Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Aku Akan Membuat Teh Lagi



Aku Akan Membuat Teh Lagi

0Mereka berciuman selama beberapa menit. Rasanya pemandangan hujan meteor yang demikian indah di langit, saat ini tidak penting lagi. Yang penting adalah satu sama lain.     

Secara alami Emma bergerak semakin mendekat hingga tubuh bagian depannya dan Haoran saling menyentuh. Tangan Haoran yang memeluk pinggangnya perlahan-lahan naik ke punggung gadis itu dan mengusap bahu Emma dengan lembut. Lidahnya menerobos celah bibir Emma yang sedikit terbuka dan dengan antusias menjelajah mulut gadis itu dan melancarkan ciuman yang lebih panas.     

Emma belum pernah merasakan sensasi seperti yang sedang ia alami sekarang, akibat dari sentuhan kedua tangan Haoran pada punggung dan pinggangnya dan ciuman hanya dari pemuda itu. Tanpa terasa desahan kecil lolos dari bibir Emma yang membuat Haoran tertegun. Ciumannya terhenti dan napasnya mulai menjadi berat. Dengan enggan pemuda itu lalu melepaskan diri dari Emma.     

"Ahem..." Pemuda itu mendeham dan kemudian batuk-batuk kecil dan segera mengambil cangkir tehnya dan pura-pura memusatkan perhatiannya pada minumannya.     

Emma yang merasakan tubuhnya mulai menjadi panas dan napasnya ikut menjadi berat, merasa keheranan mengapa Haoran tiba-tiba menghentikan ciumannya.     

Ia menoleh ke arah pemuda itu dan mengamatinya, berusaha mengerti apa yang baru saja terjadi.     

Apakah Haoran tidak suka menciumnya? Mengapa ia berhenti tiba-tiba seperti ini, di sana Emma begitu menikmati pertemuan bibir dan lidah mereka? Apakah Haoran tadi memikirkan gadis lain.. yang bernama Lily itu?     

Untuk pertama kalinya, Emma merasakan cemburu di dadanya. Ini adalah perasaan yang asing bagi gadis itu, dan ia tidak menyukainya.     

Sementara itu, Haoran masih batuk-batuk. Wajahnya memerah dan sikapnya menjadi canggung. Emma benar-benar bingung, apa yang terjadi sebenarnya.     

Akhirnya, karena penasaran, Emma pun memutuskan untuk membaca pikiran pemuda itu untuk mengetahui isi hati Haoran.     

"Astaga..." Tanpa sadar Emma menahan napas, matanya membulat dan wajahnya berubah menjadi sangat merah. Secara refleks ia mendekap dadanya dan menatap Haoran yang sedang berkonsentrasi meminum tehnya sambil mengarahkan pandangannya ke arah lain, jauh dari Emma.     

Emma juga ikut batuk-batuk dan segera meraih cangkir tehnya. Wajahnya tampak malu sekali saat ia juga menoleh ke arah yang berkebalikan dari arah pandangan Haoran dan berkonsentrasi pada minumannya.     

Ia baru sadar, ternyata Haoran menghentikan ciumannya bukan karena ia tidak menyukai Emma, melainkan sebaliknya. Haoran terlalu menyukai Emma, dan ciuman mereka barusan terlalu intens sehingga membangkitkan nafsu seksualnya sebagai laki-laki.     

Ia buru-buru melepaskan diri dari Emma dan menghalau pikiran mesumnya dengan memandang ke halaman sambil menyesap tehnya.     

Kedua remaja itu sama sekali tidak saling bicara ataupun memandang selama beberapa menit, sementara mereka menenangkan dada mereka yang berdebar-debar.     

"Ahem... aku mau membuat teh lagi..." gumam Emma lima menit kemudian.     

Debaran di dadanya telah berangsur-angsur mereda dan ia ingin mengalihkan perhatiannya dari Haoran dengan turun ke dapur dan membuat minuman lagi.     

Haoran hanya mengangguk, tidak menoleh ke arahnya. Emma mengambil nampan berisi poci teh dan turun ke dapur. Di sana ia memasak air untuk menyeduh teh sambil memikirkan apa yang baru saja terjadi.     

Astaga... ia menepuk keningnya sendiri. Untung saja tidak ada di antara mereka yang minum terlalu banyak dan menjadi mabuk. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi seandainya Haoran tidak dapat menguasai diri, mungkin tadi mereka sudah berbuat terlalu jauh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.