Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Pena Perekam Di Tangannya (5)



Pena Perekam Di Tangannya (5)

0

Ketika menghapus air mata Ji Yi, tangannya basah kuyup karena Ji Yi terus menangis.

He Jichen menghela napas dengan putus asa sambil bersimpuh di lantai. Ia meraih tubuh Ji Yi yang meringkuk bersandarkan tembok, menariknya mendekat, lalu merengkuh tubuh kecil itu ke dalam pelukannya. Dengan tangan yang sama yang dipakainya untuk mengusap air mata Ji Yi, ia menepuk-nepuk punggung gadis itu untuk menenangkannya.

Dekapannya membuat Ji Yi sedikit tegang dan mencoba melepaskan diri, tapi pemuda itu mempererat pelukannya.

Mungkin karena tidak terbiasa didekap seperti itu, gadis itu sedikit tegang. Setelah beberapa saat kemudian, mungkin karena tepukannya yang penuh kasih di punggung Ji Yi, gadis itu mulai relaks kemudian membenamkan kepala di dada pemuda itu, dan menangis meraung-raung.

Air mata Ji Yi membasahi kemeja He Jichen dan suaranya serak karena terlalu lama menangis. Namun pemuda itu terus mendekap Ji Yi dengan lembut dan membiarkannya menangis di dadanya.

Suara tangis Ji Yi perlahan mulai berkurang menjadi sesenggukan, yang akhirnya menjadi semakin pelan dan ruangan itu kembali hening. He Jichen tidak melepaskan Ji Yi, dan gadis itu juga tak berusaha melepaskan diri dari dekapannya.

Jika memungkinkan, He Jichen sungguh berharap dia bisa mendekap Ji Yi seperti itu sampai akhir waktu.

Setelah Ji Yi menjadi lebih tenang, sebuah pemikiran lantas melintas di benak He Jichen: Apakah dia bersembunyi di sini sendirian setelah meninggalkan hotel Four Seasons tadi malam?

Biasanya tidak ada orang yang mengunjungi tempat itu, dan Ji Yi tidak terlihat seperti telah keluar dari ruangan ini. Sudah hampir sehari semalam; mungkinkah dia meringkuk di tempat itu selama ini, tanpa makan sedikitpun?

Memikirkan hal itu, He Jichen mendorong Ji Yi sedikit menjauh dari dekapannya, mengambil ponsel dari lantai, dan mengetik: "Apa kau sudah makan?"

Setelah membaca apa yang diketik oleh "He Yuguang", Ji Yi perlahan menggelengkan kepala.

Rupanya tebakannya benar. Dia belum makan seharian?

He Jichen merasakan sakit di dadanya, lalu melanjutkan mengetik di ponsel: "Kalau begitu, aku akan memasak sesuatu untukmu, oke?"

Setelah membaca kata-kata itu, Ji Yi lantas melirik jam pada ponsel He Jichen. Sudah hampir jam sembilan malam, akan terlalu merepotkan jika masih harus memasak...

Ji Yi hendak menolak tawarannya ketika He Jichen menarik ponselnya kembali dan mengetik: "Lantainya dingin. Kuantar kau ke kamar dulu untuk beristirahat. Nanti setelah selesai masak, aku akan memanggilmu untuk makan, oke?"

Kedua pesan yang diketik secara berurutan itu seolah diucapkan dengan nada suara yang menenangkan, membuat Ji Yi merasa dirinya penting. Sebuah kehangatan perlahan menyelimuti tubuh Ji Yi dan akhirnya ia berkata, "Terlalu repot jika harus masak..."

Karena habis menangis, suara Ji Yi agak parau, sehingga He Jichen butuh beberapa saat untuk mengerti apa yang diucapkan oleh Ji Yi.

Ji Yi tidak ingin dia repot-repot masak...

Pandangan He Jichen melembut ketika ia menggelengkan kepala pada Ji Yi. Tanpa mengetik pesan, ia berdiri, membopong tubuh gadis itu, dan mengantarnya ke kamar.

Ketika membaringkan Ji Yi di atas ranjang, ia baru menyadari bahwa Ji Yi selama ini tidak memakai kaos kaki.

Meskipun kamar itu cukup hangat, kaki Ji Yi sedingin es.

He Jichen mengambil dua selimut untuk menyelimuti tubuh gadis itu, lalu meraih ponselnya dan mengetik: "Tunggu di sini, sebentar lagi selesai". Setelah melihat anggukan Ji Yi, ia berdiri, tetapi ketika ia hendak melangkah pergi, sekilas ia melihat sebuah pena perekam di tangan Ji Yi.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.