Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Apakah Kau Mau Memiliki Anak Denganku?



Apakah Kau Mau Memiliki Anak Denganku?

0Pembicaraan dengan Aeron berlangsung dengan sangat mudah. Emma tidak mengira Aeron dengan senang hati akan membantu mereka.     

"Yah, tadi itu berjalan dengan mudah," Emma tertawa kecil. "Terima kasih atas bantuanmu."     

"Sama-sama," jawab Therius. Dia meraih tangan Emma dan menciumnya dengan lembut. "Bagaimana kalau kita minum?"     

"Ya, aku akan senang." Emma mengangguk dan duduk di sofa, sementara Therius mengambil sebotol wine dan menuangkannya ke dalam dua cangkir. Rasanya ini adalah momen yang sempurna untuk bersantai dan berbicara tentang hari mereka.     

Mereka menikmati waktu mereka minum dan mengobrol dan tiba-tiba rasanya seperti kembali ke istana kerajaan lagi. Rasanya sangat menyenangkan bisa bersama.     

Seperti biasa, Therius hanya minum sedikit dan perlahan, karena toleransi alkoholnya lebih rendah dari istrinya.     

"Sayang, ketika kau menyelesaikan pendidikan di akademi, kau akan berusia 23 tahun, kan?" Therius tiba-tiba mengajukan pertanyaan. Emma mengangguk. Pria itu tampak berpikir keras sebelum akhirnya bergumam pada dirinya sendiri. "Aku akan berusia 33 tahun."     

"Ya. Itu benar," Emma menoleh ke arah Therius dan menatapnya dengan saksama. Apakah ada sesuatu yang ingin Therius bicarakan, mengenai usia mereka?     

Meskipun secara mental mereka cocok karena Emma memiliki karakter yang lebih dewasa dari umurnya, tetapi secara fisik, kesenjangan itu tetap ada.     

Mereka berbeda usia sepuluh tahun. Keduanya bertemu ketika Emma berusia 18 tahun, menikah beberapa bulan setelah ulang tahunnya yang ke-19, dan pada saat ia lulus dari akademi, Emma akan berusia 23 tahun dan mereka telah bersama selama hampir lima tahun.     

"Apa pendapatmu tentang mulai mencoba memiliki anak setelah kau lulus dari akademi?" Therius menatap Emma dengan sungguh-sungguh.     

Saat itu tiba, mereka sudah akan bersama selama bertahun-tahun dan itu akan menjadi waktu yang tepat untuk mulai membangun sebuah keluarga.     

Jika mereka mencoba dalam tiga tahun, Therius akan berusia 34 tahun ketika anak pertamanya lahir. Therius masih cukup muda untuk menghabiskan waktu bersama Emma dan berkeliling dunia bersamanya setelah dia menyerahkan kekuasaan kepada anak sulung mereka setelah ia nanti dewasa.     

"Oh..." Emma tercengang. Ia tidak mengira suaminya tiba-tiba berbicara tentang memiliki anak. Emma sendiri sudah menyebutkan beberapa bulan yang lalu bahwa ia masih terlalu muda untuk memiliki anak.     

"Aku tidak bermaksud memiliki anak dalam waktu dekat. Aku hanya ingin kita mulai membahasnya, jadi kita bisa bersiap-siap. Aku ingin merencanakan masa depan kita." Therius meletakkan cangkirnya dan menarik istrinya ke pangkuannya. "Apakah kau tidak ingin memiliki anak denganku di masa depan?"     

Emma tersenyum ketika ia mendengar pertanyaan Therius. Akhir-akhir ini, ia memang memikirkan hal yang sama.     

Bukannya Emma ingin segera punya anak. Ia tahu ia masih sangat muda dan ia pikir dirinya dan Therius akan memiliki seumur hidup bersama, jadi tidak perlu terburu-buru.     

Namun, ia tidak bisa tidak memikirkan masa depan mereka bersama. Memiliki anak dengan suaminya akan menjadi hal yang wajar dilakukan setelah dia menyelesaikan pendidikannya dan mungkin melakukan beberapa hal yang dia sukai.     

Emma tidak akan menunda terlalu lama karena ia tahu suaminya sudah cukup umur untuk menjadi seorang ayah. Tiga atau empat tahun dari sekarang, pemerintahannya akan stabil. Emma juga sudah mencapai sebagian besar hal yang ingin dia capai.     

Kehidupan mereka akan stabil dan bahagia. Ini akan menjadi saat yang tepat untuk mengembangkan keluarga mereka.     

Emma tahu karena mereka berdua adalah anak yatim piatu yang tumbuh kesepian, Therius dan dirinya memiliki keinginan yang sama untuk memiliki keluarga sendiri. Saat ini, hanya ada mereka berdua.     

Akan sangat menyenangkan memiliki lebih banyak anggota dalam keluarga kecil mereka.     

Wajah Therius berseri-seri ketika ia melihat senyuman di wajah istrinya. Apakah ini berarti... Emma setuju untuk memiliki anak setelah ia lulus?     

Hatinya dipenuhi dengan sukacita dan kehangatan.     

"Bagaimana menurutmu?" Therius bertanya lagi.     

Emma mengangguk. "Aku ingin sekali punya anak denganmu."     

Therius sangat tersentuh ketika ia mendengar jawaban istrinya... Ini mungkin hari kedua yang paling membahagiakan dalam hidupnya, setelah malam pernikahan mereka, ketika ia dapat memiliki Emma untuk dirinya sendiri.     

Hari ini dia bercinta dengan istrinya yang juga mencintainya kembali... dan sekarang Emma berkata ia akan senang memiliki anak dengannya.     

Setelah Emma datang ke dalam hidupnya, Therius tidak pernah lagi menyesali semua kemalangannya di masa lalu. Memangnya kenapa kalau ia tumbuh sebagai yatim piatu dan dibesarkan oleh nenek yang sangat keras?     

Memangnya kenapa kalau ia harus melawan begitu banyak orang yang licik untuk mempertahankan haknya sebagai putra mahkota dan akhirnya raja Akkadia? Itu semua sepadan dengan apa yang diperolehnya sekarang.     

Segala sesuatu yang ia alami dalam hidup hanya membawanya kepada wanita ini. Jika Emma adalah hasil akhir dari semua penderitaan yang ia lalui dalam hidup, maka ia akan dapat menerima semua yang terjadi.     

Bahkan kehilangan sahabatnya yang sangat berharga sepadan dengan memiliki Emma dalam hidupnya. Therius tidak akan menukar apa pun yang dimilikinya bersama Emma dengan seisi dunia.     

"Kau membuatku menjadi laki-laki paling bahagia di alam semesta ini," bisiknya. Ia menarik Emma ke dalam pelukannya. "Aku tidak sabar untuk membangun keluarga denganmu. Kita bisa punya Emma kecil atau Therius kecil..."     

Pada saat itu, Emma ingin tertawa. Suaminya menggunakan kata Therius kecil atau Emma kecil, terdengar aneh di telinganya. Mungkin itu cara Akkadia mengatakannya, tapi ia belum terbiasa.     

Namun, ketika Emma melihat betapa seriusnya Therius, dan bagaimana sepasang matanya berbinar dengan air mata kebahagiaan, gadis itu merasa tersentuh juga.     

Ahh... ia tidak pernah merasa dicintai sedalam ini oleh siapa pun sebelumnya.     

Cinta Therius untuknya sangat kuat dan Emma dapat merasakannya dari jarak yang begitu jauh. Emma percaya orang lain juga bisa melihatnya.     

Untungnya, Emma juga balas mencintai Therius. Emma merasa jika ia tidak balas mencintai suaminya, cinta Therius yang begini dalam untuk akan terasa mencekiknya.     

"Kita bisa mulai mencoba setelah aku lulus dan mungkin perlu istirahat beberapa bulan untuk mempersiapkan kesehatan dan mentalku," kata Emma sambil tersenyum.     

Ia menyadari ternyata sangat mudah untuk membuat pria ini bahagia. Therius tidak pernah menuntut hal-hal besar. Setidaknya, apa pun yang ia inginkan, sejauh ini, itu juga yang diinginkan Emma.     

"Aku senang sekali mendengarnya!" Therius memiringkan wajahnya dan mendaratkan ciuman lembut di bibir Emma.     

Mereka berciuman cukup lama. Ahh.. hari ini mereka mencapai tonggak baru dalam hubungan mereka, saat di mana mereka memutuskan untuk memiliki anak.     

Therius tidak sabar untuk mencapai lebih banyak tonggak penting di masa depan dalam hubungan mereka: menyambut anak pertama mereka, dan kemudian anak kedua mereka, lalu membesarkan anak-anak mereka bersama, melihat mereka tumbuh dengan baik menjadi anak-anak yang bahagia dan kemudian dewasa, dll.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.