Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Semua Wanita Waras Ingin Menikah Dengan Therius



Semua Wanita Waras Ingin Menikah Dengan Therius

0Emma memutar matanya saat mendengar kata-kata Xion.     

"Kau sok misterius," komentar Emma. "Aku tidak terlalu ingin tahu apa pun tentangnya. Kalau kau tidak mau cerita, aku juga tidak akan memaksa."     

Xion tertawa melihat wajah kesal Emma.     

Ahh.. ia dapat mengerti kenapa sahabatnya sangat menyukai gadis itu. Emma memang cantik sekali, dan sikapnya sangat mengesankan. Emma sama sekali berbeda dari gadis-gadis manja dan lemah yang selalu ada di sekitar mereka saat masih di akademi.     

"Aku bersahabat dengan Therius karena aku menyukainya, dan ia sangat menyenangkan," kata Xion dengan nada suara bangga, seolah ia adalah seorang ayah yang sedang membanggakan anak kandungnya.     

"Menyenangkan? Hmmmphh..." Emma hampir menyemburkan wine-nya. Ia sama sekali tidak dapat membayangkan Therius bersikap menyenangkan.     

"Aku sungguh-sungguh kok," kata Xion. "Therius tidak tahu ini, tetapi ia menolongku di hari pertama aku masuk akademi. Itulah yang membuatku menyukainya dan ingin menjadi temannya. Aku tidak pernah mengatakan ini kepadanya dan ia juga tidak tahu. Kau harus menyimpan rahasia ini baik-baik. Nanti dia menjadi besar kepala."     

"Dia menolongmu?" tanya Emma. "Memangnya apa yang dia lakukan?"     

"Aku tidak bisa bilang," kata Xion. "Yang jelas, ia bersikap baik kepadaku dan aku menyukainya. Ia dan aku memiliki banyak kesamaan dan kami berdua sering dihukum guru-guru."     

"Guru di akademi berani menghukum pangeran putra mahkota?" Emma membelalakkan mata keheranan. Ia tidak percaya dengan pendengarannya sendiri. "Tidak mungkin!"     

"Uhm... sebenarnya tidak seorang pun di akademi yang mengetahui identitas Therius sebagai pangeran putra mahkota, kecuali rektor," kata Xion sambil tertawa kecil. "Mereka semua mengira ia anak seorang pejabat kecil di ibu kota."     

"Oh..." Emma sangat terkejut mendengarnya.     

Ia tidak mengira Therius ternyata tidak seperti yang diduganya selama ini. Tadinya ia mengira pria itu adalah seorang pangeran yang sombong dan menggunakan pengaruhnya untuk menekan orang di mana-mana. Ternyata.. ia malah menyembunyikan identitasnya yang sebenarnya.     

Aha.. Emma seketika teringat bahwa di kapal ini pun Therius mengaku sebagai anak Jenderal Moria. Tidak ada yang mengetahui ia adalah putra mahkota. Apakah ia memang sengaja tidak ingin menggunakan kedudukannya? Tapi.. kenapa?     

"Kenapa ia menyembunyikan identitasnya?" tanya Emma keheranan. Ia mengerti bahwa saat ia masuk ke akademi nanti, ia harus merahasiakan siapa dirinya sebenarnya, karena ia adalah anak seorang pemberontak.     

Namun, tentu Therius sama sekali tidak bermasalah untuk memberi tahu semua orang bahwa ia adalah calon raja Akkadia. Tidak akan ada guru maupun murid yang akan berani macam-macam kepada Therius kalau tahu bahwa ia adalah Pangeran Putra Mahkota.     

"Hmm.. Therius tidak senang menarik perhatian orang lain. Lagipula kalau gadis-gadis di akademi tahu siapa dia sebenarnya, mereka tidak akan membiarkannya sendiri. Semua wanita tentu ingin dapat menarik hati calon raja dan berharap suatu hari nanti dapat menikah dengannnya dan menjadi calon ratu Akkadia," kata Xion.     

Emma batuk-batuk. "Uhm... tidak semua wanita."     

Enak saja, ia mengomel dalam hati. Tidak rela disamakan dengan gadis-gadis yang ingin menikah dengan Therius.     

"Maksudku semua wanita waras," kata Xion sambil tertawa kecil.     

"Brengsek kau," omel Emma. "Kau bilang aku tidak waras? Itu maksudmu??"     

Xion hanya tertawa melihat kekesalan Emma. Dengan santai ia lalu melanjutkan ceritanya.     

"Tanpa identitasnya sebagai pangeran putra mahkota saja, Therius sudah sangat populer di antara wanita. Banyak sekali gadis yang ingin menjadi kekasihnya," kata Xion. "Bayangkan kalau sampai identitasnya terbongkar."     

"Oh, ya? Apakah ada gadis yang berhasil menarik hatinya?"     

"Kenapa kau ingin tahu? Apakah kau tertarik dengan kehidupan cinta Therius? Apa kau menyukainya?"     

"Brengsek. Aku hanya mencoba menunjukkan minat pada ceritamu dengan mengajukan pertanyaan ini itu, demi sopan santun. Kau tidak usah menjawabnya," jawab Emma acuh. Ia memutar matanya. "Aku tadi hanya basa-basi."     

Siapa yang tertarik dengan kehidupan cinta Therius? Ada-ada saja.     

"Baiklah, basa-basi untuk sopan-santun itu bagus," puji Xion. "Tetapi kau tidak perlu bersopan santun kepadaku. Aku ini orang gunung, bukan orang kota seperti Therius, apalagi bangsawan. Aku tidak bisa makan sopan-santun."     

"Kau orang gunung? Menarik sekali," komentar Emma. "Lalu bagaimana bisa kau masuk ke akademi dan bersahabat dengan Therius? Bukankah kehidupan kalian sangat jauh berbeda?"     

Bagaikan bumi dan langit, pikir Emma.     

"Oh, guruku di desa yang mendaftarkanku untuk mendapatkan beasiswa masuk akademi. Semua anak yang lahir dengan kekuatan ajaib mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah," Xion menjelaskan. "Tanpa beasiswa dari raja, aku tak mungkin masuk ke akademi. Biaya kuliah di sana sangat mahal."     

"Oh, ya? Apakah ada banyak anak yang memiliki kekuatan ajaib di Akkadia?" tanya Emma. Ia ingin mengetahui informasi ini."     

"Uhm... lumayan banyak. Setiap tahun mungkin ada beberapa ratus orang. Tetapi kau harus ingat bahwa penduduk Akkadia ada ratusan juta orang. Mereka itu termasuk orang-orang pilihan. Dan orang yang lahir dengan lebih dari satu kekuatan ajaib sangat jarang ada. Kalau tidak salah, selama satu abad terakhir kurang dari sepuluh magi yang memiliki lebih dari satu kekuatan ajaib. Ibumu Putri Arreya adalah yang paling terkenal."     

"Oh ya?" Emma sangat tertarik mendengar cerita tentang ibunya dari orang lain. Ia ingin tahu bagaimana pandangan orang luar tentang Putri Arreya dan Kaoshin Stardust. "Apa yang kau tahu tentang ibuku?"     

"Hmm..." Xion mengerti bahwa Emma sangat merindukan ibunya dan ingin mendengar cerita tentang beliau. "Aku tidak tahu banyak. Seperti yang kubilang, aku ini orang gunung. Aku hanyalah pertapa yang tidak menyukai urusan duniawi dan politik. Aku hanya mendengar sedikit."     

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin tahu."     

"Hmm... sebenarnya kalau kau ingin tahu lebih banyak, Therius bisa bercerita kepadamu. Ia bertemu Putri Arreya beberapa kali di istana. Ia juga mengunjungi ayahmu di penjara setiap bulan," nasihat Xion.     

Ugh... Therius lagi, pikir Emma kesal. Ia mengerti Xion tak henti-hentinya berusaha memperbaiki citra Therius di depannya, agar Emma dapat bersikap lebih baik kepada sahabatnya itu.     

"Kalau aku mau bertanya kepada Therius, aku tidak akan memintamu menceritakan tentang ibuku," komentar Emma.     

"Hmm.. baiklah. Seperti yang kau minta," Xion mengangguk-angguk. "Putri Arreya sangat terkenal di Akkadia karena ia memiliki empat kekuatan ajaib. Sebenarnya lima, tetapi ia menyembunyikan kemampuan telemancy-nya selama belasan tahun. Kau tahu bahwa telemancer punya reputasi buruk di Akkadia."     

"Reputasi buruk kenapa?" tanya Emma tidak mengerti.     

"Uhm... telemancer yang sangat ahli biasanya cukup ditakuti dan orang-orang akan selalu bersikap curiga kepada mereka. Telemancer dapat mengendalikan orang lain untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Ia bisa memaksa seseorang untuk bunuh diri atau membunuh orang lain saat pikirannya dikendalikan. Mengerikan, bukan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.