambutnya.     

Dia pikir Alex datang untuk menghampirinya, karna selama ini Audrey sudah bersusah payah untuk mendekati Alex. Meskipun Alex tak pernah meresponya.     

Dan hari ini, harapannya jika Alex datang untuk menghampirinya itu begitu besar.     

Namun ternyata, setelah Alex mendekat kearah mereka, bukanya menyapa Audrey, tapi Alex malah mengulurkan tangan kearah Larisa yang masih berada di lantai itu.     

"Ayo, biar kubantu." tukas Alex kaku.     

Larisa pun menerima uluran tangan Alex, dan setelah itu, Alex menggandeng tangan Larisa dan mengajaknya pergi.     

      

Melihat Alex yang ternyata malah menolong Larisa itu, membuat Audrey merasa cemburu dan tak sabar ingin segera membalas Larisa.     

"Hah sial! sial! SIAL!" teriak Audrey yang merasa kesal.     

"Sabar Audrey!" ucap Nana yang mencoba menenangkan Audrey.     

"Kenapa, ada aku yang cantik ini tapi malah memilih gadis jelek itu!"     

"Sabar Beib!" imbuh Sisi yang ikut menenangkan Audrey.     

"Huh, awas saja si Cupu itu bakal habis di tanganku!"     

      

***     

Dan di saat mereka berdua mulai memasuki kelas, Larisa pun segera melepaskan tangan Alex, yang sempat menggandengnya.     

"Ma-maaf Alex, ta-tangannya—"     

"Iya aku tau!" tukas Alex ketus.     

      

Dan mereka pun duduk di bangku masing-masing, Larisa hari ini terpaksa duduk sendirian karna Santi teman sekelasnya sudah meninggal.     

Namun di saat itu Audrey tiba-tiba datang dan duduk di samping Larisa dengan tatapan mengancam. Dan perlahan Audrey berbisik di telinga Larisa, "Sepanjang hari ini, kamu akan celaka...!" Sambil mencengkeram paha Larisa dengan kencang, hingga meninggalkan luka bekas kuku di kulit Larisa.     

Larisa mulai kesakitan dan ketakutan. Namun tiba-tiba Audrey terjatuh, karna merasa ada seseorang yang menendangnya. Hingga tubuhnya pun tersungkur, sontak seluruh isi kelas pun menertawainya.     

Dan Audrey kembali melihat kearah bangku yang sempat ia duduki tadi, lalu bulu kuduknya pun mulai berdiri, dan Audrey langsung kembali ke bangkunya sendiri.     

Di saat itu tiba-tiba, Larisa melihat di sampingnya muncul siswi berwajah pucat dan penuh darah, tengah duduk dan tersenyum kepadanya.     

"AAAH pergi kau!" teriak Larisa.     

Dan semua murid di kelas itu kaget, karna mendengar teriakan dari Larisa, dan langsung menatap Larisa dengan sinis!     

      

"Dasar cewek aneh!"     

      

To be continued     

Hai Kaka kece! kalau kalian suka dengan cerita ini mohon bantuan votenya ya kaka:face_blowing_a_kiss:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.