Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Taruhan



Taruhan

0Sekejap kemudian ia telah melesat sambil memeluk pinggang Emma, terbang tinggi ke udara.     

Hal ini tiba-tiba mengingatkan Emma pada momen saat ia membawa Haoran terbang dan mereka berciuman di udara.     

Tetapi sebaliknya kali ini, Theriuslah yang membawanya terbang. Tanpa sadar dada Emma berdebar sangat keras ketika menyadari tubuhnya menempel begitu dekat dengan tubuh Therius dan tangannya melingkari leher pria itu, sementara kedua tangan Therius memeluk pinggangnya.     

Pada saat yang sama, Therius juga terlihat merasakan hal yang sama. Dadanya berdebar-debar untuk pertama kalinya dalam hidup, saat ia bersentuhan dengan begitu dekat pada Emma.     

Kulit tubuh mereka yang hanya tertutup pakaian renang minim saling bersentuhan dan entah kenapa tangannya yang memeluk pinggang Emma terasa begitu hangat.     

Saat itu juga ia merasa seolah tubuhnya dialiri listrik yang aneh dan tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Untuk sesaat pemuda itu menahan napas.     

"Uhm... aku... bisa terbang sendiri," kata Emma dengan suara serak. "Lepaskan aku."     

"Oh, iya, tentu saja..." Therius yang biasanya tenang tiba-tiba terdengar bicara dengan suara terbata-bata. Ia melepaskan pelukannya dari pinggang Emma dengan enggan. "Kau bisa sendiri?"     

"Tentu saja, aku kan seorang aeromancer," kata Emma. Ia juga telah melepaskan pegangan tangannya dari leher Therius. Wajahnya entah kenapa terasa begitu panas.     

"Soalnya, tadi kau hampir tenggelam di bawah sana, padahal kau adalah seorang hydromancer," kata Therius sambil menunjuk ke sungai di bawah mereka. Gelombang air besar yang tadi tumpah dari langit telah menggenang di samping sungai dan sebagian melaju ke tengah lembah.     

Ia hendak mengonfirmasi keraguannya akan kemampuan Emma terbang sebagai seorang aeromancer, karena tadi Emma yang seharusnya dapat mengendalikan air ternyata tadi hampir tenggelam.     

"Tadi itu aku panik karena serangan gelombang yang tiba-tiba," omel Emma. "Semua ini gara-gara Xion."     

Ia segera mengedarkan pandangannya berusaha mencari pria jahil yang menyebalkan itu.     

"Xiooooonn!!! Di mana kau, brengsek?!" seru Emma. Ia melayang ke sana kemari berusaha mencari Xion, sementara Therius tetap melayang di tempatnya dan memperhatikan gadis itu.     

Pikirannya pergi ke momen beberapa saat yang lalu saat ia dapat memeluk gadis itu dalam dekapannya di dalam air dan kemudian melayang di udara.     

Kulit Emma benar-benar sehalus kelihatannya. Therius merasa kecanduan pada perasaan yang tadi menguasai dirinya saat ia menyentuh gadis itu.     

Dan, entah bagaimana, sepertinya ia juga merasakan kecanduan pada aroma tubuh gadis itu yang khas.     

Therius belum pernah bersentuhan dengan Emma dalam posisi semesra itu dan kini ia tak dapat menyingkirkan pikiran itu dari benaknya.     

Ia bukan laki-laki perjaka yang belum pernah menyentuh wanita... tetapi entah kenapa, baru kali ini ia merasa setiap sentuhannya menjadi begitu istimewa.     

Sepasang mata topaznya memperhatikan Emma dengan penuh minat. Tubuh Emma dalam balutan pakaian renangnya sangat indah, dan ia dapat segera membayangkan bagaimana seandainya tubuh gadis itu tidak mengenakan apa-apa.     

Oh... ia pasti akan menjadi gila karena bahagia kalau sampai saat itu tiba dan ia dapat memiliki Emma seutuhnya.     

Ia akan memujanya dan memuaskannya...     

"Awas kau kalau berpikiran mesum tentang aku!" omel Emma tiba-tiba sambil menepuk kepala Therius, membuat pria itu tergugah dari lamunannya.     

"Apa kau bilang?' tanya Therius. Ia mengerjap-kerjapkan matanya keheranan.     

Apakah Emma dapat membaca pikirannya? Tidak mungkin, kan? Level gadis itu masih di bawahnya. Emma seharusnya tidak akan dapat menembus pikiran Therius dan membaca isinya.     

"Tadi aku bilang awas kalau kau sampai berpikiran mesum tentang aku!" tukas Emma sambil mengerucutkan bibirnya. "Aku tahu apa yang ada dalam pikiranmu."     

Ia tidak perlu membaca pikiran Therius untuk mengenali ekspresi mendamba di wajah pria itu. Apalagi tadi saat mereka berpelukan ketika melesat ke udara, ia dapat merasakan napas Therius yang agak memburu, suhu tubuhnya meningkat, dan detak jantungnya menjadi lebih cepat.     

Apalagi itu kalau bukan Therius merasa terangsang saat memeluknya tadi? Emma tak bisa menyalahkan pria itu. Therius adalah lelaki normal, yang mungkin memiliki kebutuhan seksual yang sehat, apalagi ia terang-terangan menyukai Emma.     

Dan tadi, situasinya memang cukup membuat dada berdebar-debar. Mereka terperangkap dalam situasi yang mengakibatkan keduanya saling memeluk. Bahkan Emma merasakan jantungnya berdegup kencang dan wajahnya bersemu merah.     

"Maaf. Aku tidak dapat menahannya," Therius mengaku.     

Ia lalu membuang pandangannya ke arah lain, berusaha tidak melihat ke arah Emma lagi. Ia tak mau ekspresi wajahnya terbaca gadis itu.     

"Astaga... maafkan aku!" seru Xion tiba-tiba dari jauh. Pria itu terbang melayang ke arah mereka dari tengah lembah. "Aku tidak melihat Putri Emma tadi sedang berlatih hydromancy. Aku ikut hanyut terbawa air bah hingga jauh ke tengah lembah."     

"Lain kali lihat-lihat dulu sebelum bertindak," omel Emma. Ia melesat ke arah Xion dan memberinya pukulan bertubi-tubi di bahunya yang sama sekali tidak dielakkan pria itu. Xion benar-benar terlihat merasa bersalah sehingga ia tidak mencoba menghindar dari pukulan Emma.     

"Iya.. maafkan aku. Aku lupa kalau kau perempuan," tukas Xion sambil mengaduh-aduh. "Aku tidak akan mengulanginya."     

"Kau lupa aku ini perempuan?" Emma mengerutkan keningnya. "Gila! Memangnya tampangku seperti laki-laki??"     

Therius berdeham. "Bukan itu maksudnya. Xion lupa kau perempuan karena Xion memperlakukanmu sebagai teman kami."     

Emma tertegun mendengar kata-kata Therius.     

Ah, benar juga. Xion benar-benar memperlakukan Emma sebagai bagian dari dirinya dan Therius sehingga ia sama sekali tidak berhati-hati.     

Hmm... entah kenapa, hal itu justru berhasil meredakan kemarahan Emma. Ia tidak lagi cemberut dan marah-marah kepada Xion.     

Dalam hatinya, Emma merasa senang karena dianggap sebagai bagian dari mereka. Persahabatan kedua orang ini sangat akrab, dan Emma merasa tersanjung karena sepertinya Therius dan Xion mengizinkan Emma masuk dan menjadi bagian dari mereka.     

Hal ini membuatnya kembali teringat kepada Haoran yang menjadi sahabat pertamanya di bumi, dan lewat Haoranlah, Emma kemudian mempunyai teman-teman baru dalam diri Alex, Dinh, Eric, dan David. Haoran juga mengizinkan Emma masuk ke dalam kelompoknya dan menjadi bagian dari mereka.     

Rasanya hal yang sama terjadi sekarang antara dirinya dan Therius serta Xion.     

"Baiklah, aku akan melupakan keisenganmu sekali ini," gerutu Emma. "Awas kalau kau ulangi lagi."     

"Aku berjanji, Tuan Putri," kata Xion sambil tersenyum lebar. Ia lalu menunjuk ke bawah mereka. "Kau mau menemaniku menangkap ikan untuk camilan? Rasanya semua olahraga ini membuatku kembali menjadi lapar lagi."     

Emma mengangguk. Ia senang dapat menangkap ikan bersama Xion karena tadi ia tidak ikut ambil bagian saat mereka berburu hewan kecil untuk makan malam.     

"Kita balapan," kata Therius tiba-tiba. "Siapa yang dapat menangkap ikan paling besar duluan, dia menang."     

"Sebentar... yang menang dapat apa?" tanya Emma buru-buru.     

"Yang menang akan mendapatkan permintaan dari yang lainnya. Orang-orang yang kalah harus mengabulkan satu permintaan orang yang menang," kata Therius sambil tersenyum. "Kau takut kalah?"     

Emma menimbang-nimbang peluangnya. Ia adalah seorang hydromancer. Walaupun level energinya lebih rendah daripada Therius, tetap saja air adalah elemen yang dikuasainya, tidak seperti kedua pria itu.     

Ini membuat kedudukan mereka seimbang.     

"Permintaannya boleh apa saja?" tanya Emma sambil menatap Therius dalam-dalam. "Apakah aku bisa minta apa pun? Ataukah ada batasan?"     

Pemuda itu mengangguk. "Apa saja yang masuk akal. Artinya kau tidak bisa meminta nyawa orang lain. Xion dan aku biasanya minta hal-hal remeh seperti siapa yang harus gilliran jaga, atau mengerjakan PR waktu kami di akademi dulu."     

"Oh... kedengarannya tidak menarik," dengus Emma. "Aku kira hadiahnya lebih besar."     

Sepasang mata Therius berkilat-kilat sat mendengar perkataan Emma. Ia terpesona oleh Emma. Gadis ini sepertinya menginginkan sesuatu yang besar, dan hal itu membuatnya bertanya-tanya apa gerangan yang diinginkan Emma.     

"Baiklah, kalau itu maumu. Kita bisa menaikkan taruhannya untuk sekarang. Pemenangnya bisa meminta APA SAJA, bukan hanya hal kecil. Kau hanya tidak boleh meminta nyawa." Therius tersenyum tipis. "Kau bisa minta apa saja kepadaku dan Xion. Pengecualiannya adalah kau tidak boleh meminta membatalkan kontrak perjanjian kita, karena kita sudah membuat kesepakatan terpisah untuk menyelesaikannya lima tahun lagi."     

"Hmm..." Emma mendesah pendek. Tadinya ia berharap akan dapat memenangkan lomba mereka sekarang dan sebagai hadiahnya ia akan meminta Therius membatalkan perjanjian mereka.     

"Kau mau ikut balapan?" tanya Therius dengan penuh perhatian.     

Emma mengerutkan keningnya dan berpikir cepat.     

Ah... kalaupun ia menang dan dapat memperoleh permintaan kepada Therius dan Xion, ia tidak keberatan menunda permintaannya selama lima tahun, hingga tiba hari pertarungan antara dirinya dan Therius.     

Emma akan meminta Therius untuk mengalah dan membiarkan ia menang, lima tahun dari sekarang, hingga tiba hari di mana Emma akan bertarung secara terbuka dengan Xion.     

Ia belum tahu apa yang akan dimintanya kepada Xion. Tetapi tidak ada salahnya membuat kedua laki-laki itu berutang satu permintaan kepadanya.     

"Baiklah. Aku ikut," kata Emma.     

"Bagus. Kita bisa mulai dalam hitungan ketiga," kata Xion. "Setelah hitungan ketiga, kita semua harus melesat ke dalam sungai dan menangkap ikan terbesar lalu dibawa ke puncak tebing untuk dimasak. Yang menangkap ikan besar paling cepat, dialah pemenangnya."     

"Setuju," kata Emma. Wajahnya tanpa sadar menyunggingkan senyum tipis. Ia yakin akan dapat mengalahkan mereka berdua.     

"Satu. Dua..." Xion yang berada di tengah kemudian menarik napas panjang sebelum menyerukan angka terakhirnya. "TIGA!!"     

Dengan secepat kilat, tiga sosok tubuh segera melesat turun dari langit dan hendak menyelam ke sungai, menangkap ikan yang mereka maksud.     

Karena level energi Emma berada paling rendah, ia tertinggal sedikit di belakang Xion dan Therius yang melesat seperti bayangan dan dalam waktu singkat sudah hampir menyentuh sungai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.