Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Sarapan



Sarapan

0Emma bangun ketika matahari keesokan paginya dengan tubuh yang terasa pegal. Ia membuka matanya dan berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi. Pikirannya segera melayang pada peristiwa sejak Haoran menjemputnya ke kampus dan membawanya ke marina.     

Mereka kemudian berlayar ke tengah laut dan merayakan ulang tahun Haoran. Ia memberikan hadiah spesial yang telah disiapkannya untuk pemuda itu. Haoran sangat terharu. Lalu mereka berciuman di udara. Ditutup dengan Emma mencoba kekuatannya.     

Ah.. ya, Emma juga ingat bahwa ia menjadi sangat kelelahan dan akhirnya jatuh pingsan.     

Ia bangkit pelan-pelan dari posisi tidurnya dan mengamati bahwa ternyata Haoran telah membantu Emma mengenakan atasan sebelum gadis itu tidur. Tanpa sadar Emma menyentuh kausnya dengan bibir tersenyum. Ia percaya bahwa Haoran tidak akan mengambil kesempatan dan melakukan hal yang tidak senonoh kepadanya.     

Ia menoleh ke samping dan menemukan pemuda itu tidur memunggunginya di atas selimut. Rupanya Haoran sengaja mengambil posisi tidur di luar selimut sehingga ia tidak menyentuh Emma yang berbaring di bawah selimut.     

Dengan hati-hati Emma memiringkan tubuhnya untuk melihat wajah pemuda itu dan tidak membangunkannya. Ahh.. Haoran tampak tidur dengan damai sekali.     

Untuk beberapa lama Emma hanya terpaku di tempatnya mengagumi wajah tampan itu. Ia sangat menyukai Haoran, dan semakin hari perasaannya menjadi semakin kuat. Ia kini menyadari bahwa dirinya tidak terlalu sedih seperti dulu saat ia masih sendirian.     

Adanya Haoran dalam hidupnya membuat Emma memiliki tempat berbagi. Ia kini percaya pada pepatah bijak Swedia yang berbunyi "Shared joy is double joy; Shared sorrow is half a sorrow."     

Yang berarti bahwa berbagi kebahagiaan akan menggandakannya dan berbagi kesedihan akan menguranginya. Emma merasa setiap kesedihannya menjadi berkurang setiap ia membagikannya kepada Haoran, dan setiap sukacitanya menjadi berlipat ganda setiap Haoran ada bersamanya.     

Apalagi, Emma merasa bahwa di dunia ini tidak ada yang lebih mengerti dirinya selain Haoran. Mereka sama-sama merindukan orang tua yang mereka sayangi. Haoran merindukan ibunya dan Emma merindukan ayah dan ibunya.     

Setelah mengucap syukur atas keberuntungannya bertemu Haoran, Emma pelan-pelan turun dari tempat tidur dan mengganti pakaiannya di kamar mandi. Ia mengenakan gaun musim panas yang ringkas dan terlihat cantik di tubuhnya.     

Dengan ringan ia lalu melangkah ke dapur dan mencoba melihat ada bahan makanan apa saja yang tersedia. Ah, ternyata mereka punya roti, telur, susu, dan kopi. Dengan cekatan Emma membuat omelet dan roti bakar dan menyajikannya dengan kopi hitam dan susu terpisah.     

Ia lalu masuk ke kabin hendak membangunkan Haoran, tetapi ketika ia membuka pintu, Emma melihat ternyata Haoran sudah bangun. Pemuda itu sedang meregangkan tubuhnya ketika ia melihat Emma. Secara otomatis wajahnya langsung tersenyum dan ia menyapa Emma.     

"Selamat pagi, Stardust," sapa Haoran dengan suara ceria. Ia bangun dari tempat tidur dan segera menghampiri Emma. "Aku mencium bau makanan. Kau menyiapkan sarapan untuk kita?"     

Emma mengangguk. "Iya. Aku baru saja hendak membangunkanmu untuk sarapan, jangan sampai omelet dan roti bakarnya dingin."     

"Kenapa tidak membangunkanku? Aku kan bisa membantumua membuat sarapan," kata Haoran sambil menyengir. Ia memeluk Emma dan kemudian menarik tangannya ke dapur. "Omelet buatanku enak, lho..."     

"Ahaha.. tidak apa-apa. Aku bisa sendiri kok. Lagipula kau tadi kelihatannya pulas sekali. Aku tidak tega membangunkanmu," kata Emma. "Nanti kau bisa mencuci piring.""Baiklah," Haoran mengangguk setuju. "Ayo makan sekarang. Aku sudah lapar."     

Haoran membawa nampan berisi dua piring berisi roti bakar, omelet dan irisan buah ke dek sementara Emma membawa poci kopi dan dua cangkir serta susu. Ia lalu menuangkan kopi untuk mereka dan menyerahkan secangkir kepada Haoran. Pemuda itu menerimanya dan menuang sedikit susu ke cangkirnya baru kemudian meminum kopinya. Wajahnya tampak sangat cerah.     

"Terima kasih untuk sarapannya," kata Haoran.     

"Sama-sama," kata Emma.     

Mereka kemudian menikmati sarapan berdua sambil memandang laut. Sambil makan, keduanya mengobrol tentang macam-macam hal. Haoran hendak memastikan bahwa Emma pagi ini baik-baik saja, setelah tadi malam jatuh pingsan akibat terlalu banyak mengeluarkan kekuatannya.     

"Uhm.. tubuhku pegal-pegal, tetapi tidak ada yang parah," kata Emma. "Sepertinya aku memang kemarin terlalu berlebihan."     

"Hm... tadi malam kau sempat membuatku kuatir," kata Haoran. "Aku takut terjadi apa-apa denganmu."     

"Ah.. aku tidak apa-apa, kok," kata Emma menenangkan. "Aku hanya kelelahan. Aku akan memberitahumu kalau ada apa-apa."     

"Syukurlah kalau begitu," kata Haoran. "Oh, ya.. kau tidak apa-apa bolos kursus hari ini kan? Bagaimana kemajuanmu sejauh ini?"     

"Lumayan," jawab Emma. "Aku belajar banyak. Oh, ya tanggal 18 Agustus aku akan datang ke cyber security conference di Esplanade. Aku mau mengembangkan wawasanku dalam topik itu."     

"Tanggal 18 itu hari Sabtu ya?" tanya Haoran sambil memeriksa kalender di ponselnya. "Kau pergi sendiri? Mau kutemani?"     

Emma menggeleng. "Aku diajak oleh Allan Wu. Dia kakak kelas kita di sekolah, mungkin kau pernah dengar namanya? Dia mengambil dua kursus yang sama denganku."     

Haoran mengerutkan keningnya. "Aku kenal Allan. Dia mantan ketua dewan siswa. Yang itu kan?"     

Emma mengangguk. "Benar, itu dia.""Oh.. Aku tidak tahu kalian dekat," kata Haoran lagi. "Apakah dia menyukaimu?"     

Emma mengangkat bahu. "Mungkin saja. Tapi yang jelas aku tidak menyukainya."     

"Ahahahaha..." Haoran tersenyum simpul mendengar kata-kata Emma.     

Dalam hati ia menjadi tenang. Ia masih ingat bagaimana 'sempurnanya' Allan Wu, mulai dari penampilannya yang rapi, wajahya yang tampan dan otaknya yang encer. Belum lagi ia juga terkenal sebagai siswa teladan dan ketua dewan siswa, bagaikan langit dan bumi dari Haoran yang bahkan tidak naik kelas dua tahun berturut-turut.     

Namun dengan santai, barusan Emma mengatakan bahwa ia tidak menyukai Allan. Ha. Itu berarti Emma memang tidak menyimpan perasaan sedikit pun kepada pemuda itu. Haoran menjadi lega. Ia tidak akan cemburu secara tidak perlu. Tidak ada seorang pun yang memiliki hubungan istimewa dengan Emma seperti dirinya.     

"Kalau dia mengganggumu, kau harus bilang kepadaku," kata Haoran. "Ayahnya bekerja di Lee Industries. Aku bisa menyingkirkan ayahnya kalau perlu."     

Emma tersenyum mendengar kata-kata Haoran. "Aku tahu. Dia tidak mengangguku kok. Kalau ada apa-apa, aku akan memberitahumu."     

"Terima kasih." Haoran mengangguk puas.     

Mereka menyelesaikan sarapan mereka dengan tenang sambil membicarakan kegiatan les mereka nanti sore. Karena Emma sangat senang berada di laut, mereka memutuskan untuk kembali ke daratan dua jam sebelum les sehingga mereka punya lebih banyak waktu untuk menikmati kapal mereka.     

***     

Setelah sarapan dan bersantai sebentar, Haoran dan Emma memutuskan untuk berenang. Tadinya Emma ingin mencoba kekuatannya mengendalikan air, tetapi Haoran menasihatinya untuk tidak mengambil risiko karena ia masih kelelahan.     

"Masih ada akhir pekan depan kalau kau mau mencoba kekuatanmu, Emma," kata Haoran. "Kita bisa ke sini setiap minggu. Tidak usah buru-buru. Sekarang sebaiknya kita bersenang-senang saja."     

Emma akhirnya setuju dengan saran Haoran. Mereka pun menghabiskan sepanjang siang dengan bersantai di dek, berenang di laut, dan makan siang. Suasana hati keduanya sangat gembira, rasanya mereka tak ingin kembali ke daratan.     

Pukul 3 sore, akhirnya Haoran mengemudikan kapal mereka kembali ke marina. Pukul empat kurang sedikit mereka sudah tiba kembali di Lotus Garden dan bersiap menyambut kehadiran teman-teman mereka yang akan ikut les bersama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.