Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Mengapa Kembang Gula Terasa Seperti Alkohol (5)



Mengapa Kembang Gula Terasa Seperti Alkohol (5)

0Sama sekali tak menyadari bahwa dia sedang berada dalam bahaya, gadis itu terus bergumam, "Ehhhh?! Kenapa sangat..."     

Sebelum Ji Yi sempat mengucapkan kata "keras", tatapan He Jichen mendadak berubah tajam; tangan yang tadinya hendak menahan tangan gadis itu kini beralih meraih lehernya. Ia mencengkeram leher Ji Yi dengan keras, hingga gadis itu tak bisa bernapas dan menelan kembali kata-katanya.     

He Jichen sudah ingin memiliki Ji Yi sejak di ruang tengah tadi. Saat ini, dia telah kehilangan kendali sepenuhnya, dan binatang buas yang tertidur dalam dirinya seketika mengambil alih kendali. Pemuda itu mengecup Ji Yi dengan menggebu-gebu dan penuh gairah, lalu mengulum bibirnya tanpa ampun.     

Tak lama kemudian, ciuman intim He Jichen membuat gadis itu tak berdaya, ia bersandar lemah pada tubuh pemuda itu.     

Bibir pemuda itu lalu turun ke lehernya sembari ia melemparkan selimut penghangat ranjang ke lantai. Kemudian dia mengangkat tubuh gadis itu ke ranjang.     

Ikatan jubah mandi yang dikenakan gadis itu sudah longgar, sehingga hanya dengan sekali hentak, jubah mandi itu terlepas dari tubuhnya.     

Memandangi tubuh Ji Yi yang dipenuhi bekas ciumannya, matanya mulai berapi-api.     

Pemuda itu mengangkat tangan dan melepaskan jubah mandinya, lalu mencampakkannya. Dengan tak sabar, dia segera berbalik dan menindih tubuh gadis itu.     

Kulit Ji Yi terasa begitu dingin sementara kulitnya sendiri terasa panas membara. Ketika kulit mereka bersentuhan, keduanya menggigil pada saat yang bersamaan. Lalu pemuda itu memeluk gadis di bawahnya itu erat-erat.     

Jari-jari He Jichen yang panjang dan ramping bergerak dari telinga gadis itu, lalu turun ke lehernya, tulang selangkanya, dan terus bergerak turun.     

Ia dapat merasakan tubuh Ji Yi bergetar lembut di bawah belaiannya.     

Ia tak dapat menghentikan dirinya dan kembali mencium bibir gadis itu untuk yang kesekian kalinya. Akan tetapi, kali ini, dia menciuminya lebih dalam lagi, seolah hendak menyedot dan menghirup wangi tubuhnya dengan paksa. Ciumannya bagaikan orang kelaparan seakan dia ingin menelan gadis itu hidup-hidup.     

Meskipun tahu bahwa apa yang dilakukannya salah, He Jichen tetap melakukannya, layaknya ngengat yang menyongsong api.     

Kejadian ini sama seperti empat tahun yang lalu. Dia tahu gadis itu menyukai kakaknya, tetapi ia tetap mencintainya.     

Ada beberapa hal yang tidak bisa dihentikan setelah dimulai.     

Misalnya, apa yang saat ini sedang terjadi...     

Setelah mencumbuinya hingga gadis itu hampir kehabisan napas, He Jichen memasuki tubuh gadis itu tanpa ragu.     

Empat tahun. Sudah empat tahun berlaluꟷlebih dari seribu, empat ratus hari dan malamꟷsemenjak pertama kali mereka seintim ini...     

Saat ini, pemuda itu merasa seakan semuanya hanyalah mimpi, mirip seperti mimpinya kemarin.     

Ia berhenti sejenak, menikmati ekstasi yang berdenyut-denyut di tubuhnya. Setelah sesaat, perlahan dia menyadari bahwa semua yang terjadi adalah nyata.     

He Jichen lalu bergerak dengan perlahan dan hati-hati. Sensasi yang asing melingkupinya, gelombang demi gelombang.     

Napasnya tak beraturan, sementara napas gadis itu memburu. Tanpa direncanakan terlebih dahulu, mereka bergerak seirama.     

Tirai dan jendela kamar itu sedikit terbuka; angin malam perlahan berhembus ke dalam kamar, membawa aroma sungai Huangpu.     

Tubuh kedua insan yang menyatu itu bergerak semakin cepat. Semakin keras suara erangan sang pemuda, erangan lembut sang gadis pun terdengar.     

Suhu dalam ruangan naik, dan atmosfir ruangan itu terasa lembut mempesona...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.