Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Putri Sandera



Putri Sandera

0Therius tidak menjawab kata-kata sahabatnya. Pandangan matanya tampak serius menatap ke angkasa.     

Ah, calon istri. Ia mengakui bahwa ia masih belum dapat membiasakan diri dengan kata-kata itu. Ia menganggap dirinya masih terlalu muda untuk menikah. Dan gadis itu pun... tentu sekarang berusia jauh di bawahnya.     

Satu-satunya alasan ia datang kemari, menempuh perjalanan sejauh 6 bulan cahaya adalah demi memenuhi permintaan kakeknya, Raja Rhemus. Ia memang merupakan pangeran putra mahkota, tetapi kedudukannya tidak akan kuat kalau ia belum berhasil mendapatkan dukungan dari pihak negara-negara bawahan. Negara terpenting yang harus ia dapatkan adalah negara asal Putri Arreya.     

Anak perempuan sang putri memegang peranan penting dalam menentukan siapa penguasa kerajaan Akkadia berikutnya, sama seperti sang ibu.     

Ia merasa beruntung karena pihaknya mendapatkan informasi ini terlebih dulu, sebelum kedua sepupunya. Mungkin sekarang mereka sudah mulai mencium ada yang tidak beres dengan menghilangnya Therius untuk waktu demikian lama.     

Ia tidak akan heran kalau nanti begitu ia kembali ke Akkadia, mereka sudah tahu ia akan membawa calon pengantin. Suasana tentu akan kembali menjadi panas.     

Bagi Therius, pernikahan ini adalah keputusan politik. Namun demikian, ia bukanlah pria yang tidak punya hati dan menganggap gadis itu sebagai alat belaka. Ia benar-benar berharap apa yang terjadi antara pamannya dan Putri Arreya tidak terjadi kepadanya.     

"Laki-laki lain akan senang bertemu calon istrinya, tetapi kau malah gugup atau.. malah sedih?" Xion menggoda Therius sambil duduk di sampingnya dan tertawa kecil. Ia lalu menepuk bahu sahabatnya dan nada suaranya menjadi serius. "Kau lelaki baik. Perempuan yang akan menikah denganmu adalah wanita yang beruntung."     

***     

Emma dan Haoran turun dari pesawat dengan wajah dipenuhi kekaguman. Pesawat itu mendarat di sebuah hanggar setengah lingkaran yang tembus pandang, sehingga mereka bisa melihat angkasa yang gelap dengan milyaran bintang menghiasi di atas mereka.     

"Selamat datang di rumah, Tuan Putri," terdengar suara menyapa mereka bergaung dari langit-langit.     

"AWA...?" Emma berjalan mendekati pintu hanggar yang segera menggeser ke samping secara otomatis.     

Ia berharap melihat seorang manusia Android dengan wujud seorang wanita berusia 30-an seperti yang dilihatnya di layar tadi, tetapi tidak ada seorang pun yang tampak menyambut mereka.     

"AWA, kau di mana?" tanya Emma.     

"Aku ada di sini, Tuan Putri. Aku adalah komputer sentral yang mengendalikan seisi rumah. Aku tidak memiliki wujud fisik. Tuan Putri dapat berbicara kepadaku kapan dan di mana saja," kata AWA.     

"Oh..." Barulah Emma menyadari bahwa AWA sengaja menampakkan diri di layar sebagai wanita berusia 30-an agar Emma tidak kaget melihat komputer bicara kepadanya. "Aku mengerti. Apakah kau bisa membawa kami berkeliling tempat ini?"     

"Dengan senang hati. Saat ini Anda berada di hanggar, tempat parkir pesawata. Tuan Putri bisa mengikuti lorong ini untuk masuk ke rumah utama. Di sana Anda bisa beristirahat dan melakukan berbagai kegiatan. Di sampingnya ada pusat kendali yang mengatur semua sistem pendukung kehidupan di sini."     

"Apakah kapsul yang dibawa orang tuaku masih ada di sini?" tanya Emma penasaran.     

"Benar. Kapsulnya disimpan tidak jauh dari sini dan disamarkan agar tidak terdeteksi satelit dari bumi."     

"Oh..." Emma menceritakan kepada Haoran apa yang didengarnya dari AWA sambil menarik tangan pemuda itu untuk berjalan keluar dari hanggar menuju rumah utama. Tempat mereka berada dilapisi semacam kubah tembus pandang yang menyimpan oksigen.     

Emma menduga pusat kendali yang mengatur sistem pendukung kehidupan yang tadi disebutkan AWA yang mengatur asupan oksigen tingkat gravitasi bagi mereka sehingga keduanya dapat berjalan dengan normal dan bernapas seperti di bumi.     

"Tempat ini sangat mengagumkan," kata Haoran berkali-kali. Ia tak henti-hentinya melihat ke atas, lewat kubah tembus pandang itu dan mengagumi pemandangan langit. Sebagai penyuka astronomi, ini adalah pengalaman yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.     

Mereka tiba di sebuah pintu besar tanpa kenop di ujung lorong. Sebelum mereka bertanya-tanya bagaimana cara membukanya, pintu itu telah bergeser ke samping dan memberi mereka jalan.     

Emma dan Haoran bergerak maju dan menemukan sebuah ruangan besar dengan dekorasi yang indah. Ada sofa bersantai di sana dengan permadani lembut dan perabotan lainnya yang tampak mewah.     

"Di sebelah kiri ada dua buah kamar, Tuan Putri dan teman Tuan Putri bisa beristirahat di sana."     

"Terima kasih AWA. Aku masih belum lelah. Aku ingin bertanya banyak hal kepadamu..." kata Emma cepat. Ia duduk di sofa bersama Haoran dan memperhatikan sekelilingnya. "Aku ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya kepada ayah dan ibu. Mengapa mereka melarikan diri dari Akkadia? Aku perlu tahu informasi sebanyak-banyaknya agar aku dapat menemukan mereka."     

"Tuan Putri Arreya dan Jenderal Kaoshin Stardust meninggalkan Akkadia karena mereka saling mencintai dan ingin menikah. Tuan Putri Arreya sudah ditunangkan dengan Putra Mahkota Darius. Jenderal Stardust akan dianggap memberontak jika ia melarikan Putri Arreya dan menikah dengannya."     

"Aku tidak mengerti mengapa ibuku harus menikah dengan putra mahkota. Bukankah ia seorang putri? Mengapa ia harus menikahi laki-laki yang tidak dicintainya?" tanya Emma. "Bisakah kau menceritakan kepadaku apa yang terjadi dari awal sehingga aku dapat mengerti dengan lebih baik?"     

"Tuan Putri Arreya adalah putri sandera. Kerajaan Akkadia memiliki 5 negara jajahan. Kelima negara tersebut mengirimkan anak-anak lelaki dan perempuan raja ke ibukota Akkadia untuk menjadi sandera agar orang tua mereka tetap patuh kepada raja Akkadia. Selama orang tuanya mengirim upeti dan tunduk para Raja Rhemus, maka anak-anak mereka akan diperlakukan dengan baik.     

"Tuan Putri Arreya adalah calon istri pilihan Pangeran Darius sejak mereka masih kecil. Ia dipilih menjadi calon ratu Akkadia karena pertimbangan politik. Tetapi, ketika Putri Arreya masuk ke akademi, ia bertemu dengan Kaoshin Stardust dan mereka saling jatuh cinta. Selebihnya, Tuan Putri sudah mengetahui apa yang terjadi."     

Emma termenung. Sekarang ia mengerti mengapa ibunya berstatus sebagai putri tetapi harus menikahi putra mahkota Akkadia. Ternyata Putri Arreya bahkan tidak berasal dari Akkadia, melainkan kerajaan lain yang dijajah olehnya. Ia dapat membayangkan betapa marahnya Pangeran Darius saat mengetahui calon istrinya melarikan diri dengan laki-laki lain. Selain marah, ia pun pasti merasa terhina.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.