Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Pembagian Tugas



Pembagian Tugas

0Akhirnya, Emma mengangkat tangannya dan memberi isyarat agar mereka diam. Segera, semua berhenti berbicara dan memperhatikan Emma baik-baik, untuk mendengar apa yang ingin ia sampaikan.     

"Kita hanya memiliki beberapa hari untuk melakukan pekerjaan itu. Aku bisa mengurus pembicaraan dengan Marlowe dan Aeron karena aku mengenal mereka secara pribadi. Kalian akan memiliki kesempatan untuk berbicara dengan mereka selama pertunjukan dan syuting video."     

Ia melanjutkan, "Kita memiliki total 25 orang. Beberapa orang harus bekerja pada pertunjukan musik Aeron dan beberapa harus fokus mengurus tiket dan promosi, dan yang lain harus membuat konten untuk video edukasi."     

Stell mengangkat tangannya. "Akku bisa membantu penyelenggaraan acara. Pamanku bekerja di industri hiburan. Dia dapat membantuku dengan memberikan nasihat dan hal-hal lain. Kita memerlukan musisi untuk tampil bersama Aeron dan pamanku tahu banyak tentang mereka."     

"Oke, itu ide yang bagus. Siapa yang akan membantu Stell mengatur acara?" Emma mengalihkan pandangannya ke sekelilingnya. Tiga siswa mengangkat tangan. "Oke, aku butuh lebih. Kalian akan memastikan semua orang bisa tampil bersama. Siapkan studio untuk gladi bersih, cari tempat untuk pertunjukan, dll."     

"Mungkin kita bisa menggunakan aula besar di sekolah kita? Kurasa aula itu bisa menampung hingga 600 orang?" Miri menyarankan.     

"Hmm .. Itu terlalu kecil. Kita membutuhkan tempat yang dapat menampung setidaknya 1.100 orang. Kelebihan tiket 100 akan diberikan kepada bisnis lokal yang mendukung program kita," jelas Emma. Teman-teman sekelasnya mengangguk setuju.     

"Oke, kalau begitu kita harus mencari tempat lain di kota," saran Samu.     

"Jadi, pertunjukannya akan diadakan di Innstad?" Miri bertanya. "Kita perlu bekerja sama dengan perusahaan penerbangan untuk membawa Aeron ke sini. Dan juga hotel ..."     

"Aku yakin mereka akan dengan senang hati memberikan semuanya secara gratis dengan pertukaran slot promosi di kampanye pemasaran atau video edukasi kita," Stell menjawab.     

"Ya, tapi kita masih perlu membicarakannya dengan mereka," kata Emma. "Apakah kita bisa mulai bekerja malam ini dan berbicara dengan orang-orang itu besok?"     

Semua orang mengangguk. Marci tampak terkesan dengan pengambilan keputusan cepat Emma.     

Ia tidak menyangka gadis pendiam ini ternyata memiliki kemampuan kepemimpinan yang begitu baik. Emma tampak percaya diri dan penuh otoritas dan semua orang mendengarkannya.     

Andai saja Marci tahu identitas asli Emma, ​​ia tidak akan merasa terlalu terkejut. Emma adalah putri seorang jenderal terkenal dan Putri Arreya yang karismatik, dan ia menikah dengan raja Akkadia saat ini.     

Emma terbiasa dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan, terutama sejak tahun lalu. Ia biasa menyaksikan suaminya mengatur segala sesuatu dan membuat orang lain mendengarkannya dan tunduk pada perintahnya.     

Bagi Emma, ​​mengambil kepemimpinan atas proyek yang ia gagas itu sama mudahnya seperti bernapas. Ia bisa melakukannya secara alami.     

Meskipun Emma mencoba untuk tampil secara tidak mencolok sebagai siswa baru di akademi ini, kecerdasannya selalu bersinar dan sulit untuk tidak dibuat terkesan olehnya.     

Bahkan Marci sekarang menjadi lebih yakin bahwa untuk pertama kalinya dalam 6 tahun, Kelas B mungkin bisa memenangkan tantangan tersebut.     

Emma membawa ide-ide luar biasa dan ia juga memiliki koneksi yang sempurna bagi mereka untuk memulai sesuatu.     

Awalnya, Marci hanya ingin membantu mereka karena ia tidak menyukai Ylsa, tapi sekarang sang putri menjadi penasaran untuk melihat seperti apakah kelompok ini dapat mencapai tujuan proyek mereka, karena proyek yang mereka rencanakan sama sekali tidak mudah dilakukan.     

Bisakah mereka menyelesaikan semuanya dalam 4 hari dan mendapatkan hasil pada tanggal 5?     

Ia akan segera tahu.     

"Sepengetahuanku ada teater yang bagus di pusat kota," Marci mengangkat tangannya. "Ini akan menjadi tempat yang sempurna untuk konser. Jika kalian buru-buru ke sana, kalian dapat segera memastikan ketersediaannya."     

"Ide bagus." Emma menoleh ke Samu. "Samu, bisakah kau mengurusnya?"     

"Aku bisa," jawab Sammu. "Sebenarnya, aku bisa bicara dengan mereka setelah pertemuan ini."     

"Itu akan bagus. Oke, sekarang mari kita bicara lebih banyak tentang logistik dan sumber daya." Emma mengeluarkan buku dan pulpen dari tasnya dan memberikannya kepada Casia yang duduk di sebelahnya. "Tolong ambil notulen rapat kita. Sekarang kita akan membagi tugas untuk semua orang."     

Emma memimpin diskusi mereka dan segera para siswa dialokasikan dengan tugas yang membuat mereka nyaman.     

Mereka berbicara dengan penuh semangat selama dua jam sebelum pertemuan berakhir dan mereka harus kembali ke asrama dan istirahat.     

Wajah bersemangat mereka tidak luput dari perhatian teman-teman mereka, para siswa dari kelas lain. Mereka bertanya-tanya apa yang membuat Kelas B terlihat sangat senang dan bersemangat.     

"Ulla, kau cukup dekat dengan gadis-gadis dari Kelas B itu, kan?" Seorang gadis dari Kelas A menepuk bahu Ulla. "Tanyakan kepada mereka tentang proyek mereka. Aku ingin tahu tentang apa yang Marci berikan kepada mereka. Dia sepertinya akan berusaha sekuat tenaga untuk mengalahkan Ylsa. Dia mungkin menggunakan semua koneksi dan sumber dayanya untuk membantu mereka, jadi kita akan kalah."     

Ulla mengangguk. "Ya, aku juga bertanya-tanya tentang itu. Aku akan bertanya kepada mereka saat makan malam."     

Ulla menatap Emma dan Miri berjalan keluar dari aula dengan langkah-langkah santai. Gadis-gadis itu terlihat terlalu santai untuk siswa yang seharusnya stres dengan program ini.     

Apakah ada sesuatu yang baik terjadi kepada mereka?     

***     

Emma menemukan Therius di perpustakaan, sedang membaca buku, setelah ia meninggalkan teman sekelasnya. Pria itu terlihat sangat serius dan sangat menarik ketika sedang asyik dengan bukunya.     

Emma memperhatikan beberapa siswi mencuri pandang ke arah suaminya. Bibirnya langsung cemberut. Ia lalu berjalan menuju ke arah pria itu dan menyentuh bahunya dengan lembut.     

"Apa yang kau baca?" ia bertanya kepada Therius.     

Therius mendongak dan tersenyum. Ia meletakkan bukunya dan mengulurkan tanganmya kepada Emma. Gadis itu duduk di sampingnya dan memeriksa buku yang sedang dibaca Therius.     

"Ini adalah draf undang-undang baru tentang paten teknologi. Aku hanya perlu memeriksa sesuatu," jelas Therius.     

"Bukankah itu tugas menteri hukum?" Emma mengerutkan alisnya.     

"Benar. Aku hanya ingin memeriksa apa yang terjadi di bawahku, dari waktu ke waktu."     

"Oh begitu."     

"Aku tidak benar-benar sedang libur. Aku harus memimpin kerajaanku." Therius tertawa kecil. "Apakah kau sudah menyelesaikan rapatmu? Bagaimana hasilnya?"     

"Tadi rapatnya berjalan dengan baik. Kami sudah membagi tugas untuk setiap orang dan besok mereka akan mulai bekerja."     

Dari sudut matanya, Emma dapat melihat para siswi yang sedari tadi mengincar Therius tampak kecewa karena pria yang selama ini mereka pandangi termyata duduk bersama gadis lain dengan sikap mesra.     

Ini membuat Emma bertanya-tanya bagaimana kehidupan sekolah Therius dulu ketika ia belajar di akademi ini bertahun-tahun yang lalu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.