Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Jalan-Jalan Malam Di Innstad



Jalan-Jalan Malam Di Innstad

0Emma tidak dapat mengeluh. Kehidupannya di istana benar-benar baik, dan semua yang ia butuhkan tersedia. Ia tidak pilih-pilih tentang di mana ia tinggal dan apa pun.     

Ia adalah siswa sekolah menengah biasa sewaktu di bumi dan telah mengalami kehidupan seperti banyak orang lain.     

"Aku pikir akan baik untukmu untuk sesekali keluar dan melihat seperti apa dunia ini," komentar Therius. "Aku pikir karena ini adalah kota kecil, Innstad tidak seramai dan melelahkan seperti kota-kota besar seperti ibu kota, misalnya. Tempat ini masih menyenangkan untuk berjalan-jalan ke berbagai tempat."     

"Aku setuju. Aku senang menjelajahi kota ini bersamamu," Emma tersenyum. Ia dan Therius berjalan bergandengan tangan, melewati beberapa restoran kecil. Bau harum dari begitu banyak hidangan lezat tercium di udara dan membuat mereka merasa lapar.     

"Bagaimana kalau kita memilih restoran untuk makan?" tanya Therius . "Kau mau makanan apa untuk makan malam?"     

Emma berpikir sejenak dan mengalihkan pandangannya ke sekeliling. Ia melihat restoran yang tampak indah dengan beberapa meja di teras dan menunjuk ke arah itu. "Ayo kita coba restoran dengan acak saja biar kita bisa bertualang dengan citarasa makanan baru."     

"Baiklah," Therius senang mendengar sarannya. Saat mereka berjalan lebih dekat ke restoran itu, ia bisa melihat nama restoran dan hidangan yang mereka sajikan.     

"Hei, pilihan yang bagus! Ini restoran khas Thaesi. Kau belum benar-benar mencoba makanan dari negara ibumu, kan?" ia bertanya.     

"Belum. Aku hanya mencoba beberapa snack dan makanan ringan dari Thaesi," jawab Emma. Ia tidak bisa membaca huruf Thaesi dan tidak mengenalinya. Jadi, ia tidak tahu ia ternyata menunjuk ke restoran Thaesi .     

Sungguh suatu kebetulan yang menyenangkan, pikirnya.     

Ketika mereka tiba di pintu masuk, seorang wanita muda, yang mungkin seumuran dengan Emma, ​​menyambut mereka dengan senyum lebar dan membawa mereka ke meja yang bagus di teras.     

"Selamat datang di Galey Restaurant. Kami menyajikan hidangan Thaesi yang lezat. Apakah kalian sudah tahu apa yang kalian inginkan, atau kalian ingin membaca menunya terlebih dahulu?" Ia bertanya kepada mereka dengan suaranya yang renyah segera setelah Therius dan Emma duduk di kursi masing-masing.     

"Aku tidak tahu apa yang kuinginkan," jawab Emma jujur. "Ini pertama kalinya aku pergi ke restoran Taeshi."     

"Ahh.. kalau begitu, selamat datang! Kau akan senang dengan pilihan hidangan kami," pelayan itu tersenyum senang dan langsung bertindak seolah-olah ia adalah duta besar Taeshi, mewakili negaranya.     

Ia melanjutkan, "Apakah Anda tahu bahwa ratu baru kita adalah setengah Taeshi? Kami memiliki beberapa menu yang dinamai dari nama beliau untuk menunjukkan betapa bangganya kami kepadanya."     

Emma mengerjap-kerjapkan matanya ketika ia mendengar kata-kata pelayan itu. "Apakah... begitu?"     

Ia ingin tertawa tetapi berhasil menahan diri. Jika ia tertawa sekarang, pelayan itu akan mengira Emma sedang menghina ratu Akkadia.     

"Ya, itu benar," jawab pelayan itu dengan bangga di wajahnya.     

"Aku yakin raja juga bangga kepadanya," kata Therius, melirik istrinya. "Siapa yang tidak? Ratu kita benar-benar cantik, pintar, dan penyayang. Raja Akkadia adalah laki-laki paling beruntung di alam semesta."     

Kata-katanya membuat Emma tersenyum lebar. Rahangnya sampai kaku. Sangat sulit untuk menahan tawanya sekarang.     

Untuk menghindari agar ia tidak tertawa keras-keras di depan pelayan itu, Emma berdehem dengan susah payah dan melambaikan tangannya "Aku lapar, mari kita lihat menunya."     

Pelayan itu tersenyum dan mengangguk. Ia mengambil tablet kecil dari saku celemeknya dan memberikannya kepada Emma sehingga ia bisa memeriksa menu.     

"Silakan periksa menu yang kalian inginkan. Anda akan dapat mengetahui detail bahan dan cara memasaknya jika Anda mengklik gambarnya. Namaku Saria. Silakan panggil aku dengan menekan tombol ini ketika Anda siap untuk memesan makanan."     

Setelah Saria meninggalkan mereka, Emma akhirnya tertawa terbahak-bahak dan mencubit lengan suaminya. "Kau terlalu berlebihan."     

Therius tertawa. "Itu memang benar kok."     

Emma menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Ia membuka tablet yang diberikan tadi dan memeriksa makanan untuk menemukan yang ia suka.     

Setelah ia mengingat dalam hatinya apa saja makanan yang ia inginkan, Emma memberikan tablet itu kepada Therius. Laki-laki itu membaca sekilas menu yang ada dan menemukan tiga hidangan yang ia sukai.     

Ia menekan tombol dan segera Saria kembali dan mengambil pesanan mereka. Setelah pelayan itu mencatat semuanya, ia meninggalkan mereka untuk memberitahu para juru masak pesanan mereka. Ia kembali lima menit kemudian dengan dua gelas wine.     

"Ini dia, Nona dan Tuan. Makanan kalian akan siap dalam dua puluh menit. Silakan nikmati wine nya sambil menunggu," kata Saria sambil meletakkan gelas di depan Emma dan Therius.     

"Terima kasih," kata Emma. Setelah Saria masuk ke dalam untuk mendapatkan pesanan orang lain, Emma mengangkat gelas wine nya dan mendentingkannya ke gelas suaminya. "Terima kasih telah meluangkan waktu untuk berada di sini bersamaku."     

"Dengan senang hati," jawab Therius.     

Emma dan Therius mengobrol tentang bagaimana hari mereka berjalan sambil menyesap wine mereka. Dari meja mereka, mereka bisa melihat pasar malam dan orang-orang yang lewat.     

"Aku ingin menjelajahi pasar malam setelah kita makan malam," Emma mengumumkan. Ia menoleh ke suaminya. "Apakah boleh?"     

"Tentu saja."     

"Itu kelihatan asyik untuk jalan-jalan di malam hari," tambah Emma. Ia menunjuk kerumunan di ujung jalan. "Apakah kau melihat kerumunan itu? Sepertinya orang-orang sedang bersenang-senang."     

Therius mengangguk. "Ya. Kurasa pasti ada artis jalanan atau semacamnya. Itu pemandangan umum di kota-kota kecil seperti Innstad."     

"Begitukah? Apa yang mereka lakukan? Saat mereka tampil, maksudku.. apakah mereka bernyanyi?" tanya Emma penasaran.     

"Kadang-kadang, ya. Bisa juga beberapa penyihir menunjukkan kekuatan mereka demi uang," Therius menjelaskan. "Kau tahu mage elemental itu langka dan di satu sisi, mereka bisa dilihat sebagai orang yang menarik untuk ditonton."     

"Oh... seperti sirkus?" Emma bertanya pada Therius.     

Emma teringat beberapa pertunjukan aneh di bumi di mana orang-orang yang terlihat berbeda atau memiliki keterampilan unik dapat menjual penampilan mereka atau pertunjukan mereka demi uang.     

"Apa itu sirkus?" Therius mengerutkan alisnya. Emma menjelaskan secara singkat apa yang ia maksud dan raja itu mengangguk mengerti. "Ya, mirip seperti sirkus."     

"Jadi, apa yang mereka lakukan?" Emma penasaran. "Jika mereka seorang pyromancer, apakah mereka akan menciptakan api atau semacamnya?"     

"Ya, seperti itu. Orang butuh uang untuk hidup, terkadang mereka melakukan pekerjaan seperti itu. Penyihir yang tidak begitu kuat dan tidak memiliki pendidikan yang cukup untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dapat menggunakan pekerjaan semacam itu," Therius menjelaskan. "Beberapa orang memilih gaya hidup itu juga."     

"Ahh.. apa menurutmu ada mage juga yang tampil di sana?" Emma sekarang menjadi sangat tertarik. Ia benar-benar berpikir ini adalah ide bagus lainnya untuk menghasilkan uang.     

Bahkan jika mereka tidak dapat tampil menyanyi seperti Aeron, sebagai mage dengan kemampuan kekuatan yang berbeda, mereka juga bisa menampilkan kemampuan mereka kepada penonton manusia biasa dan menjual tiket.     

"Kurasa begitu," jawab Therius. "Kita bisa melihat-lihat setelah kita selesai makan malam."     

"Itu akan sangat menyenangkan!"     

Makanan mereka tiba dan pasangan itu segera memusatkan perhatian mereka pada hidangan mewah di hadapan mereka. Saat ia mencoba makanan itu satu per satu, Emma benar-benar, seperti yang dikatakan Saria, terkejut.     

Makanannya terasa sangat enak dan menggoda. Malam itu Emma makan lebih banyak dari biasanya.     

Melihat Emma sangat menikmati makanannya, Therius mengingat dalam hati untuk meminta Stacia belajar membuat beberapa hidangan Taeshi untuk istrinya ketika mereka kembali ke rumah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.