Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Ceritakan Tentang Ibuku



Ceritakan Tentang Ibuku

0Xion menerangkan kepada Emma mengapa para telemancer dianggap memiliki reputasi buruk di Akkadia. Penjelasannya ternyata berhasil membuat bulu kuduk Emma merinding.     

"Hmm... telemancer yang sangat ahli biasanya cukup ditakuti dan orang-orang akan selalu bersikap curiga kepada mereka. Telemancer dapat mengendalikan orang lain untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Ia bisa memaksa seseorang untuk bunuh diri atau membunuh orang lain saat pikirannya dikendalikan. Mengerikan, bukan?" kata Xion.     

Emma tertegun. Diam-diam ia sendiri merasa ngeri mendengar penjelasan Xion. Selama ini ia tidak pernah terpikir ke arah itu. Ia hanya menggunakan telemancy untuk membaca pikiran orang lain dan mempengaruhi mereka untuk menuruti kemauannya.     

Emma pernah membuat Ren Hanenberg memberikan aksesnya ke satelit SpaceLab, dan kemudian ia membuat ayah Haoran mengizinkan mereka untuk bepergian ke Shanghai untuk menemui Ibu kandung Haoran.     

Baru sejauh itu saja. Emma belum dapat membayangkan ia mengendalikan pikiran orang lain untuk membunuh dirinya sendiri atau orang lain. Rasanya memang kemampuan telemancy ini cukup mengerikan.     

"Dan... apakah kau pernah melihat seorang telemancer secara diam-diam mengakibatkan kematian orang lain?" tanya Emma dengan penuh selidik. Ia ingin tahu secara langsung apakah Xion pernah bertemu orang seperti itu dan menyaksikan pembunuhan diam-diam yang dilakukan telemancer.     

Xion seketika terdiam. Ia menjadi teringat peristiwa dua minggu lalu. Ia mengira Therius yang membunuh Haoran secara diam-diam untuk memisahkannya dari Emma. Tetapi kemudian Therius membantah hal itu.     

Dalam hal ini, Xion mau tidak mau harus mempercayai ucapan sahabatnya. Ah, mungkin memang selama ini ia yang salah duga dan mengambil kesimpulan sendiri, mengira Theriuslah yang bertanggung jawab atas kondisi Haoran.     

Akhirnya Xion menggeleng. "Belum pernah."     

"Hmm... aku ingin tahu lebih banyak tentang telemancy dan apa saja yang dapat kulakukan dengan kekuatan yang ini," gumam Emma akhirnya.     

"Kau bisa menanyakannya sendiri kepada Therius. Aku yakin ia akan dengan senang hati memberitahumu," kata Xion. "Dia adalah seorang telemancer level tertinggi."     

"Bagaimana dengan aeromancy... apa hal paling keren yang dapat kau lakukan sebagai seorang aeromancer?" tanya Emma kemudian.     

"Hm... aku bisa memindahkan gunung," kata Xion sambil tertawa. "Aku sungguh-sungguh. Aku juga bisa mengeringkan danau. Pokoknya cukup keren."     

Xion benar-benar senang bersikap berlebihan! Emma berkali-kali memutar matanya saat minum wine sambil mengobrol bersama Xion kali ini, sehingga ia merasa matanya hampir copot.     

"Kau bercanda!" tukas gadis itu.     

"Aku tidak bercanda," kata Xion. "Aku sungguh dapat memindahkan gunung, kalau aku mau. Namun aku tidak melakukannya sembarangan atau dengan sengaja. Aku juga masih punya hati."     

Emma menatap pria itu lekat-lekat, dan menyadari bahwa Xion mengatakan yang sebenarnya.     

Gila!     

Benar-benar gila!! Kalau Emma bisa memiliki setengah saja kekuatan Xion sekarang, rasanya ia sudah cukup bahagia.     

"Jadi ibuku terkenal di Akkadia karena ia memiliki beberapa kekuatan sekaligus, dan ia menyembunyikan kemampuan telemancy-nya selama belasan tahun?" tanya Emma lagi, berusaha membalikkan topik pembicaran kembali pada ibunya.     

"Benar. Putri Arreya sangat legendaris. Selain karena ia memiliki banyak kekuatan, ia juga sangat cantik dan mengesankan. Ia adalah putri mahkota kerajaan Akkadia yang sangat disukai masyarakat," komentar Xion. "Begitu banyak orang yang kaget ketika mengetahu Putri Arreya melarikan diri dengan seorang jenderal dari kerajaan Akkadia."     

"Hmm..." Emma mengangguk. Ia juga masih belum mengerti mengapa orang tuanya memutuskan untuk kawin lari di saat terakhir.     

Kalau mereka memang saling mencintai, bukankah mereka sudah punya waktu bertahun-tahun untuk melarikan diri? Mengapa menunggu hingga saat terakhir ketika Arreya hampir menikah dengan Pangeran Darius?     

Siapa pun orangnya pasti akan sangat marah dan sakit hati jika calon istrinya melarikan diri dengan laki-laki lain di malam sebelum pernikahan.     

Emma dapat mengerti kemarahan hati Pangeran Darius dan keluarganya saat Putri Arreya menghilang. Tentulah mereka merasa marah dan juga dipermalukan.     

"Lalu.. siapa lagi magi yang memiliki beberapa kemampuan ajaib sekaligus? Kudengar dari ibuku bahwa magi pengendali beberapa elemen sekaligus sangat jarang ada, tetapi dari apa yang kulihat, kau dan Therius sama-sama dapat mengendalikan lebih dari satu elemen. Bukankah menurutmu ini kebetulan sekali?"     

Xion tertawa. "Ya. Dalam satu abad terakhir hanya ada kurang dari 10 orang di seluruh negeri yang dapat mengendalikan beberapa elemen sekaligus. Kupikir kau sangat beruntung bertemu dengan pengendali tiga elemen seperti aku dan Therius, dan kami bahkan bisa melatihmu. Setelah kau berhasil melatih kemampuanmu bersama kami, kamu akan menjadi seterkenal ibumu. "     

"Jadi .. hanya ada sedikit pengendali banyak elemen di luar sana?" Emma bertanya lagi untuk memastikan apa yang telah ia dengar. "Dan kau serta Therius termasuk orang yang istimewa?"     

Xion mengangguk. "Benar."     

"Jadi, aku tahu Therius adalah seorang telemancer, pyromancer, dan aeromancer. Kau sendiri sudah mengetahui apa saja kemampuanku. Lalu bagaimana dengan kau sendiri?" tanya Emma kepada Xion.     

Xion menyadari bahwa Emma baru tahu kemampuan Xion sebagai seorang aeromancer. Sialnya, mulut besarnya sendiri telah membuka rahasianya bahwa dia adalah magi yang mengendalikan tiga elemen.     

Duh! Apa yang harus ia lakukan? Xion tidak ingin orang lain tahu bahwa dia adalah seorang Time Master (Pengendali Waktu).     

"Hmm ... kau mau menebaknya?" Akhirnya, Xion mencoba menghindari pertanyaan Emma dengan meminta gadis itu menebak.     

"Aku tidak tahu," Emma mengangkat bahu. "Jelas kau bukan seorang Space Master."     

Alis Xion bergerak-gerak. "Kenapa kau bisa berkata begitu?"     

"Yah ... kau kan sudah memberitahuku bahwa kapal ini tidak perlu membawa kapal kargo jika Therius dapat menemukan Space Master. Karena sudah jelas Coralia membawa kapal kargo, padahal ada kau di sini, maka aku bisa berasumsi bahwa kau bukan Space Master."     

Xion bertepuk tangan kagum. "Ahhh ... kamu memang sangat pintar."     

"Sudah kubilang, kan?" Tiba-tiba Therius menimpali dari pintu masuk ruang tunggu. Baik Emma dan Xion dengan cepat menoleh ke arahnya. Mereka melihat sang pangeran masuk dengan langkah anggun.     

"Kami baru saja membicarakan Putri Arreya. Kau yakin kau dapat menceritakan lebih banyak kepada Emma tentang ibunya," kata Xion sambil tersenyum.     

"Apa yang ingin kau ketahui?" Therius menatap Emma dengan penuh perhatian dan membuat gadis itu merasa sungkan. Ia melengos dan menatap gelas wine di tangannya.     

"Aku ingin tahu seperti apa hubungan ibuku dengan pamanmu sebelum ibuku kabur dengan ayahku," tanya Emma. Sesaat kemudian ia menepuk kepalanya. "Ah... tapi kurasa saat itu kau pasti masih kecil."     

Therius mengangguk. "Kau benar. Tetapi aku mendengar cerita dari orang lain juga. Kalau kau mau mendengarnya, aku bisa menceritakan kepadamu."     

Emma mengangguk. Ia tetap tidak mau menoleh ke arah Therius. Pemuda itu memutuskan untuk duduk di seberang Emma agar ia dapat melihat wajah gadis itu sambil berbicara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.