Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Milyaran Bintang Tak Sebanding Dengannya (3)



Milyaran Bintang Tak Sebanding Dengannya (3)

0

Ji Yi khawatir He Jichen telah kembali, maka ia pun memeriksa melalui lubang pengintip, dan melihat seorang pelayan wanita berdiri di depan pintu. Ji Yi lalu membuka pintu untuknya.

Sang pelayan dengan sopan memberikannya sebuah kantung sambil tersenyum. "Nona, ini adalah pakaian yang anda minta. Kalau boleh tahu, apakah anda akan membayar dengan uang tunai?"

"Terima kasih, tunai." Ji Yi mengambil tagihan, melihat jumlah totalnya, dan melangkah ke ruang tamu. Setelah menemukan dompetnya, gadis itu menghitung sejumlah uang dan menyerahkannya kepada pelayan hotel.

Ji Yi menunggu sang pelayan memberinya uang kembalian sebelum menutup pintu, mengambil kantung berisi pakaian itu, dan berjalan menuju kamar mandi.

Setelah mengeringkan tubuh dan rambutnya dengan handuk, Ji Yi melihat di cermin bahwa tubuhnya dipenuhi dengan tanda merah dan memar.

Semua itu adalah bekas tangan dan gigitan yang ditinggalkan He Jichen... sesaat Ji Yi berhenti menyisir rambutnya. Rasa sakit yang berdenyut mulai terasa di sekujur tubuhnya.

Tidak ingin menangis lagi, ia segera menundukkan pandangan, berpura-pura tidak melihat apa pun. Ji Yi menepuk-nepuk rambutnya seraya mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer dengan cepat sebelum mengenakan pakaian.

Setelah siap, Ji Yi tidak berlama-lama di kamar mandi. Ketika keluar, ia memasukkan pakaiannya yang compang-camping ke dalam kantung kertas yang dipakai pelayan mengantarkan pakaian barunya. Lalu ia bergegas mengambil tasnya dan meninggalkan kamar He Jichen.

Ketika menaiki lift untuk turun, Ji Yi menelepon taksi.

Di malam musim dingin yang membeku, ruangan hotel terasa luar biasa dingin. Ji Yi tidak menunggu taksi di lobi hotel Four Seasons yang hangat, namun berdiri di samping hotel. Ji Yi melihat sebuah tiang lampu, dan berdiri di bawahnya sambil menunggu.

Setelah satu menit berlalu, ponsel di saku Ji Yi berdering.

Ji Yi mengira itu adalah panggilan dari sopir taksi yang akan memberitahunya bahwa ia sudah sampai. Hawa dingin membuat Ji Yi menggigil saat menarik ponselnya, dan melihat panggilan dari nomor tak dikenal. Ji Yi segera menerima panggilan itu dan bertanya, "Pak, bapak di mana?"

Untuk beberapa saat lamanya tak ada suara dari seberang sana, kemudian terdengar suara yang sudah dikenalnya, "Nona Ji Yi, ini saya."

Itu adalah suara Lin Zhengyi.

Ji Yi terkejut menyadari ia telah membuat kesalahan dan buru-buru mengganti nada bicaranya, "Tuan Lin, maafkan saya. Saya kira taksi yang saya pesan telah datang."

"Tidak apa-apa, Nona Ji Yi." Lin Zhengyi menjawab dengan sopan, lalu kembali berbicara pada detik berikutnya. "Saya menelepon untuk memberi anda jawaban saya."

Ji Yi tahu jawaban yang dimaksud merujuk pada percakapan mereka malam itu, tentang rekaman di tangan Ji Yi.

Ji Yi bergumam pelan "Mhm". "Tuan Lin, silahkan melanjutkan bicara."

"Saya menyetujui semua persyaratan yang anda sebutkan malam ini di Yue Yuan. Saya bahkan menambahkan dua puluh persen dari investasi sebelumnya, jadi..." Lin Zhengyi berhenti bicara.

Meskipun pria itu tidak menyelesaikan kalimatnya, Ji Yi mengerti apa yang dimaksud. "Tuan Lin, mengenai investasi tersebut. Itu adalah kerjasama antara anda dengan YC Corp, maka anda perlu menghubungi mereka secara langsung. Asalkan anda menandatangani kembali perjanjian dengan YC Corp, saya akan menyerahkan semua rekaman di tangan saya. Apakah anda ingin menghapus atau menyimpan rekamannya, keputusan ada di tangan anda."

Mendengar jawaban Ji Yi, Lin Zhengyi terdengar lebih tenang. "Baiklah, saya meng... Tidak, saya akan mengutus seseorang untuk menghubungi YC Corp sekarang juga. Setelah semuanya sudah beres, saya akan menghubungi anda lagi."

"Baiklah, sampai jumpa, Tuan Lin." Ji Yi baru saja hendak mengakhiri pembicaraan ketika tiba-tiba ia teringat akan sesuatu dan berkata, "Tuan Lin..."


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.