Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Menonton Berita Bersama



Menonton Berita Bersama

0Beberapa hari kemudian.     

Emma akhirnya selesai menuliskan ke-50 huruf yang berhasil ia pelajari selama seminggu ini. Diikuti dengan seratus kata-kata acak menggunakan semua huruf tersebut. Ia lalu menyerahkannya kepada Therius untuk diperiksa.     

"Hmm... bagus sekali. Kurasa aku sudah bisa memberimu bacaan yang sangat sederhana," komentar pria itu. Ia mengambil tablet Emma dan mengutak-atiknya lalu menyerahkannya kembali kepada gadis itu. "Aku sudah memasukkan beberapa buku bacaan anak balita ke dalamnya. Kau akan mulai bisa mengenali kata-kata di dalamnya."     

"Hm.. baiklah," kata Emma. Ia mengamati berbagai buku bacaan yang dimasukkan Therius ke dalam tabletnya dan mengangguk puas.     

Ia sebenarnya merasa geli membayangkan bahwa ia, seorang genius, harus mulai membaca buku-buku bacaan anak kecil karena ia harus belajar membaca tulisan bahasa yang baru. Emma lalu mengambil barang-barangnya dan berjalan keluar perpustakaan.     

Ketika ia membuka pintu, ia melihat Saul berdiri di depan perpustakaan, seolah sedang menunggu ia pergi agar ia dapat mendatangi Therius.     

"Hallo, Nona Besar. Senang bertemu Anda," Saul memberi hormat kepada Emma.     

"Hmm.." Emma hanya mengangguk dan hendak melanjutkan perjalanannya.     

Namun kemudian, ia pun menghentikan langkahnya dan berbalik. Kali ini bertanya kepada Saul mengapa ia menunggu di depan pintu, karena biasanya setelah ia selesai belajar Saul tidak ada. Emma ingin tahu apakah hari ini ada sesuatu yang istimewa.     

"Ada sesuatu yang terjadi hari ini sehingga kau mendatangi perpustakaan untuk segera bertemu Therius?"     

Saul sudah diberi tahu bahwa Emma adalah tamu istimewa Therius dan semua orang di kapal harus memperlakukannya dengan penuh hormat, karena itu ia tidak berani mengelak dari pertanyaan Emma. Ia membungkuk dan menjawab dengan sikap penuh hormat.     

"Benar, Nona. Tuan menyuruh saya memberitahunya kalau kapal messenger sudah datang."     

"Kapal messenger?"     

Emma segera teringat bahwa minggu ini Therius memang sedang menunggu kapal messenger yang akan membawa berita terbaru dari Akkadia. Gadis itu seketika menjadi penasaran dan ingin tahu bagaimana keadaan di Akkadia sekarang. Ia berharap akan ada berita tentang orang tuanya.     

Ia lalu berjalan masuk kembali ke dalam perpustakaan.     

"Kau kembali?" tanya Therius saat melihat kehadirannya. "Apa ada yang ketinggalan?"     

"Uhm, tidak. Tetapi Saul mengatakan bahwa kapal messenger sudah datang. Apakah aku boleh ikut denganmu untul melihat berita apa saja yang sudah kau dapat?" tanya Emma. Ia sedang menahan diri dan sengaja membuat agar nada suaranya tidak terdengar ketus seperti biasanya.     

Ia ingin Therius memberinya kesempatan untuk ikut dengannya dan menyaksikan semua berita itu. Siapa tahu... ada berita tentang ayah ibunya...     

"Tentu saja," jawab Therius tanpa ragu-ragu. "Kau bisa kembali ke sini dua jam lagi. Aku akan mengurus beberapa hal dan menonton beritanya setelah makan malam."     

"Uhm... baiklah. Sampai nanti." Emma tersenyum tipis dan mengangguk gembira.     

Emma sangat gembira. Ia tidak mengira ternyata mudah sekali ia meminta Therius untuk membiarkannya menonton isi berita dari Akkadia. Pemuda itu bahkan tidak menanyakan alasannya. Ia langsung setuju begitu saja.     

Emma kemudian berpikir apa saja yang dapat ia peroleh jika ia meminta kepada Therius. Pria itu seolah dengan senang hati akan mengabulkan semua keinginannya.     

Tetapi... benarkah semua? Haruskah ia mencoba sejauh apa Therius akan memberikan apa yang ia inginkan?     

"Ahh.. apa yang kau pikirkan Emma?" Gadis itu menegur dirinya sendiri.     

Ia sadar bahwa ia sama sekali tidak boleh menanam budi kepada Therius. Ia harus fokus pada tujuannya, yaitu mengalahkan Therius lima tahun lagi dan melepaskan diri darinya. Ia hanya ingin hidup tenang dengan Haoran dan keluarganya.     

Emma memutuskan untuk beristirahat di kamarnya dan membersihkan diri, setelah itu makan malam. Setelah mengunjungi Haoran di ruang perawatan dan memastikan kondisinya masih baik-baik saja, Emma lalu menuju ke perpustakaan.     

Di sana ia melihat Therius telah menunggunya. Di atas meja ada sebuah tablet kecil yang terhubung dengan layar proyektor di perpustakaan.     

"Kau sudah datang?" sapa Therius. Ia menunjuk ke kursi dan kemudian mulai menyalakan layar. "Kita bisa menonton sekarang. Aku mendapat kiriman banyak berita. Kalau kau sudah bosan, nanti kau bisa keluar sendiri. Aku harus menonton semuanya."     

Emma mengangguk. Ia mencari posisi yang nyaman di sofa dan duduk dengan anggun.     

SYUTT     

Layar besar di dinding menyala dan mereka pun segera menonton berbagai laporan dan berita yang dirangkum secara efisien dan menampilkan berbagai kondisi terkini di Akkadia.     

Sayangnya, tidak ada berita tentang Putri Arreya dan Jenderal Kaoshin Stardust. Namun, ada beberapa berita tentang serangan pemberontak di beberapa wilayah koloni Akkadia.     

"Kau sudah bosan?" tanya Therius saat melihat perubahan sikap Emma. Gadis itu menggeleng. Ia berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran lain dari kepalanya dan memfokuskan diri pada semua berita yang ditontonnya.     

Dari berbagai gambaran yang ia lihat sejauh ini, Akkadia adalah sebuah tempat yang sangat indah dan maju. Bangunan-bangunan futuristis yang dilihatnya di video membuat Emma sangat tertarik. Semuanya sama sekali berbeda seperti yang dilihatnya digambarkan dalam film-film di bumi.     

"Kalau ada yang mau kau tanyakan tentang berbagai berita yang kau tonton, jangan sungkan-sungkan. Aku ingin kau mengetahui sebanyak mungkin informasi tentang Akkadia. Sebagai calon ratu, rakyat akan mengharapkan dirimu menampilkan sosok yang cerdas dan memiliki pengetahuan luas."     

Emma tidak menjawab. Ia hanya memutar matanya mendengar kata-kata Therius.     

Siapa yang mau menjadi ratumu? pikirnya sebal.     

Ia menyesap tehnya dengan tenang sambil menyaksikan berbagai video demi video yang diputar. Beberapa kali Therius mengerling ke arahnya untuk memastikan gadis itu belum bosan atau ketiduran.     

Dalam hati ia memuji ketahanan Emma dalam menyimak begitu banyak berita dan laporan yang mungkin bagi kebanyakan gadis akan terasa membosankan. Gadis itu tampak tenang saja memperhatikan semua laporan itu dengan keanggunan seorang ratu.     

Tak terasa empat jam pun berlalu. Akhirnya semua laporan itu selesai diputar dan layar mati secara otomatis.     

"Baiklah... itu semua. Banyak peristiwa penting yang terjadi. Aku harus memberi pesan balasan kepada orang-orangku di Akkadia dan..." Therius menoleh ke arah Emma dan tertegun mendapati ternyata gadis itu sudah tertidur pulas.     

Ia tidak tahu kapan Emma mulai menguap dan memejamkan mata lalu jatuh tertidur. Seingatnya tadi Emma tampak menonton videonya dengan penuh perhatian.     

Therius berdiri dari duduk dengan ekspresi kebingungan. Untuk pertama kalinya ia merasa tidak tahu apa yang harus ia lakukan.     

Apakah sebaiknya ia membangunkan gadis ini dan menyuruhnya pindah tidur ke kamarnya? Kasihan sekali kalau tidur sang putri cantik harus diganggu seperti itu.     

Menggendongnya ke kamar? Astaga... ia akan menghajarku habis-habisan dan kapal ini mungkin akan mengalami kerusakan yang tidak ringan.     

Therius benar-benar bingung, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.