Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Merencanakan Ulang Tahun



Merencanakan Ulang Tahun

0Ketika Emma datang, Haoran dan teman-temannya sedang berenang di kolam renangnya yang besar. Mereka telah tiba dari sekolah dua jam yang lalu dan sambil menunggu Emma, mereka memutuskan untuk menyenangkan diri dengan berenang.     

Cuaca Singapura yang cukup terik memang sangat terasa pas untuk dihabiskan dengan bermain air. Saat melihat Emma tiba, para pemuda itu segera memanggilnya agar bergabung dengan mereka.     

"Heii.. Emma, belajarnya nanti saja ya... Lagi tanggung berenangnya," seru Alex. "Kau tidak kepanasan? Ayo berenang sekalian biar... ugh....hmph... humph..."     

Alex tidak sempat menyelesaikan kata-katanya karena Haoran telah membenamkannya ke dalam air dan menahannya di bawah air selama satu menit sementara Alex megap-megap.     

Ketika Alex berhasil melepaskan diri dari Haoran ia memukul bahu temannya itu dengan ekspresi kesal.     

"Heii!! Kau curang... kalau mau membenamkanku, seharusnya kau bilang," omelnya.     

'Awas kalau kau mengajak Emma berenang lagi,' balas Haoran tanpa suara. Barulah Alex menyadari kesalahannya. Dengan segera ia tertawa terpingkal-pingkal. Alex baru menyadari barusan Haoran bersikap posesif dengan mencegah teman-temannya melihat tubuh Emma dalam pakaian renang.     

Suasana hati Alex menjadi sangat baik karena menertawakan Haoran dan tidak jadi melanjutkan omelannya. Ia hanya keluar dari kolam renang, memakai jubah mandinya dan berjalan menghampiri Emma yang baru tiba di pinggir kolam dan memperhatikan mereka.     

"Aku ke sini bukan untuk mengajar les," komentar Emma. Ia duduk di pinggir kolam dan mengayun-ayunkan kakinya di dalam air. "Haoran menyuruhku datang untuk melihat tukang memasang antena dan peralatan radio untuk proyek Moon Bounce."     

"Ahh.. proyek itu," komentar Alex. "Sangat menarik! Memangnya alat-alatnya sudah datang, ya?"     

"Sudah datang," jawab Haoran. Ia juga keluar dari kolam renang lalu membasuh tubuhnya di bawah shower outdoor yang terletak di samping kolam renang. Shower outdoor itu dipasang dengan latar belakang taman yang hijau dan indah, sehingga terlihat sangat indah dan berbaur dengan alam. Modelnya seperti shower outdoor di resort di Pulau Bali.     

Untuk sesaat Emma terpesona melihat Haoran membasuh tubuhnya di bawah shower dengan latar pemandangan taman yang begitu cantik. Ini baru pertama kalinya Emma melihat tubuh pemuda itu dengan hanya mengenakan celana pendek berenang.     

Karena ia lebih tua dari teman-temannya, tubuh Haoran sudah lebih berbentuk daripada mereka. Bahkan Eric yang tubuhnya paling kekar dan berisi dibandingkan teman-temannya, tampak kalah indah dari tubuh Haoran yang tinggi dan ramping dengan otot-otot yang tidak terlalu kentara saat tertutupi pakaian, tetapi saat terbuka seperti ini, pahatan tubuhnya terlihat nyata, apalagi di bawah shower seperti sekarang.     

Ah, ya.. Haoran selalu rajin berolah raga dan ia berenang hampir setiap hari. Tentu saja ia akan terlihat demikian bugar, pikir Emma. Tanpa sadar gadis itu menelan ludah dan membuang muka ke arah Alex yang ternyata sedang memergokinya memperhatikan Haoran.     

"Kau sedang memikirkan apa? Pasti memikirkan hal-hal mesum tentang Haoran," goda Alex sambil tertawa menggoda.     

Emma hanya memutar matanya dan berjalan meninggalkan Alex masuk ke dalam mansion. Ms Chang, salah satu pelayan di rumah Haoran yang melihatnya tiba segera menyapanya dengan ramah.     

"Nona mau minum jus atau teh dingin?" sapanya ramah.     

"Teh dingin saja, Ms. Chang," kata Emma kepada sang pelayan dengan sikap sopan. Ms. Chang mengangguk dan kembali tidak lama kemudian dengan seteko besar air teh dingin dan buah-buah iris di mangkuk besar. Cangkir untuk minum telah tersedia di meja tamu.     

Haoran masuk ruang duduk dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Ia menyapa Emma dan dan kemudian bergegas naik ke lantai dua, menuju kamarnya untuk berganti pakaian. Eric, Dinh, dan David muncul tidak lama kemudian dengan pakaian yang sudah berganti dan rambut yang masih basah.     

Dengan gembira mereka duduk mengelilingi buah-buahan dan teh dingin yang disajikan Ms. Chang dan membahas kegiatan mereka hari ini.     

"Aku tidak tahu apakah aku akan kuat mengikuti kelas musim panas sampai selesai," keluh David. "Kalau bukan karena hadiah mobil dari ayahku, aku pasti sudah kabur jalan-jalan ke Thailand bersama kakakku."     

Emma segera teringat Haoran mengatakan bahwa David akan segera berulang tahun yang ke-18. Ia lalu menanyakan hari ulang tahun mereka semua agar ia dapat mencatat tanggalnya dan memberikan mereka ucapan selamat.     

"Oh... ulang tahunku hari Jumat ini," kata David dengan gembira. "Aku akan membawa minuman ke sini. Kita bisa bersenang-senang setelah les."     

Mereka masih belajar les bersama Emma setiap hari Rabu dan Jumat, yang berarti hari ulang tahun David yang ke-18 akan dirayakan di tempat Haoran setelah mereka selesai belajar.     

"Ah, seru sekali!" kata Alex dengan penuh semangat. "Aku akan membawa kembang api."     

Emma mengangguk-angguk. Ia membuka ponselnya dan mencatat tanggal ulang tahun David, tanggal 7 Juli. Ia lalu menoleh kepada Alex dan menanyakan tanggal ulang tahunnya.     

"Kalau kau, kapan tanggal kelahiranmu?" tanyanya.     

"Oh.. aku? Aku lahir tanggal 31 Desember. Kalau Haoran lahir tanggal 1 Agustus," jawab Alex.     

Emma hanya memutar bola matanya, mendengar Alex dengan sukarela menyebutkan tanggal ulang tahun bosnya, padahal Emma tidak memintanya.     

"Kalau Dinh? Eric?" Ia mengangkat sebelah alisnya dan menatap kedua pemuda itu.     

"Ahhh... Emma sangat perhatian. Aku berulang tahun tanggal 2 Oktober," jawab Dinh sambil mencomot sepotong besar irisan buah mangga dan melahapnya.     

"Aku berulang tahun di bulan Desember juga, sebelum Alex," jawab Eric. "Tanggal 10."     

Emma baru menyadari ia adalah yang termuda di antara mereka. Ia menatap kalender di ponselnya dan mengangguk-angguk. Ia tidak akan melupakan ulang tahun mereka dan nanti mengucapkan selamat.     

"Aku dengar kalian membicarakan tentang ulang tahun," tiba-tiba terdengar suara Haoran dari arah tangga. Mereka semua menoleh ke arahnya dan menemukan pemuda itu turun dari lantai dua dengan pakaian baru yang santai. Ia meluncur dari pegangan tangga dan segera bergabung dengan mereka di sekeliling meja. "David mau merayakan ulang tahunnya di sini? Kenapa kalian tidak menginap saja sekalian? Di sini banyak kamar kosong. Kita bisa pesta semalaman kalau perlu."     

David tampak bertukar pandang dengan teman-temannya. Mereka menyukai gagasan Haoran.     

"Aku suka itu.. Ayahku sedang keluar negeri menangani kasus di Malaysia. Ibuku pasti mengizinkan," kata David dengan penuh semangat. "Kita bisa pesta semalaman. Aku akan membawa minuman, kembang api, dan game."     

Haoran menoleh ke arah Emma dan menatapnya sambil tersenyum manis. "Kau mau ikut? Kita bisa mencoba melakukan Moon Bounce sekalian. Seharusnya semua alatnya sudah datang sebelum Jumat."     

Seketika wajah Emma menjadi berseri-seri. "Aku mau."     

Kelima pemuda itu serempak bersorak.     

"Asyik! Seru kalau begitu..." kata Alex dengan penuh semangat. "Ini memang cukup mendadak, tetapi aku akan meminta izin ibuku. Beliau pasti mengizinkan."     

"Aku akan bilang ayahku kalau kita menginap bersama untuk membahas beberapa tugas.. ahaha... seharusnya tidak apa-apa," timpal Dinh. Semua irisan buah di mangkuk besar telah tandas, pindah ke perutnya.     

"Kalau kalian semua sudah ikut, aku akan ikut juga," Eric mengangkat bahu. Ia menghabiskan teh manis di gelasnya lalu menuangkan kembali untuk dirinya sendiri.     

Mereka menjadi bersemangat membahas pesta mereka di hari Jumat nanti. Emma belum pernah 'berpesta' dengan teman-teman sebayanya, tetapi melihat antusiasme mereka, ia dapat membayangkan pasti acaranya akan sangat menyenangkan. Lagipula ia sangat menyukai kelima pemuda itu.     

"Permisi, Tuan Muda... ada tamu di luar," kata Ms. Chang tiba-tiba. Ia masuk ke ruangan mereka dan memberi tahu Haoran bahwa tukang pemasang antena dan peralatan radionya sudah tiba. "Mereka sudah saya persilakan masuk, dan sekarang menunggu di depan garasi."     

"Ah... pemasang antenanya sudah datang. Ayo kita bantu mereka membawa perangkatnya ke halaman belakang," kata Haoran kepada teman-temannya. "Peralatannya cukup besar."     

Semua mengikutinya dengan penuh semangat ke garasi. Di sanalah paket-paket berisi peralatan yang dipesannya disimpan. Mereka sudah mendengar sedikit banyak tentang proyek Moon Bounce ini dari Haoran dan penasaran ingin mengetahui bagaimana cara kerjanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.