Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Apakah Itu Xion?



Apakah Itu Xion?

0"Hei...! Xion!" Emma dengan cepat berlari ke arah laki-laki itu. Ia sangat merindukannya. Sudah hampir 9 bulan laki-laki itu pergi tanpa pernah memberikan kabar. Emma hanya ingin tahu apakah ia baik-baik saja.     

Therius ingin mengejarnya, tetapi anak itu baru saja pingsan dan laki-laki yang menjualnya untuk menghasilkan uang siap melarikan diri bersama anak itu jika Therius pergi untuk mengejar Emma.     

"Lihat? Tuan-tuan dan nyonya-nyonya, itu apinya. Kalian telah menonton pertunjukan yang bagus. Tolong sumbangkan sejumlah uang agar anak ini bisa makan dengan baik dan pergi ke rumah sakit karena luka-lukanya..."     

Laki-laki itu tanpa malu segera bangkit dan mengambil toples uang itu lalu berkeliling supaya para penonton akan memberi mereka lebih banyak koin.     

Therius menyipitkan matanya dengan berbahaya dan mengangkat tangannya. "ENYAHLAH!"     

"Aaahhhh...!!" Laki-laki itu tiba-tiba terangkat ke udara dan terlempar jauh dari tempat mereka berada. Jeritan dinginnya terdengar samar-samar dari ujung pasar malam.     

Kerumunan di situ tiba-tiba menjadi gempar. Mereka tahu laki-laki itu adalah penyihir yang kuat dan sekarang mereka takut ia juga akan memukuli mereka seperti yang ia lakukan pada laki-laki itu sebelumnya. Semua orang di sekitarnya menjadi panik dan perlahan mundur.     

Therius hanya melihat sekilas ke arah orang-orang itu dan berjongkok untuk melihat anak itu. Ia meletakkan telapak tangannya di dada anak itu dan memberinya energi penyembuhan.     

Beberapa detik kemudian, bulu mata anak itu berkibar dan ia perlahan membuka matanya. Begitu ia melihat Therius, wajah anak itu menjadi pucat. Ia mencoba mendorong Therius menjauh darinya, tetapi ia terlalu lemah untuk menggerakkan laki-laki itu satu inci pun.     

'Hukuman... hukuman...'     

Therius bisa mendengar bagaimana anak itu begitu takut mendapat hukuman dari laki-laki yang menyiksanya, dan hatinya terasa sakit. Entah bagaimana, ia teringat akan dirinya sendiri ketika orang jahat menangkapnya dan menyiksanya untuk melampiaskan kebencian mereka terhadap ayahnya.     

Jika bukan karena Emma Stardust, Therius akan mati ketika ia berusia 8 tahun.     

'Tidak ada yang akan menghukummu,' Therius menepuk bahu anak itu dengan lembut.     

Mata anak laki-laki itu membulat kaget. Ia bisu dan tidak ada yang pernah mengerti ia sebelumnya. Ia bahkan tidak bisa meminta bantuan orang lain. Tapi, laki-laki ini mengerti apa yang ia pikirkan?     

Apa.. laki-laki bisa membaca pikiran?     

'Ya, aku bisa membaca pikiran,' Therius mengangguk untuk mengkonfirmasi kecurigaan anak itu. Ia membantu anak itu bangun. Kerumunan telah bubar dan orang-orang tidak berani mengatakan apa pun kepada Therius. Sebagian besar dari orang di kerumunan itu hanya mencoba melirik ke arah mereka secara diam-diam.     

"Yang Mulia." Tiba-tiba, dua lelaki kekar berpakaian serba hitam datang mendekati Therius dan sedikit mengangguk. Mereka sengaja berbicara dengan suara pelan dan tidak membungkuk, sehingga orang tidak bisa mendengar mereka memanggil Therius 'Yang Mulia' karena itu akan mengungkapkan identitasnya.     

"Temukan laki-laki itu dan tahan ia bersamamu sampai aku bisa mengetahui apa yang ia lakukan pada anak ini," Therius menunjuk ke arah di mana ia melemparkan laki-laki itu sebelumnya.     

Seorang penjaga mengangguk dan dengan cepat mengejar laki-laki itu, sementara yang lain tetap tinggal untuk menerima perintah berikutnya.     

"Bran, bawa anak ini ke rumah mewah milikku dan beri ia makanan. Aku akan mencari istriku."     

Therius memberikan anak itu kepada pengawalnya dan bersiap untuk pergi. Namun, sebelum ia bisa pergi, anak itu menarik bajunya. Mata peraknya menatap Therius dengan khawatir.     

Pemandangan ini membuat hati raja sakit. Ia mengusap rambut anak itu dan menunjukkan senyumnya yang langka. "Tidak apa-apa. Kami tidak akan menyakitimu. Kau aman sekarang. Pergilah dengan anak buahku. Ia akan menjagamu dan memberimu makanan."     

Butuh satu menit penuh bagi anak itu untuk akhirnya mempercayai Therius dan melepaskan bajunya. Therius mengacak-acak rambut anak laki-laki itu dan kemudian berjalan cepat ke arah di mana ia melihat Emma pergi.     

"Ayo, Nak. Mari kita pergi." Bran menggandeng tangan anak itu dan berjalan bersamanya menjauh dari pasar malam.     

***     

Emma berjalan dengan langkah-langkah panjang untuk mengejar laki-laki yang ia pikir adalah Xion. Namun, laki-laki itu sangat cepat dan segera, ia tidak bisa melihatnya di mana pun.     

Uff, jika saja mereka tidak berada di tempat umum, ia pasti sudah terbang dan mencarinya dari udara.     

Namun, Emma tidak bisa mengambil risiko itu. Siapa tahu, jika ada orang dari sekolah di sekitar sini dan melihatnya terbang. Mereka akan curiga karena ia menghadiri akademi dan mengaku hanya seorang herbomancer.     

Mereka akan bertanya-tanya rahasia apa pun yang ia sembunyikan.     

Uff...     

"Xion! Xion..!" Emma akhirnya berhenti di tengah pasar dan mencoba memanggil Xion ke segala arah. "Tolong, aku hanya ingin melihatmu dan mengetahui bahwa kau baik-baik saja."     

Tidak ada yang menjawab panggilannya. Hanya beberapa orang yang menoleh untuk melihatnya dan bertanya-tanya mengapa gadis itu memanggil seseorang dengan begitu keras.     

Apakah ia tersesat? Apakah ia sedang mencari temannya?     

"Hei, Nona. Apakah kau tersesat? Apakah kau mencari temanmuu?" Beberapa laki-laki kekar mendatanginya dan mencoba menyentuh Emma. Gadis itu menghindari mereka secara refleks.     

"Tolong jangan sentuh aku. Aku sedang mencari teman. Aku tidak tersesat." ia menepisnya.     

"Yah.. gadis cantik yang berjalan-jalan sendirian dan terlihat tersesat sepertimu akan menarik orang jahat. Kau bisa ikut dengan kami. Kami akan menjagamu," kata salah satu laki-laki dengan bekas luka panjang di wajahnya, menyilangkan mata kanannya ke pipi kirinya.     

"Tinggalkan aku sendiri!" Emma menyipitkan matanya dengan berbahaya. Ia tidak suka dilecehkan oleh orang-orang ketika ia sedang mencari temannya. Ia tidak punya waktu untuk tindakan mereka.     

"Kau memperlakukan kami seperti kami orang jahat... ck ck.. Kami di sini untuk membantumu," kata laki-laki itu lagi sambil menyeringai. Ia memberi isyarat kepada ketiga temannya yang lain untuk menangkap Emma.     

Beruntung bagi Emma, ​​​​orang-orang itu bukan penyihir dan tidak ada dari mereka yang memiliki kekuatan elemental. Ia bisa dengan mudah menaklukkan mereka jika ia mau.     

Sementara itu, di balik warung seafood, seorang laki-laki dan wanita bersembunyi dan menyaksikan kejadian yang sedang berlangsung di tengah pasar malam itu.     

Beberapa orang juga menghentikan apa yang mereka lakukan dan mencoba membantu gadis cantik yang dikepung oleh para preman.     

"Hei, gadis itu sudah bilang agar kalian jangan menganggunnya," kata seorang laki-laki kepada pemimpin preman.     

"Itu bukan urusanmu, mengerti?" Penjahat itu menggeram dan mendorong laki-laki yang berusaha membela Emma barusan.     

Beberapa orang lain mencoba mendekat. Namun, begitu laki-laki kekar dengan bekas luka mengambil pisau panjang dari punggungnya, kerumunan menjadi ketakutan dan mundur.     

Mereka ingin membantu tetapi tidak ingin diri mereka sendiri menjadi korban.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.