Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Kecurigaan Mary



Kecurigaan Mary

0Setelah semua kehebohan itu berakhir, kelas pun dimulai. David dan Haoran yang masuk kelas baru, segera menjadi bahan percakapan siswa di kelas A. Yang awalnya mereka terkejut dan tidak percaya bahwa dua siswa pengacau dari kelas F berhasil pindah ke kelas A, pelan-pelan berubah menjadi kagum.     

Bagaimanapun, Haoran dan David cukup terkenal di sekolah. Walaupun mereka terkenal sebagai pengacau, gadis-gadis justru menyukai persona mereka yang dianggap lebih keren daripada siswa pintar yang cenderung membosankan.     

Emma sempat mendengar kasak-kusuk beberapa teman perempuannya yang membicarakan kehadiran dua murid baru di kelas mereka dengan antusias.     

"Aku tidak menyangka ternyata selain keren, Haoran dan David juga sangat pandai. Berarti gosip bahwa selama ini Haoran sengaja menyabotase ujiannya itu benar."     

"Wahh.. seru sekali! Kelas kita pasti akan menjadi lebih ramai dan menyenangkan dengan adanya mereka."     

"Iya.. mereka itu kan terkenal sebagai sumber kehebohan di kelas F. Aku tidak sabar. Sekolah kita tahun ini pasti akan menjadi sangat menarik!"     

Emma hanya bisa memijat keningnya mendengar pembicaraan mereka. Ia tahu Haoran sengaja masuk kelas A karena ingin bersamanya, dan David berjuang keras memperbaiki nilainya demi mendapatkan hadiah mobil dari ayahnya.     

"Selamat pagi, anak-anak..."     

Suasana heboh di kelas seketika berubah menjadi hening ketika Pak Young masuk ke dalam kelas bersama Bu Wen diikuti oleh dua siswa laki-laki yang wajahnya tampak cengar-cengir. Haoran dan David bersikap sangat sopan ketika mereka berdiri di depan kelas dan menunggu dengan sabar sampai Pak Young memperkenalkan mereka.     

"Baiklah. Tahun kita ternyata kita memperoleh kejutan menyenangkan dari kelas F. Perkenalkan ini adalah teman baru kalian selama setahun ke depan. Haoran Lee dan David Wijaya." Pak Young menoleh ke arah dua siswa itu dan tersenyum. Wajahnya terlihat sangat bangga. "Mereka belajar habis-habisan selama liburan musim panas kemarin, di saat kalian berlibur dan bersenang-senang. Dan ternyata... hasil ujian susulan mereka begitu bagus, sehingga peringkat siswa mereka bisa naik drastis dan berhasil masuk ke dalam 30 besar."     

Murid-murid kelas A saling pandang. Ucapan Pak Young barusan mengonfirmasi bahwa Haoran dan David menggunakan cara jujur untuk memperbaiki nilai-nilai mereka.     

"Bapak berharap, kalian akan menjadikan mereka sebagai contoh. Kalau mereka.. murid-murid kelas F saja bisa menjadi lebih baik.. apalagi kalian? Kalian semua di sini adalah siswa-siswa terbaik di SMA St. Catherine. Bapak yakin kalian akan bisa membuat orang tua kalian dan sekolah bangga." Pak Albert Young lalu menoleh ke arah Haoran dan David. "Sekarang perkenalkan diri kalian kepada teman-teman kalian dan cari kursi kosong."     

"Hei.. kalian pasti sudah mengenalku dari kelas F," kata Haoran sambil mengedip. Seketika terdengar suara desahan tertahan dari beberapa siswa perempuan yang menatap pemuda tampan itu dengan wajah berseri-seri. "Namaku Haoran Lee. Senang bisa berteman dengan kalian."     

David ikut tersenyum. Ia mengangguk ke arah teman-teman kelasnya yang baru. "Hallo semua. Aku David."     

"Baiklah, kalian bisa mencari kursi kosong." Pak Young menunjuk ke arah para siswa dan mempersilakan kedua siswa baru ini untuk mencari kursi mereka.     

Ada dua kursi yang kosong karena penghuni sebelumnya sudah pindah ke kelas B. Satu kursi yang sebelumnya diduduki Mary ada di sebelah Emma, dan satu lagi kursi yang sebelumnya diduduki Leonard, ada di dekat Cedric.     

Dengan tahu diri, David segera berjalan ke arah Cedric dan menaruh pantatnya di kursi sebelah pemuda itu. Haoran tersenyum puas melihat David langsung mengerti posisinya. Dengan langkah santai dan kedua tangan di dalam saku, ia berjalan mendekati Emma.     

Nadya tampak mendelik saat Haoran melewatinya dan duduk di kursi yang biasa ditempati sahabatnya, Mary. Ia masih merasa sebal karena bukan ia tahu betapa sedih hati sahabatnya ketika membaca pengumuman tadi dan menemukan bahwa dirinya ternyata keluar dari kelas A.     

Mary sangat menyukai Haoran dan di akhir semester yang lalu sangat berharap Haoran bisa masuk ke kelas A, agar mereka dapat bersama. Tetapi kini, Haoran masuk kelas A, sementara Mary justru terdepak. Sungguh sangat disayangkan.     

"Hei, Stardust... akhirnya kita sekelas!" cetus Haoran sambil duduk di bangkunya. Ia menatap Emma dengan pandangan gembira.     

Gadis itu mengangguk. "Selamat, ya..."     

Sejak hari itu, Haoran, Emma, dan David menjadi teman sekelas, sementara Eric, Dinh, dan Alex pindah ke kelas C. Untungnya ketiga pemuda itu sama sekali tidak keberatan. Selama mereka masih bertiga dalam satu kelas, mereka masih dapat bersenang-senang bersama.     

***     

"Aku tidak percaya ini bisa terjadi kepadaku.." Mary masih menangisi nasibnya saat ia dan Nadya bertemu di kantin untuk makan siang bersama. "Kenapa David bisa masuk kelas A juga?? Seharusnya Haoran saja yang masuk, biar kami bisa bertemu setiap hari di kelas..."     

"Uhm.. dari yang kudengar, David belajar mati-matian karena ayahnya menjanjikannya hadiah mobil baru. Kau bisa lihat sendiri, mobilnya di tempat parkir," kata Nadya.     

"Kalau begitu.. kenapa Haoran tidak masuk kelas B saja, biar kami bisa bersama? Aku benci situasi ini..." Mary meratap lagi.     

"Mary.. kurasa sebaiknya kau jangan lagi menyukai Haoran. Sudah kubilang dari dulu.. dia itu tidak cocok untukmu. Kurasa dia dan Emma punya hubungan dekat." Akhirnya Nadya mencoba membuat Mary berhenti menangis. "Aku tidak tahu kenapa aku bisa lupa menceritakan ini kepadamu, tetapi waktu di Paris, mereka berdua kelihatan dekat sekali. Aku baru menyadarinya dari berbagai foto yang kuambil di sana. Kalau kau lihat foto-foto teman-teman kita yang ikut karyawiswata ke Paris... kau juga bisa melihat bahwa mereka sering berjalan di belakang sambil mengobrol berdua."     

Mary mengerutkan keningnya. "Benarkah?"     

Ia mengambil ponselnya dan membuka media sosial untuk memeriksa foto-foto dari teman sekolahnya. Haoran tidak mempunyai media sosial, sehingga Mary harus puas bisa melihat foto-foto pemuda itu dari media sosial David dan Alex yang memposting foto-foto mereka.     

"Memang fotonya jarang ada, tetapi kau bisa melihat di beberapa foto yang ini.. dan yang ini, mereka terlihat sedang mengobrol berdua," Nadya menunjuk beberapa foto di layar ponsel Mary.     

Mary menyipitkan matanya dan mengerutkan kening. Ia tidak mengerti apa yang terjadi sebenarnya antara Emma dan Haoran.     

"Sebentar... bukankah sebelumnya kita mendengar dari Yolisa bahwa Haoran ingin ikut karyawisata ke China, tetapi ia membatalkannya di saat terakhir untuk ikut ke Paris...?" Mary menoleh ke arah Nadya dan menatapnya dalam-dalam. "Emma bilang ia sangat ingin bisa ikut karyawisata ke Paris, kan?"     

Nadya mengangguk. "Benar. Apakah menurutmu Haoran mengubah rencananya karena Emma?"     

Mary mendesah panjang. Ia kembali memperhatikan foto di ponselnya. Itu adalah foto yang diambil Bianca di taman Versailles dan tampak Haoran dan Emma di latar belakang sedang mengobrolkan sesuatu.     

"Di foto ini mereka memang terlihat cukup akrab..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.