Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Meminta Bantuan Marlowe



Meminta Bantuan Marlowe

0"Kau sangat populer di kalangan gadis-gadis murid di akademi ini, walaupun kau ini jauh lebih tua dari mereka," komentar Emma. "Bagaimana dulu saat kau masih sekolah?"     

Therius mengangkat bahu. "Ini tidak seberapa dibandingkan dengan Aeron. Kau seharusnya melihat dia saat masihi di akademi dulu, ia selalu dikeliligi gadis-gadis yang mengerubunginya seperti makka."     

Emma ingat makka adalah jenis hewan yang mengingatkannya pada koala di bumi. Gambaran dari Therius itu membuatnya tertawa kecil. Ya .. tidak sulit membayangkan gadis-gadis menempel pada Aeron seperti koala.     

Sebenarnya tadi Emma sempat khawatir teman-temannya dari Kelas B akan begitu juga kepada Aeron dan bersikap tidak tahu malu kalau Aeron datang nanti.     

Emma cegukan dan berusaha menyingkirkan bayangan mengerikan itu dari benaknya. "Ah... aku bisa membayangkan hebohnya seperti apa."     

"Kau juga harus melihat Marlowe dengan makka sungguhan menempel padanya di sekolah dulu. Itu pemandangan yang luar biasa," tambah Therius sambil tertawa kecil.     

"Benarkah? Hahaha ... pasti lucu ya." Emma menekap bibirnya, menahan tawa. "Oh, ngomong-ngomong tentang Marlowe. Aku perlu bicara dengannya. Untuk meminta bantuannya dalam mendukung proyek kami."     

"Hmm .. apa kau harus melakukannya sekarang?" Therius menutup bukunya. Terihat jelas bahwa ia tidak menyukai Marlowe tetapi ia tetap berusaha menolerir laki-laki itu demi Emma. "Aku bisa ikut denganmu untuk bicara dengannya."     

"Ah, ya. Aku perlu bicara dengannya sekarang. Aku akan melewatkan makan malam di asrama dan pulang bersamamu. Apa boleh begtu?"     

"Ya, tentu saja."     

"Baiklah, aku tahu di mana rumahnya." Emma bangkit dari kursinya dan menarik Therius untuk mengikutinya. "Terima kasih banyak karena kau datang ke sini untukku."     

Therius menyimpan bukunya di dalam saku mantel dan berjalan bersama Emma. Gadis-gadis yang duduk di sekitar mereka dan dari mencuri pandang ke arahnya selama satu jam, semua bertukar pandang dan mendesah kecewa.     

"Apa menurutmu gadis itu kekasihnya?"     

"Sepertinya begitu. Tidak bisakah kau melihat ekspresinya menjadi begitu cerah begitu ia melihat gadis tadi?"     

"Itu murid tahun ajaran baru, kan?"     

"Ya. aku melihatnya pagi ini di ruang film bersama siswa tahun pertama lainnya."     

"Oh ..."     

***     

TOK TOK     

Therius mengetuk pintu pondok Marlowe dan kemudian melemparkan pandangannya di seluruh area di sekitar mereka. Tempat ini tampak sempurna untuk Marlowe, pikirnya.     

Letaknya di tempat terpencil, dekat dengan hutan dan sangat sederhana.     

"Iya?" Marlowe membuka pintu dan matanya langsung memutar kesal saat melihat siapa yang berdiri di dekat pintunya. "Apa yang kau lakukan di sini? Kau ini pengangguran ya? Apa kau tidak punya pekerjaan? Aku terus melihatmu di mana-mana."     

Emma harus menahan tawanya ketika mendengar kata-kata Marlowe. Itu juga yang dia pikirkan. Suaminya seharusnya menjadi salah satu pria tersibuk di Akkadia. Tapi lihatlah, dia sekarang malah ada di sini, seperti laki-laki pengangguran saja.     

"Aku sedang liburan," jawab Therius dingin. "Aku di sini untuk mengunjungi Lee."     

Tepat pada saat itu, Marlowe melihat Emma berdiri di samping Therius. Ia tidak melihatnya lebih awal karena tadi ia langsung fokus pada pria besar di hadapannya yang tidak pernah dia sukai sejak hari-hari mereka bersama sebagai teman sekolah.     

"Kau ada di sini?" Marlowe menyapa Emma. "Apakah kau membutuhkan sesuatu?"     

"Ya," jawab Emma. Ia sudah memutuskan untuk tidak akan bertele-tele. "Kami membutuhkan bantuanmu untuk proyek kami."     

Marlowe mengangkat bahu.     

"Kalau kau pikir aku bukan orang sibuk, kau salah besar," kata Marlowe dengan nada singkat. Dia ingin menutup pintunya, tapi entah kenapa pintunya macet. Sepertinya ada kekuatan besar yang menahan pintu sehingga tidak bisa ditarik oleh Marlowe.     

"Kau belum mendengarkan apa yang ingin Lee katakan," tegur Therius pada sang Beast Master.     

Marlowe berusaha menarik lebih keras, tetapi tidak ada gunanya. Therius menggunakan kekuatan aeromancy-nya untuk menahan pintu agar tetap terbuka dan tidak mungkin Marlowe bisa menutup pintunya dengan paksa.     

Akhirnya pria itu menyerah. Ia bisa saja memanggil naganya untuk datang dan memberi Therius pelajaran, tapi untuk apa? Marlowe terlalu malas untuk terlibat dalam perseteruan kekanak-kanakan di usianya sepert sekarang.     

"Kau punya waktu dua menit," katanya sambil menyilangkan tangan di dada.     

"Bagus sekali! Aku hanya butuh satu menit waktumu," kata Emma sambil tersenyum. Ia lalu dengan cepat memberi tahu Marlowe semuanya dengan singkat. Pidatonya yang penuh semangat membuat sang Beast Master menjadi tertarik.     

Marlowe mendengarkan penjelasan Emma dengan mata berbinar. Jelas bahwa ia menyukai ide gadis itu. Setelah Emma selesai menjelaskan semuanya, akhirnya Marlowe mengangguk.     

"Hmm .. baiklah. Kedengarannya menarik. Namun, aku rasa kau ini terlalu banyak mengkhayal. Proyek yang kau ceritakan barusan cukup bagus tapi kupikir itu terlalu besar untuk diselesaikan oleh 25 siswa akademi. Kalian akan membutuhkan banyak uang, koneksi yang kuat, dan tenaga kerja yang mumpuni."     

Marlowe menyukai ide Emma dan tidak menyembunyikan fakta bahwa ia memang tertarik. Namun, pria itu adalah orang yang logis, dan baginya, seluruh gagasan ini terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.     

Marlowe memiliki kepribadian yang terbuka dan selalu bicara blak-blakan, tapi barusan ia mengucapkan kata-kata itu bukan tidak mematahkan semangat Emma .. ia hanya ingin Emma melihat kenyataan.     

"Aku memiliki koneksi dan sumber uang," jawab Emma. "Setiap orang diperbolehkan menggunakan sumber daya apa pun yang mereka miliki. Marci sudah mengatakan bahwa hidup ini tidak adil, jadi aku telah menerima kenyataan dan memutuskan bahwa jika tim lain akan menggunakan koneksi dan dukungan mereka, aku juga akan melakukannya."     

"Aku setuju," kata Marlowe. "Hidup ini tidak adil. Jadi ... siapa yang akan membantumu dengan proyek ini? Apakah kau bisa mendapat persetujuan Aeron untuk berpartisipasi?"     

"Kami belum melakukannya, tapi kami akan ... segera melakukannya. Aku akan berbicara dengannya segera setelah aku berbicara denganmu." Emma menatap laki-laki tampan itu dengan ekspresi memohon.     

Ia melanjutkan, "Maukah kau membantu kami? Kami akan menyelamatkan lingkungan. Dan kau bahkan dapat memutuskan program lingkungan mana yang akan menerima uang yang dihasilkan dari konser itu. Saya pikir kau pasti memiliki rekomendasi yang sangat bagus."     

Ekspresi Marlowe berubah cerah ketika ia mendengar kalimat terakhir Emma.     

Jadi, Marlowe nanti boleh merekomendasikan program yang akan mendapatkan keuntungan dari hasil konser Aeron? Wahhh... ini tawaran menggiurkan!     

"Hmm .. baiklah, aku bisa merekomendasikan proyek yang sangat membutuhkan dana agar dapat terwujud," Pria itu bergumam.     

"Proyek macam apa itu?" Emma bertanya dengan rasa ingin tahu. Ia tidak cukup tahu tentang Akkadia untuk dapat memahami apa saja masalah yang berkembang di planet mereka, atau proyek apa di sana yang layak mendapatkan dukungannya.     

Pagi ini, Emma harus bertanya kepada teman-teman sekelasnya tentang Akkadia untuk mencari tahu masalah lingkungannya. Barulah, ia dapat memperoleh ide untuk menyelesaikannya, atau setidaknya bekerja ke arah itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.