Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Berhentilah Bersikap Baik Kepadaku!!



Berhentilah Bersikap Baik Kepadaku!!

0"Aku mau mendengar tentang ibuku," kata Emma.     

Therius mengangguk.     

"Baiklah. Putri Arreya sudah dikirim untuk tinggal di Akkadia sejak umurnya sepuluh tahun. Ia dan pamanku berteman sejak kecil dan kurasa pamanku benar-benar tulus mencintainya. Saat ia diminta memilih calon istrinya di antara semua putri yang ada di istana, Paman Darius dengan tegas memilih Putri Arreya. Semua orang menyukai hubungan mereka. Selain karena Putri Arreya sangat mengesankan, pernikahan mereka akan melestarikan hubungan baik antara Akkadia dan Thaesi," Therius memulai ceritanya.     

"Hubungan baik dari mana? Bukankah Akkadia itu adalah negara penjajah?" sergah Emma. "Hubungan antara negara penjajah dan negara jajahan itu tidak akan pernah setara."     

"Akkadia memperlakukan Thaesi dengan sangat baik, selama mereka tunduk pada aturan-aturan yang diterapkan oleh Akkadia," jawab Therius. "Kurasa, semua orang bisa melihat itu. Jika putri dari Thaesi menikah dengan raja Akkadia dan menjadi ratu, malah kedua negara bisa dianggap bersatu dan ini akan menjadi awal perdamaian di seluruh planet kita."     

"Aku tidak mengerti, kenapa Akkadia tidak melepaskan semua koloninya dan hidup sebagai negara yang setara dengan semua orang?" tanya Emma.     

"Uhm.. tidak bisa. Tidak semudah itu. Kau akan belajar tentang sejarah Akkadia dan mengerti bahwa ini melibatkan sistem yang sudah berlangsung selama belasan generasi." kata Therius. "Tetapi, setelah aku menjadi raja, kalau itu yang menjadi keinginanmu, aku bisa mengabulkannya. Kita bisa mencari cara untuk membebaskan semua negara jajahan Akkadia. Aku dapat menjanjikan itu kepadamu."     

Entah kenapa saat itu rasanya pipi Emma menjadi memerah. Ia merasa Therius sedang merayunya dan ia merasa tidak nyaman.     

"Kita tidak sedang bicara tentang apa yang aku inginkan. Aku hanya ingin mendengar cerita tentang ibuku," katanya ketus. "Jangan mengalihkan pembicaraan ke hal yang tidak perlu."     

Sementara itu, Xion hanya batuk-batuk di tempatnya. Ia ingin tertawa melihat hubungan cinta satu arah ini. Therius terlihat berusaha melakukan apa pun untuk menyenangkan hati Emma, tetapi rupanya segala yang ia lakukan selalu membuat gadis itu marah.     

Memang benar kata orang. Kesan pertama itu begitu membekas. Dari saat pertama Therius bertemu Emma, situasi di antara mereka sudah sangat buruk. Rasanya sampai kapan pun Therius tak akan dapat memulihkan citranya di mata Emma.     

'Kenapa kau batuk-batuk?' Therius menyipitkan mata ke arah Xion.     

Orang yang ditatapnya dengan pandangan tajam itu hanya mengangkat bahu. 'Aku pikir tadi rayuanmu sudah cukup bagus. Sayangnya dia tidak terkesan. Padahal aku yang laki-laki saja terkesan, lho..'     

'Rayuan apa?' tanya Therius tidak mengerti.     

'Yang tadi itu. Kau bilang setelah kau menjadi raja, kau akan mengabulkan segala keinginannya.'     

'Aku tidak merayu. Aku sungguh-sungguh dengan ucapanku.'     

'Oh...' Xion meneguk wine-nya sampai habis dan pura-pura melihat ke arah lain. Memang ia tidak akan dapat mengerti orang yang sedang jatuh cinta.     

Sementara itu Emma yang melihat gelagat kedua pria itu menjadi curiga bahwa mereka sedang membicarakan sesuatu di belakangnya.     

"Ahem... kalian melakukannya lagi," ia mengomel. "Jangan membicarakan orang di belakang dong..."     

"Ehehe.. maaf, kebiasaan buruk sulit hilang," kata Xion. "Kami dulu sering begini sewaktu masih di akademi."     

Karena Therius adalah seorang telemancer, ia dan Xion dapat berkomunikasi diam-diam hanya di antara mereka berdua. Dulu mereka sering melakukan hal ini, sehingga membuat banyak orang yang kebingungan.     

Emma dapat membayangkan kedua orang ini, yang telah bersahabat selama lebih dari sepuluh tahun, tentu telah memiliki kedekatan yang sangat mendalam terhadap satu sama lain. Xion dan Therius mengingatkannya akan dirinya sendiri dan Haoran.     

Ia dan Haoran juga sering berbicara diam-diam hanya di antara mereka berdua, dan orang lain kadang tidak mengerti apa yang terjadi yang membuat tiba-tiba saja keduanya tertawa, tanpa saling mengatakan apa pun. Maka Emma mengerti apa maksud Xion.     

"Maaf. Kami tidak membicarakan hal yang buruk," kata Therius. "Hmm... kau tadi mengatakan ingin mengetahui tentang ibumu? Seingatku, Putri Arreya dan Jenderal Kaoshin Stardust bertemu di akademi. Mereka satu kelas dan bersahabat. Mungkin di situlah rasa cinta mereka tumbuh. Beberapa guru kami di akademi sering membicarakan mereka sebagai murid teladan. Kurasa kalau nanti kau masuk ke akademi, kau juga akan sering mendengar tentang mereka. Jadi kau bisa bersiap-siap."     

"Hmm.. begitu ya?" Emma mengangguk. "Terima kasih."     

"Aku hanya pernah bertemu Putri Arreya beberapa kali. Menurutku ia adalah wanita yang sangat mengagumkan. Ia sangat cantik. Menurutku, wajahnya cukup mirip denganmu, tetapi kepribadiannya sangat berbeda. Ia lebih santai, ramah, dan selalu terlihat bahagia. Kupikir... kepribadianmu menurun dari ayahmu."     

"Aku memang kaku dan selalu terlihat ketus. Kenapa memangnya? Kau tidak suka?" tanya Emma sambil mendelik ke arah Therius.     

Pemuda itu menggeleng. "Tidak. Aku menyukaimu apa adanya."     

Emma memutar matanya, sementara Xion hampir menyemburkan wine-nya saat mendengar kata-kata Therius.     

Ugh... Emma menjadi tidak tahan lagi. Apakah ia akan terus mendengar kata-kata manis dari Therius selama beberapa bulan ke depan?     

Emma tidak akan bisa menahan diri untuk tidak memukuli sang pangeran dengan buku paling tebal di perpustakaan agar Therius tidak lagi berani bersikap manis kepadanya.     

Berhentilah bersikap manis kepadaku!!! Rasanya Emma ingin berteriak keras-keras ke wajah Therius.     

Bagaimana ia akan bisa terus bermusuhan dengan mereka kalau Therius memperlakukannya seperti ini?     

"Kenapa wajahmu?" tanya Therius keheranan. Ia sudah melihat ekspresi Emma yang tampak seperti orang panas dingin.     

"Aku tidak apa-apa," kata Emma. Ia menghabiskan wine-nya dan segera berdiri. "Aku pergi dulu."     

Ia tidak mau berlama-lama di situ.     

"Kau tidak mau mendengarkan cerita tentang ibumu lagi?" tanya Therius keheranan.     

Saat itu rasanya Emma sudah cukup mendengar. Ia membungkuk sedikit kepada Therius dan Xion sebagai bentuk sopan-santun.     

"Hmm... aku agak lelah. Terima kasih atas obrolannya. Nanti kalau ada waktu kita bisa bicara lagi."     

Setelah itu ia pun berbalik dan pergi. Therius dan Xion hanya dapat memandanginya dan tidak dapat berkata apa-apa.     

"Apa betul yang kau bilang tadi bahwa kau akan mengabulkan apa pun keinginannya kalau kau menjadi raja?" tanya Xion kepada Therius setelah Emma pergi dan ia menyuruh semua staf untuk mengosongkan lounge karena ia tidak ingin pembicaraan mereka didengar orang lain.     

"Kenapa sepertinya kau begitu sulit menerima bahwa aku dapat melakukannya," kata Therius. "Aku sungguh-sungguh dengan ucapanku. Kurasa Emma adalah gadis yang pandai dan ia tidak akan melakukan hal yang tidak masuk akal."     

"Hmm... kuharap ia dapat melihat kesungguhanmu," komentar Xion pendek.     

Dalam hati Xion merasa tidak yakin bahwa Therius akan dapat mengubah pendapat Emma dan sikap gadis itu kepadanya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.