Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Air Bah



Air Bah

2Emma merasa sangat senang ketika ia memeriksa ranselnya di mobil dan menemukan bahwa Atila memang menaruh berbagai perlengkapan yang ia butuhkan. Ia menemukan satu perangkat pakaian berbahan halus ditaruh Atila di ranselnya.     

Pakaian renang itu bahannya halus dengan model seperti baju renang 1-piece dan modelnya sangat cantik. Emma dapat membayangkan betapa ia akan terlihat cantik mengenakannya.     

Akhirnya, ia pun memutuskan untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian renang tersebut di kabin belakang travs.     

Tidak lama kemudian, ia pun telah berjalan menuju ke sungai besar yang membelah savanna di puncak tebing tempat mereka berada dan turun ke bawah tebing sebagai sebuah air terjun, bersama beberapa air terjun lainnya di tebing sebelah sana.     

Emma bersiap untuk mengikuti jejak kedua pemuda itu dan terjun ke sungai di bawah air terjun. Ia mengamati ke bawah dan menemukan kedua pemuda itu sedang berenang dengan penuh semangat. Wajah keduanya tampak segar dan gembira.     

Ah... tentu saja, Emma sendiri sangat merindukan bermain dengan permukaan air seperti ini setelah 3,5 bulan berada di kapal terus-menerus dengan air yang terbatas.     

Sewaktu masih berada di bumi, ia dan Haoran akan pergi melaut sekali seminggu dan menikmati perasaan nyaman saat tubuh mereka bersatu dengan alam.     

Mereka juga sering menggunakan kolam renang di mansion Haoran untuk bersenang-senang bersama teman-teman mereka. Ahh.. Emma sangat merindukan masa-masa itu.     

Baiklah... karena perjalanan mereka masih 2,5 bulan sebelum tiba di Akkadia, Emma tidak tahu kapan lagi ia akan mendapat kesempatan seperti ini. Sebaiknya ia tidak menyia-nyiakannya.     

Dengan gerakan indah, Emma pun terjun ke sungai di bawahnya. Ia sengaja meloncat mengikuti aliran air terjun yang mengalir turun agar tubuhnya segera basah sebelum mencapai ngarai.     

Ketika mereka mendengar suara Emma terjun bersama dengan air yang mengalir, spontan Therius dan Xion menengadah ke atas.     

Sinar matahari Daneria yang masih cukup terang menimbulkan warna pelangi di antara air yang mengalir turun, dan di tengah-tengah pelangi itu mereka melihat sesosok tubuh yang meluncur dengan gerakan indah.     

Kedua pria itu tampak terpaku dan kagum selama beberapa detik. Hingga akhirnya tubuh Emma melesat masuk ke dalam sungai dan menimbulkan percikan air yang besar dan menghantam wajah Xion dan Therius. Keduanya gelagapan dan buru-buru menyelamatkan diri.     

"Kalian benar... airnya sangat menyegarkan," komentar Emma setelah tubuhnya kembali ke permukaan. Tanpa menunggu jawaban, ia lalu menyelam dan berenang sepuasnya ke dalam sungai. Ia sungguh menikmati berenang di sungai hari ini.     

Tempat ini benar-benar seperti surga seperti yang dikatakan Xion. Seperti surga. Airnya sangat jernih dan Emma melihat berbagai hewan air yang mengingatkannya akan ikan. Semuanya berenang dengan gembira dan tubuh mereka tampak sehat dan lincah.     

Setelah puas menyelam di bawah air, ia lalu kembali ke permukaan dan berenang menuju ke pinggir sungai yang dipenuhi batu-batu besar untuk duduk. Ia melihat Therius duduk di salah satu batu itu dengan anggun dan memperhatikan gerak-geriknya sedari tadi.     

"Kau benar, Atila menyiapkan pakaian renang untukku," kata Emma sambil berenang ke arah Therius dan menggapaikan tangannya untuk naik ke batu. "Modelnya juga bagus sekali."     

Secara spontan, Therius memegang tangannya dan membantu menarik Emma ke atas. Awalnya Emma merasa canggung, tetapi kemudian ia membiarkan Therius membantunya. Bagaimanapun mereka sudah sepakat untuk menjadi teman di sisa perjalanan mereka.     

"Bagaimana bisa kalian menemukan tempat ini?" tanya Emma setelah ia duduk dengan manis di samping Therius di atas batu.     

"Kebetulan saja. Aku dan Xion memutuskan untuk menjelajahi daerah sekitar pangkalan dan menemukannya. Kau suka di sini?" tanya Therius.     

Emma mengangguk. Ia mengedarkan pandangannya dan menatap ke atas. Ada tiga buah tebing yang mengitari mereka dan dari semuanya mengalir air terjun yang membuat mereka seolah dikelilingi oleh air.     

Semua air terjun itu mengalir dan bersatu menjadi sungai besar jernih yang tadi mereka renangi. Kemudian membelah lembah besar berwarna hijau dengan berbagai tanaman dan pohon yang rimbun.     

"Ada berapa air terjun di sini?" tanya Emma. "Dua puluh?"     

"Kalau termasuk yang kecil-kecil, jumlahnya ada 20," Therius mengangguk. "Ada satu yang besar, dua berukuran sedang, dan sisanya air terjun kecil, pecahan dari sungai di atas sana."     

Tiba-tiba Therius tampak seperti teringat sesuatu dan tanpa sadar mendecak. Emma yang keheranan mendengarnya segera menoleh ke arah pemuda itu.     

"Ada apa? Sepertinya kau sedang memikirkan sesuatu," tanya gadis itu.     

"Aku baru ingat, kau juga menguasai hydromancy, bukan? Kau menguasai elemen air?" tanya Therius.     

Emma mengangguk. "Benar. Memangnya kenapa?"     

"Hmm... salah satu alasan aku mengajakmu ke sini, selain untuk berlibur, adalah untuk memberimu ruang berlatih. Di sini ruangnya sangat luas dan tak terbatas. Kau bisa menguji sejauh apa kemampuanmu."     

"Berlatih?" Emma seketika sadar apa maksud Therius. "Ahh..."     

Benar juga. Di alam terbuka seperti ini tersedia semua elemen yang dapat ia kendalikan dan ia latih.     

"Kau bisa mencoba mengendalikan air terjun itu. Coba balikkan arahnya." Therius menunjuk air terjun paling besar di depan mereka. "Kau bisa bermain-main sedikit. Kau bisa membalikkan arahnya, lalu kontrol laju turunnya, perlambat, dan apa pun yang kau inginkan."     

"Ah benar juga," Emma mengangguk penuh semangat. "Aku akan mencobanya."     

Ia memfokuskan pandangannya ke depan lalu mengacungkan tangan kanannya dan membuat gerakan mendorong ke atas seolah-olah ia sedang menahan laju air dengan tangannya.     

Perlahan-lahan air terjun yang mengalir deras turun semakin pelan dan semakin pelan. Dan akhirnya berhenti sama sekali.     

Dan kemudian air itu malah berbalik ke atas.     

"Ah.. aku bisa!" seru Emma dengan gembira. Ia sungguh tidak percaya pada penglihatannya sendiri!     

"Coba tahan selama sepuluh menit," kata Therius.     

"Ugh.. baiklah," Emma mengigit bibirnya. Ia sangat senang bisa membalikkan arah laju air terjun, tetapi tidak lama kemudian tangannya segera merasa lelah. Ia merasa seolah sedang menahan beban berat di tangan kanannya.     

"Gravitasi di sini lebih besar daripada bumi karena massanya jauh lebih padat, karena itulah bebanmu terasa lebih berat," komentar Therius. "Tahan sebentar lagi. Aku ingin tahu berapa tingkat energimu..."     

Emma kini telah mengangkat tangan kirinya juga, untuk membantu meringankan beban tangan kanannya.     

Ugh... berat sekali.     

Peluh mulai mengaliri keningnya.     

"Hayo, kalian sedang apa!!!!"     

Aaaaaaaaaaahhhh     

Saat Emma sedang asyik berkonsentrasi menahan air, Xion yang sedari tadi menyelam dan bermain dengan hewan-hewan di bawah air memutuskan untuk tiba-tiba keluar dari air dan dengan jahil menarik kaki Emma dan Therius yang terjulur ke air.     

Tanpa peringatan, keduanya segera tertarik ke dalam air. Pada saat yang sama, konsentrasi Emma pecah dan ia kehilangan kendali atas ribuan meter kubik air yang tadi ditahannya di udara.     

Ketika tubuhnya dan Therius masuk ke dalam sungai, ribuan kubik air yang tadi tertahan di udara segera jatuh menghantam ke bawah bagaikan serbuan air bah yang tercurah dari langit.     

"Xiooonn!!!" jerit Emma di antara kekagetannya saat menyadari air yang tadi ditahannya telah tercurah dan menimbulkan gelombang raksasa di sungai yang segera menghanyutkan tubuh mereka.     

Karena panik, ia menjadi terpaku dan untuk sesaat tidak dapat berbuat apa-apa. Emma seolah melupakan semua kemampuannya berenang dan kakinya menjadi kebas tidak dapat digerakkan.     

Dengan cepat tubuhnya hanyut disapu gelombang besar tadi menuju ke tengah lembah, menjauhi tebing. Arus gelombangnya begitu tiba-tiba dan kuat sehingga Emma tidak dapat menahannya.     

Emma tidak sempat berpikir. Semuanya terjadi dengan begitu cepat dan mengagetkan. Ketika kesadarannya pulih, ia menyadari kakinya tiba-tiba telah menjadi kebas dan tidak dapat digerakkan. Dengan panik ia berusaha menggapai-gapai menjaga agar tubuhnya tetap berada di permukaan.     

"Mari kubantu."     

Entah dari mana datangnya, tiba-tiba Emma mendengar suara tenang Therius di belakangnya dan tahu-tahu tangan kuat pria itu telah memeluk pinggangnya.     

Saat itu juga pikiran Emma yang panik menjadi tenang. Ia merasa aman.     

Napasnya yang terengah-engah perlahan menjadi lebih teratur dan kakinya yang tadi kebas akhirnya mulai bisa digerakkan. Ia merasa lega.     

"Xi-Xion brengsek..." omel Emma di sambil terengah-engah. Ia secara otomatis memeluk leher Therius untuk berpegangan. Pelan-pelan, ia mulai menggerakkan kakinya yang tadi sempat mati rasa. "Dasar kurang ajar! Awas kalau aku bisa menangkapnya..."     

"Ugh, maafkan Xion. Kami sering saling mengganggu seperti itu. Kurasa tadi dia lupa, di sini ada perempuan," kata Therius sambil tersenyum. "Xion tidak bermaksud mengganggumu."     

Emma mengerjap-kerjapkan matanya saat melihat ketenangan pemuda itu yang malah sempat-sempatnya tersenyum, padahal wajahnya biasanya tanpa ekspresi. Senyum Therius kali ini cukup lebar sehingga Emma dapat melihat lesung pipinya.     

Sial.. mengapa ia justru memperhatikan lesung pipi pangeran ini? Prioritasnya sekarang adalah menyelamatkan diri agar mereka bisa ke pinggir.     

Fokus, Emma. Fokus!     

"Kau mau keluar dari air?" tanya Therius sambil menatap Emma. Gadis itu mengangguk. Therius balas mengangguk. "Baiklah."     

Sekejap kemudian ia telah melesat sambil memeluk pinggang Emma, terbang tinggi ke udara.     

Hal ini tiba-tiba mengingatkan Emma pada momen saat ia membawa Haoran terbang dan mereka berciuman di udara.     

Tetapi sebaliknya kali ini, Theriuslah yang membawanya terbang. Tanpa sadar dada Emma berdebar sangat keras ketika menyadari tubuhnya menempel begitu dekat dengan tubuh Therius dan tangannya melingkari leher pria itu, sementara kedua tangan Therius memeluk pinggangnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.