Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Pelajaran Hari Pertama



Pelajaran Hari Pertama

0Emma mendapatkan jadwal belajar dua jam setiap harinya bersama setiap guru pribadinya, yang berarti total enam jam. Sisa waktunya dapat ia habiskan dengan berjalan-jalan di sekitar kapal, berlatih, atau melakukan berbagai hal yang ia inginkan.     

Ia selalu memulai harinya dengan mengunjungi Haoran di klinik selama setengah jam dan mengajaknya bicara apa saja. Kemudian ia menjelajahi berbagai tempat di kapal untuk mengakrabkan diri dengan situasinya. Setelah itu ia akan datang ke ruang belajar dan mulai belajar bersama guru yang ditugaskan untuk mengajarinya.     

"Hmm.. guru pertamaku adalah Atila, yang kedua, Anddara, dan terakhir Therius," gumam Emma saat berjalan menuju ruang belajar. "Baguslah. Kalau Therius yang datang pertama, aku pasti akan merasa sangat marah sehingga aku tidak mau melanjutkan pelajaran dengan guru berikutnya."     

Ketika Emma tiba di ruang belajar, Atila telah menunggunya di dalam.     

"Selamat datang, Nona... Anda terlihat segar hari ini," kata Atila sambil tersenyum lebar.     

"Terima kasih, Atila." Emma mengangguk. Ia senang karena Atila memenuhi permintaannya untuk tidak memanggilnya Tuan Putri ataupun Yang Mulia.     

"Hari ini kita akan mulai dengan berbagai hal sederhana," kata Atila sambil memencet sebuah remote kecil di tangannya. "Kita akan menonton film dan aku akan menjelaskan semua yang Anda lihat. Nanti setelah Nona bisa membaca dalam bahasa kita, saya akan memberikan banyak materi tertulis untuk Anda pelajari."     

"Ah.. benar juga," kata Emma. Ia tidak dapat membaca buku-buku dan berbagai materi tentang Akkadia karena ia tidak pernah belajar bahasa tertulis Akkadia. Ia hanya mengerti bahasa lisan dari pembicaraan orang tuanya saat ia masih kecil dulu. "Kalau begitu, bukankah sebaiknya kau mengajariku membaca?"     

Atila menggeleng. "Tuan Therius sendiri yang akan mengajari Nona membaca. Pelajarannya akan dimulai siang ini."     

"Oh..." Emma mengerutkan keningnya. Ia tidak mengira Therius yang akan mengajarinya membaca. Walaupun ia sudah dewasa dan termasuk genius, Emma sadar bahwa mengajari seseorang bahasa baru adalah hal yang sangat sulit dan melelahkan.     

Mengapa Therius tidak menyerahkan tugas ini kepada orang lain? Kenapa ia sendiri yang mengambil tanggung jawab melelahkan itu?     

"Kenapa wajah Nona berkerut?" tanya Atila. "Ada hal yang mengganggu Anda?"     

"Hm.. tidak ada yang penting. Mari kita mulai."     

"Baiklah."     

Atila menayangkan tiga buah video sepanjang setengah jam dan menjelaskan kepada Emma tentang planet Akkadia. Video pertama menerangkan ukuran dan geografis di Akkadia.     

Planet Akkadia memiliki ukuran sedikit lebih kecil dari bumi dan terdiri atas enam buah negara atau kerajaan. Yang terbesar dan paling maju adalah Akkadia, yang juga menjadi penguasa kelima kerajaan lebih kecil di bawahnya.     

Koloni terbesar mereka adalah Thaesi, diikuti oleh Terren, Mireen, Sandsana, dan Pallas. Planet Akkadia sangat kaya namun penduduknya tidak banyak. Mereka sangat mengontrol tingkat kelahiran dan tidak ada anak yang lahir tanpa diinginkan.     

"Di Akkadia, semua orang harus memperoleh izin negara untuk melahirkan anak. Orang yang dianggap tidak layak secara fisik dan mental untuk mengurus anak tidak boleh mempunyai anak," Atila menjelaskan. "Tetapi, kalau mereka dianggap mampu, negara mengizinkan mereka punya anak berapa saja."     

Emma mengerutkan keningnya mendengar hal ini. "Ini kedengarannya bagus. Tetapi bukankah ini artinya, negara terlalu ikut campur atas kehidupan pribadi warganya?"     

"Bisa dibilang begitu, tetapi ini tergantung dari sudut pandang masing-masing. Akan selalu ada pro dan kontra dalam setiap keputusan. Kebijakan ini sudah dijalankan selama beberapa ratus tahun terakhir dan berjalan dengan baik. Sebelumnya, masalah over populasi dan anak terlantar menjadi hal yang cukup merepotkan negara. Setelah negara menetapkan aturan ini, orang-orang menjadi lebih bertanggung jawab."     

"Oh... Lalu bagaimana dengan anak-anak yang lahir di luar persetujuan negara?" tanya Emma. "Misalnya ada pasangan yang tidak berhati-hati dan terjadi kecelakaan hingga terlahir anak dari hubungan mereka? Atau korban perkosaan?"     

"Setiap pasangan yang hendak menikah harus mendaftar kepada negara untuk mendapatkan izin menikah, demikian juga jika mereka hendak memiliki anak. Tanpa surat izin ini, maka rumah sakit dan dokter tidak akan mau melayani proses kelahiran mereka. Jika ada pasangan yang hamil tanpa izin dari negara, maka anak tersebut akan diambil oleh negara dan dibesarkan oleh negara."     

"Uhm... apa? Hanya karena orang tuanya tidak punya izin? Bagaimana kalau mereka kemudian berusaha mengajukan izin tersebut setelah terjadi kehamilan?"     

"Tidak bisa. Kegagalan mereka untuk mengurus izin SEBELUM kehamilan terjadi menunjukkan bahwa mereka tidak cukup bertanggung jawab, dan karenanya mereka dianggap tidak akan dapat menjadi orang tua yang baik."     

"Hmm..." Emma mulai merasa bahwa Akkadia cukup rumit. Ia tidak tahu apakah ia akan dapat hidup di tempat seperti itu. Bumi memiliki banyak masalah dengan over populasi dan tingkat kelahiran yang tinggi, tetapi belum ada satu negara pun yang mencampuri urusan rumah tangga penduduknya hingga separah di Akkadia.     

"Bukankah akan merugikan anak tersebut jika ia tidak tinggal bersama orang tuanya? Tidak ada manusia yang sempurna, orang tua juga tidak sempurna. Ada yang memerlukan waktu sangat lama untuk dapat menjadi orang tua yang lebih baik bagi anak-anak mereka. Kalau mereka tidak diberi kesempatan, bagaimana mereka bisa menunjukkan bahwa mereka berubah?" tanya Emma penasaran.     

"Masalahnya, Nona... anak bukanlah bahan untuk coba-coba. Kalau mereka memang ingin memperbaiki diri dan mendapatkan izin untuk mempunyai anak, maka mereka dapat mengajukan permintaan izin untuk anak berikutnya SEBELUM mereka berencana untuk hamil."     

"Hmm... masuk akal." Emma akhirnya mengangguk paham. "Jadi.. anak-anak itu akan diurus oleh negara?"     

"Benar. Selain diurus oleh negara, mereka juga dapat diurus oleh pasangan yang menginginkan anak, tetapi tidak mampu melahirkan anak sendiri karena masalah biologis. Anak-anak tersebut akan tumbuh dalam kasih sayang kedua orang tua yang baik." Atila tersenyum saat melanjutkan kalimatnya. "Aku adalah salah satu anak seperti itu. Orang tuaku sekarang bukanlah orang tua kandungku. Mereka sangat menyayangiku dan berlaku sebagai orang tua yang hebat. Aku sangat beruntung."     

Emma menatap Atila agak lama dan kemudian mengangguk. "Kau memang beruntung."     

Di bumi, masalah adopsi dan pengasuhan anak seperti ini juga terjadi, tetapi sering sekali ia mendengar kasus anak angkat yang tidak diperlakukan dengan baik.     

"Orang yang melanggar peraturan, misalnya memiliki anak tanpa izin, selain anaknya akan diambil, mereka juga akan mendapatkan hukuman yang sesuai dengan tingkat kejahatannya." Atila menambahkan. "Penelantaran anak juga dianggap sebagai kejahatan berat dan akan mendapat hukuman yang dipastikan akan membuat jera."     

"Hmm..."     

Atila banyak menjelaskan tentang sistem kehidupan di Akkadia dan Emma hanya dapat mendengarkan. Ada terlalu banyak hal yang harus ia ketahui dan rasanya waktu enam bulan tidak akan cukup.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.