Bullying And Bloody Letters

Gadis Yang Di Bully



Gadis Yang Di Bully

0Dengan sedikit keraguan dan ketakutan Larisa menceritakan tentang Larasati kepada Alex.     

"Sebenarnya, gadis itu bernama Larasati. Dia adalah salah satu hantu penunggu sekolah ini," tukas Larisa.     

"Apa?!" Alex tampak kaget.     

"Jadi dia itu sudah meninggal?" tanya Alex.     

Dan Larisa menggelengkan kepalanya. "Entalah. Tapi dia terus mengikutiku sekarang,"     

      

"Mengikuti? eh, tunggu! kamu tidak sedang mengada-ngadakan?"     

      

Larisa menggelengkan kepalanya, "Tidak!"     

      

"Lalu apa kamu tahu apa penyebab dia meninggal?"     

      

"Tidak tahu. Tapi terkadang terlihat berdarah-darah dan menyeramkan!" Larisa mulai merinding.     

      

"Ah, sial. Ini benar atau tidak sih?" Alex seolah tak percaya mendengarkannya. Namun Larisa malah tampak semakin merinding karna dia melihat Larasati sudah muncul di hadapannya. Dan dia hendak mencelakai Alex dengan membawa tongkat baseball.     

Larisa langsung berteriak dan meraih tongkat baseball itu dari tangan Larasati.     

"JANGAN!" teriaknya.     

Alex pun langsung kaget. "Larisa ada apa? kamu gila ya, teriak begitu!" tukas Alex.     

Dan di saat itu Alex melihat ke atas yang ada tangannya Larisa tengah memegang tongkat baseball.     

"Apa itu!? kenapa bisa ada di tanganmu?!" tanya Alex.     

"Di-dia ingin mencelakaimu!" sahut Larisa.     

"Apa! dia siapa?!"     

"... Larasati!"     

Alex langsung melotot tajam. Dan Larisa melanjutkan ceritanya, mulai dari situ, mereka semakin akrab, karna rasa penasaran Alex terhadap Larasati membuatnya ingin mencari tahu tentangnya, bersama Larisa.     

***     

      

Dan bel pulang sekolah pun sudah berbunyi. Seluruh siswa  dan siswi sudah mulai berhamburan keluar kelas, tak terkecuali Alex.     

Namun Larisa masih berada di dalam kelas, karna dia masih membereskan beberapa buku-bukunya.     

Melihat Larisa yang masih berada di dalam kelas sendirian, Audrey dan teman-temannya menghampirinya.     

"Heh!" bentak Audrey sambil menjambak rambut Larisa.     

"Audrey! ampun! sakit Audrey!" rintih Larisa.     

"Heh! Cewek Sialan! berani kamu ya dekati Alex! kamu tahu enggak Alex itu calon pacar ku!" ucap Audrey dengan nada penuh amarah.     

      

"Iya, kamu itu gak tahu diri ya! dia itu gak cocok sama cewek jelek kayak kamu!" teriak Nana sambil menoyor kepala Larisa.     

"Kita kurung lagi kedalam gudang  saja dia!" imbuh Sisi.     

"Ah benar juga! biar dia bergabung dengan teman-temannya yang makhluk astral itu haha!" ujar Audrey sambil tertawa.     

Di suasana kelas yang sudah sepi itu pun mulai terdengar agak sedikit berisik dengan suara tertawa mereka bertiga yaitu Audrey dan kawan-kawannya.     

      

Lalu mereka menyeret Larisa dengan kasar dan membawanya masuk kedalam  gudang sekolahan, namun belum sampai gudang tiba-tiba mereka bertiga di kejutkan dengan tubuh Larisa yang mendadak kaku dan berat tak bisa di tarik lagi.     

Meski mereka berusaha menariknya namun mereka tak sanggup. Dan perlahan kepala Larisa yang menunduk itu mulai terangkat dengan bola mata yang sudah berubah menjadi putih seluruhnya. Wajahnya sangat pucat, dan menatap tajam wajah Audrey dengan tatapan mengancam dan seakan ingin menyerang saat ini juga.     

Audrey pun langsung merasa aneh melihatnya.     

"Cewek, Alien! kenapa jadi aneh begitu?" tukas Audrey.     

Larisa tak menjawab dengan sepatah kata pun dan langsung mencakar wajah Audrey hingga meninggalkan luka cakaran yang sangat jelas di wajahnya.     

"Akh! sialan! sakit tau dasar, Cewek Alien! udah gila ya?!" pekik Audrey.     

Namun Larisa tak mendengarnya dan malah berjalan mendekat kearah Audrey dengan mata yang melotot dan putih seluruhnya itu.     

Audrey pun mulai mundur perlahan sambil memegang pipinya yang bekas di cakar dan mengeluarkan darah itu.     

"Heh! Cewek Gila! mau apa kamu!" tukas Audrey dengan ketus namun dengan wajah ketakutan.     

"Gawat, Teman-teman! dia kayaknya kerasukan deh, mending kita lari aja!" teriak Sisi.     

Lalu mereka bertiga pun berlari meninggalkan Larisa.     

Setelah Audrey dan kawan-kawannya pergi, Larisa pun langsung terjatuh karna tubuhnya melemas.     

Dan tak lama dia mulai membuka matanya. Lalu setelah dia membuka matanya, tiba-tiba dia melihat si Gadis berwajah pucat itu lagi.     

"Kamu!" Larisa menunjuk kearah gadis itu, "pergi kau, Larasati!" teriak Larisa dengan ekspresi marah kepada Larasati atau si gadis pucat itu.     

"Kenapa kamu selalu menggangguku?!" tanya Larisa dengan nada kesal.     

      

Dan dengan suara berat sedikit berbisik Larasati berkata, "Karna kita sama...!"     

Dan seketika tubuh Larasati menghilang dari hadapan Larisa.     

"Stop ikut campur urusanku! Larasati! aku sudah muak dengan semua ini!" teriak Larisa.     

Lalu dari tempat dimana Larasati itu menghilang, Ia kembali menemukan secarik kertas.     

      

***     

      

Sementara Audrey dan kawan-kawannya yang tengah berlari itu, tiba-tiba menabrak Alex yang berjalan hendak kembali kedalam kelasnya.     

Bruk!     

"Ma-maaf!" tukas Audrey dan langsung berlari begitu saja tanpa menyapa atau merayu Alex.     

Dia tak peduli karna saking takutnya dan terus berlari menjauh bersama kedua kawan-kawannya yaitu Sisi dan Nana.     

      

Dan Alex hanya menatap ketiga gadis itu dengan tatapan nanar dan heran.     

Lalu dia kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas.     

Namun belum sampai di kelas, tapi dia malah bertemu dengan Larisa yang terduduk dengan rambut acak-acakan dan memegang selembar kertas surat.     

"Larisa!" panggil Alex.     

Dan Larisa menengok kearah Alex.     

"Alex!" sahut Larisa, "kenapa kamu kesini?" tanya Larisa kepada Alex.     

"Ada yang tertinggal jadi aku harus mengambilnya dikelas," jawab Alex, "terus kamu ngapain di sini?" tanya Alex.     

"Ak...."     

"Mereka mengganggumu lagi ya?"     

"Iya! tapi—"     

"Terus kenapa mereka malah berlari ketakutan?" tanya Alex lagi yang semakin bingung.     

"Larasati!"     

"Hah, Larasati?"     

"Iya, dia datang dan membantuku!" jawab Larisa.     

"Hah! apa membantumu?" Alex masih terlihat tak mempercayainya.     

"Kamu tidak sedang mengarang kan Larisa?"     

"Tidak Alex. Dia menolongku. Setiap mereka membully ku, bahkan dia juga telah membubuh Santi, karna Santi sebelumnya sudah membully ku habis-habisan."     

      

"Sangat aneh! tapi aku penasaran kenapa  hantu Larasati itu terus membantumu?" tanya Alex.     

"Sebenarnya itu karna...."     

"Karna apa?"     

"Karna aku jelek dan mereka membenci penampilanku. Aku juga yakin Larasati dulu adalah siswa yang sering di bully juga di sekolah ini. Makanya dia selalu membantuku dan mengikutiku. Bahkan saat Bu Amara mengataiku Jelek dia juga tak terima dan langsung menyerang Bu Amara!" jelas Larasati.     

"Apa! maksudmu kejadian kemarin ya?"     

Larisa mengangguk, "Iya," sahut Larisa.     

"Terus bagaimana bisa, Bu Amara sampai ikut-ikutan membully mu, beliau itu kan seorang kepala sekolah, lalu bagaimana bisa dia melakukan hal serendah itu kepadamu?"     

      

"Itu karna Bu Amara membenci penampilanku, bahkan saking bencinya beliau sampai memberiku sejumlah uang agar aku mau merubah penampilanku. Tapi uangnya malah...."     

"Malah apa? ayo katakan!"     

"Malah uangnya ku pakai untuk berobat Ayahku, dan Bu Amara menjadi marah kepadaku, karna hal itu," tutur Larisa.     

"Hah, benar-benar tidak bisa di percaya!"     

"Dan aku takut, Bu Amara akan mengeluarkanku gara-gara penampilanku ini, hik...!" Larisa pun sampai menangis di depan Alex.     

Alex merasa sangat kasihan kepada Larisa, dan tanpa ragu merangkul pundak Larisa.     

"Sudah, jangan bersedih. Aku tahu perasaanmu. Walau ini terlihat mustahil, tapi aku akan membantu untuk merubah penampilanmu!" tutur Alex.     

"Ma-maksudnya?"     

"Aku akan membantumu merubah penampilanmu. Jika itu bisa membuatmu tidak di bully dan tidak di lecehkan lagi!" jelas Alex.     

Larisa merasa tak percaya dengan Alex yang sampai rela ingin membantunnya. Ternyata di balik sifat kakunya, Alex memiliki sifat yang lembut dan peduli kepada sesama.     

      

"Lalu surat apa yang ada di tanganmu itu?" tanya Alex sambil melirik kearah tangan Larisa.     

      

      

To be continued     

Hay teman-teman readers kece, kalau suka dengan cerita ini jangan lupa klik vote ya, dan jangan lupa tulis review juga ya! Terima Kasih!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.