Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Professor Ren Hanenberg



Professor Ren Hanenberg

0Emma mengikuti setiap sesi dengan penuh minat. Semua topik yang dibahas menurutnya sangat menarik. Allan sampai terkesima melihat betapa gadis itu tampak begitu tertarik pada setiap pembahasan para pembicara. Ia memperhatikan Emma mencatat beberapa hal dalam notesnya setiap kali ada hal yang menurutnya penting.     

Sesi sebelum makan siang dengan Ren Hanenberg termasuk sesi yang paling populer hari itu. Ketika sang pembicara kehormatan naik ke atas panggung dan memulai presentasinya, semua hadirin benar-benar berkonsentrasi memperhatikan setiap ucapan yang keluar dari bibirnya.     

Emma sempat terkesima ketika melihat pria muda yang sangat mengesankan itu. Walaupun usia Ren Hanenberg sudah 25 tahun, wajahnya yang tampan terlihat lebih muda dari usia sebenarnya. Emma dapat membayangkan jika pria itu mengenakan pakaian kasual, orang-orang mungkin akan mengira ia masih remaja.     

Tubuhnya tinggi ramping dan penampilannya sangat formal dan rapi. Emma curiga Profesor Hanenberg sengaja selalu memilih pakaian formal berwarna gelap agar terlihat lebih tua. Rambutnya ikal berwarna cokelat dipotong pendek dengan rapi. Segenap sikapnya tampak demikian berwibawa.     

Tidak ada satu pun orang yang membuat suara ketika ia tampil di podium dan mulai dengan presentasinya. Suaranya terdengar sangat percaya diri dan tegas. Penyampaiannya juga runut dan jelas. Emma dapat membayangkan pria itu mengajar di dalam aula seperti saat ia masih menjadi dosen di universitas. Ia pasti akan membuat kuliah Astrofisika menjadi hal yang menyenangkan untuk dihadiri.     

"Hallo semuanya, namaku Renald Harenberg dan saat ini aku memimpin salah satu divisi yang paling sibuk di SpaceLab, yaitu Space Exploration. Sebelumnya aku adalah dosen dan peneliti di European Technical Insitute dan menjadi dosen luar biasa di MIT.     

Aku sangat meminati segala sesuatu yang berhubungan dengan luar angkasa dan mendedikasikan sangat banyak bagian dari hidupku untuk bidang ilmu pengetahuan yang akan membawa kita selangkah lebih dekat ke angkasa. Aku menerima pekerjaan di SpaceLab karena kami memiliki visi yang sama. Aku memimpin divisi Space Exploration sejak tahun lalu.     

Selain tantangan standar seperti riset dan teknologi yang terus kami kembangkan, kami juga menghadapi begitu banyak serangan digital yang mengancam kelangsungan operasi kami. Ancaman pencurian data, ancaman sabotase, dan masih banyak lagi. Karenanya SpaceLab merangkul white hat hackers terbaik dunia untuk bekerja bersama kami dalam mengembangkan sistem cybersecurity terbaik."     

Ia menjelaskan lebih lanjut tentang berbagai contoh serangan yang pernah dihadapi SpaceLab dan bagaimana mereka menanganinya. Pemaparannya sangat menarik dan membuat Emma kagum kepadanya. Dalam hati ia merasa bahwa cara Prof. Hanenberg bicara dan berpikir benar-benar mengingatkan Emma akan dirinya sendiri.     

Prof. Hanenberg tampak benar-benar sangat disegani dan para hadirin semua memperhatikan pemaparannya dengan ekspresi kagum. Setelah ia selesai bicara, puluhan tangan segera teracung untuk mengajukan pertanyaan kepadanya.     

Emma hanya memperhatikan sesi tanya jawab dan tidak bertanya sendiri. Ia takut menarik perhatian. Lebih baik kalau nanti ia bertemu Profesor Hanenberg secara pribadi.     

"Kau tidak ingin bertanya apa-apa?" tanya Allan yang duduk di sampingnya.     

Emma menggeleng. "Aku akan bertanya langsung kepadanya di acara makan siang nanti."     

"Oh.. ide bagus. Kau bisa sekalian berkenalan dan mengobrol dengan lebih dekat." Allan mengangguk setuju.     

Emma terus memperhatikan ke panggung selama Prof. Hanenberg menjawab berbagai pertanyaan dari hadirin yang antusias. Pria itu menjelaskan banyak hal dengan lugas. Kecerdasannya membuat begitu banyak orang kagum sehingga mengabaikan sikapnya yang dingin dan tidak ramah.     

Setelah sesi tanya jawab selesai, moderator segera mengambil alih dan membuat kesimpulan sebelum kemudian mengakhiri sesi tersebut dan mempersilakan para peserta untuk makan siang di aula yang telah disediakan.     

Allan segera menarik tangan Emma untuk mengejar Prof Hanenberg sebelum pria itu bergerak menuju ruang makan siang khusus pembicara.     

"Professor, selamat siang!" Begitu mereka tiba di depan Prof Hanenberg yang hendak berjalan menuju ruangan sebelah, Allan buru-buru menyapa pria itu dengan menyebutkan nama ayahnya. "Hallo, Prof. Ayahku menitip salam. Beliau adalah Charles Wu, direktur di Lee Industries. Katanya kalian bertemu dalam presentasi SpaceLab bulan lalu."     

Pemuda itu menghentikan langkahnya dan menatap Allan dengan pandangan datar. Wajahnya tampak seperti mengingat sesuatu. Tidak lama kemudian ia pun mengangguk. "Aku kenal ayahmu."     

"Oh.. Perkenalkan, namaku Allan dan ini temanku, Emma. Emma sangat mengagumi Anda," kata Allan dengan cepat. Ia mengerling ke arah Emma sambil tersenyum, senang karena menganggap ia telah menanam budi pada gadis itu dengan membawanya bertemu Prof. Hanenberg.     

Emma mengulurkan tangannya dan menyalam Prof. Hanenberg. Pria itu membalas sambil menatap Emma dengan pandangan rumit. Ia lalu mengangguk.     

"Oh.. maafkan aku kalau lancang. Aku sangat mengagumi Anda dan sangat berharap bisa mengobrol dengan Profesor selama makan siang..." Emma menatap Prof Hanenberg dalam-dalam. "Kuharap Profesor tidak keberatan."     

Prof. Hanenberg mengangguk lemah. Ia tak kuasa menolak permintaan Emma, gadis itu telah mengerahkan segenap kemampuannya untuk mempengaruhi pikiran sang profesor.     

"Ayo ikut bersamaku," kata pria itu setelah melepaskan tangannya dari Emma. Ia memasukkan kedua tangan ke saku dan berjalan menuju ruang jamuan VIP. Dengan langkah-langkah ringan Emma ikut berjalan mengikutinya. Allan mengekor di belakang mereka.     

Ketiganya duduk di sebuah meja kehormatan dan pelayan segera melayani mereka dengan menyajikan berbagai hidangan mewah. Allan dan Prof. Hanenberg masing-masing menikmati segelas wine dengan makanan mereka, sementara Emma meminum jus jeruk.     

Walaupun ia sangat menyukai wine, Emma tahu diri untuk tidak minum di depan umum karena statusnya yang masih di bawah umur. Mereka makan siang bersama dan berbincang-bincang tentang presentasi Prof Hanenberg dalam sesinya tadi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.