Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Ulang Tahun Haoran (3)



Ulang Tahun Haoran (3)

0Di sana terparkir sebuah catamaran berwarna putih dengan aksen biru yang cantik sekali. Haoran segera melempar tasnya dan kantong belanja lalu membantu Emma naik ke atas kapal. Beberapa menit kemudian mereka sudah mengitari kapal saat Haoran membawa Emma berkeliling dan menunjukkan isi kapalnya.     
1

Emma hanya bisa mengangguk kagum pada setiap sudut kapal yang ditata dengan begitu elegan. Di bawah kapal ada sebuah dapur kecil dan di konter dapur ada sebuah kue ulang tahun kecil dan buah-buahan.     

"Kita akan berwisata ke tengah laut dan piknik. Kuharap kau suka," kata Haoran. Ia lalu membuka pintu kulkas dan menunjukkan begitu banyak makanan, camilan, dan berbagai botol wine mahal. "Aku sudah menyiapkan semuanya."     

Emma menggeleng-geleng dan wajahnya tampak bingung. "Ini bagus sekali. Aku menjadi tidak enak. Sebenarnya kau yang berulang tahun, tapi seolah aku yang mendapatkan berbagai hadiah."     

"Masa sih?" tanya Haoran. "Kau adalah hadiah ulang tahun terbaik bagiku. Tidak ada yang bisa mengalahkan itu. Semua yang kulakukan ini hanya untuk merayakan ulang tahunku bersamamu. Apa gunanya memiliki perempuan tercantik di dunia bersamaku kalau pestanya tidak meriah. Aku melakukan ini semua untukku juga kok."     

"Ahaha.. baiklah, kalau kau bilang begitu," kata Emma akhirnya. "Ngomong-ngomong, kau bisa menjalankan kapal ini?"     

"Bisa. Dulu aku dan ayah ibuku sering melaut.. sebelum mereka bercerai," jawab Haoran. "Aku sudah lama tidak ke laut seperti ini. Setelah ada kau, aku merasa rindu untuk kembali berlayar."     

"Oh.. begitu."     

"Ayo, sebaiknya kau ganti pakaian renang sementara aku mengeluarkan kapal ini dari dermaga. Nanti kalau sudah selesai kau bisa bergabung denganku di anjungan," kata Haoran. Ia menunjuk kabin dan kamar mandi yang terletak di sebelah dapur. "Di situ ada kabin dan di sebelahnya ada kamar mandi. Kau bisa menaruh barang-barangmu dan berganti pakaian di sana."     

"Terima kasih."     

Emma menuruti saran Haoran dan mengganti pakaiannya di kabin. Ia keluar 10 sepuluh menit kemudian dengan mengenakan bikini cantik berwarna biru dan celana pendek santai. sebuah syal tipis diikatkan melingkari kepalanya menjadi sebuah bandana. Emma juga menemukan sepasang kaca mata polarized di dalam kantong belanja.     

Ahh.. Haoran sungguh menyiapkan semuanya!     

Gadis itu naik ke anjungan dan menemukan Haoran berdiri di belakang kemudi seperti kapten kapal yang tampan. Pemuda itu mengenakan board short berwarna hitam dan kaca mata hitam. Tubuh atasnya yang telanjang tampak keren sekali karena memiliki bentuk yang proporsional dengan dada bidang, perut rata, dan otot-otot yang pas.     

Untuk sesaat Emma tertegun dan menelan ludah. Ia seperti melihat gambar di majalah. Haoran yang menyadari kehadiran Emma segera melambaikan tangan dan menyuruh Emma mendekat.     

"Ayo ke sini. Kau mau coba mengemudi?"     

Emma mengangguk. Haoran mendorong tubuh gadis itu menghadap kemudi dan berdiri di belakangnya. Ia lalu menaruh kedua tangan Emma pada roda kemudi dan mengarahkannya untuk memutarnya ke kiri dan ke kanan. Jadi, sebenarnya Haoranlah yang mengemudi dengan menggunakan tangan Emma.     

Mereka berdiri dalam posisi itu selama beberapa menit dan pelan-pelan dada Emma berdebar semakin kencang dan suhu tubuhnya meningkat. Haoran yang merasakan sikap Emma menjadi kaku segera memiringkan kepalanya dan menatap mata Emma dengan ekspresi keheranan.     

"Kau kenapa?" tanyanya.     

Saat mata mereka bertemu, pemuda itu bisa melihat sepasang mata Emma tampak dipenuhi nafsu dan ia segera sadar apa yang terjadi. Ini sama seperti ketika mereka berciuman saat melihat hujan meteor dan Haoran menjadi terangsang.     

Saat ini sebaliknya, justru Emma yang merasa tidak nyaman dan dipenuhi pikiran-pikiran tidak pantas. Padahal tadinya, Haoran memang hendak mengajari Emma mengemudikan kapal, tanpa ada maksud lain.     

Ia tidak sadar bahwa sejak ia memberikan hadiah pakaian tadi, Emma telah merasa begitu tersanjung oleh perlakuan Haoran yang begitu manis. Pelan-pelan dada gadis itu dipenuhi euforia yang tak dapat ia jelaskan.     

Haoran memeluk gadis itu ke dadanya. Ia tidak berkata apa-apa. Ia juga menahan diri untuk tidak mencium Emma lagi. Ia tahu kalau sampai ia mencium gadis itu, pertahanan diri keduanya akan roboh dan mereka mungkin akan melakukan hubungan seksual saat itu juga.     

Akal sehatnya masih bekerja dan ia memutuskan untuk meredakan dorongan tersebut dengan memeluk Emma dan berbisik lembut ke telinganya, "Kita harus belajar bersabar. Belum waktunya."     

Bagaimanapun Emma belum dewasa. Mereka harus menunggu waktu yang tepat. Lagipula, mereka masih memiliki banyak rencana untuk dilakukan dan cita-cita untuk dicapai. Kalau sampai Emma hamil, semuanya bisa menjadi berantakan.     

Walaupun ada begitu banyak metode kontrasepsi yang tersedia, Haoran tidak mau mengambil risiko walaupun hanya nol koma satu persen. Mereka belum siap dan ia tidak mau terjadi sesuatu yang akan menggagalkan rencana mereka.     

Emma mengerti apa yang dipikirkan Haoran, walaupun tanpa membaca pikirannya, dan ia setuju sepenuhnya. Akhirnya mereka berdua hanya berpelukan erat sambil menenangkan debaran kencang di dada masing-masing.     

Lima menit kemudian mereka akhirnya melepaskan diri. Wajah keduanya tersenyum lebar dan mata mereka bertatapan dengan pandangan penuh pengertian.     

"Dasar cewek mesum," goda Haoran sambil mengacak rambut Emma. Gadis itu membalas dengan memukul bahunya. "Aw.. sakit. Sebagai hukumannya, kau harus menyiapkan selimut piknik kita dan makanan serta minuman. Taruh saya di dek. Aku akan membawa kita ke lautan lepas dulu, jauh dari dermaga, dan mematikan mesin."     

"Baiklah," kata Emma.     

Gadis itu segera turun ke dapur dan mengeluarkan peralatan piknik dan menatanya di atas dek. Ia membawa kue ulang tahun kecil dari konter dapur dan menatanya di atas selimut piknik dengan dua piring dan garpu kecil.     

Ia juga menaruh sparkling wine dingin di dalam ice bucket berisi es agar tetap dingin dan dua buah gelas wine. Tak lupa Emma juga mengupas beberapa buah dan menata irisan buah dengan cantik di atas piring.     

Lima belas menit kemudian Haoran telah meninggalkan ruang anjungan dan bergabung dengannya di dek. Kapal mereka telah berada jauh di tengah lautan dan kini melayang di atas air dengan mesin mati.     

"Wahh.. kelihatan mewah sekali," puji pemuda itu sambil duduk di samping Emma. "Kurasa kita bisa merayakan ulang tahunku sekarang."     

"Apa tidak lebih baik menunggu sampai matahari terbenam?" tanya Emma. "Satu jam lagi matahari terbenam, pasti cantik sekali pemandangannya kalau kau meniup lilin dengan latar belakang langit berwarna-warni."     

"Ahh.. kau benar juga." Haoran mengangguk setuju. "Kalau begitu sekarang kita minum wine dan mengobrol saja. Nanti kalau matahari tenggelam, kita bisa merayakan ulang tahunku."     

"Benar. Aku juga punya hadiah ulang tahun untukmu," kata Emma. "Aku akan menunggu matahari terbenam untuk menyerahkannya kepadamu."     

Haoran menjadi penasaran akan hadiah dari Emma. Ia tidak melihat Emma membawa barang khusus, hanya tas sandangnya seperti biasa. Tadinya ia malah mengira Emma tidak menyiapkan apa-apa untuknya.     

Ahh.. ternyata kekasihnya cukup perhatian dan sudah membawa hadiah untuknya. Haoran merasa sangat tidak sabar!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.