Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Asisten Pribadi Emma



Asisten Pribadi Emma

0Emma keluar dari ruang latihan dengan hati kesal. Ia berusaha mengingat-ingat kembali jalan untuk menuju ke klinik Dokter Salas. Ia ingin melihat Haoran dan menenangkan diri. Hatinya sungguh kacau dan rasanya ia ingin menangis atau menghancurkan sesuatu... mana saja boleh.     

"Permisi, bisa tolong kau beri tahu aku di mana Klinik Dokter Salas?" tanyanya saat melihat seorang staf kapal berjalan melintasi koridor di depan ruang latihan.     

Wanita berpakaian seragam cokelat itu melihat sekilas pada pakaian Emma dan pin kecil yang tersemat di dadanya lalu mengangguk. "Tentu saja, Nona. Saya akan mengantar Anda ke sana."     

Emma tidak menyadari bahwa pin yang tersemat di pakaiannya adalah penanda kedudukannya di kapal itu. Itu sama seperti pin yang dikenakan oleh Therius. Artinya, setiap awak kapal yang melihatnya harus menghormatinya dan membantu jika ia minta walaupun mereka tidak tahu siapa ia sebenarnya. Ah, sungguh praktis.     

Dengan demikian Therius tidak perlu mengumumkan kepada siapa pun tentang Emma dan bagaimana para awak harus memperlakukannya. Secara otomatis, semua orang di kapal akan tahu bahwa Emma adalah orang penting.     

Saat petugas itu mengerling pada pin di pakaian Emma, barulah Emma mengerutkan keningnya dan menyadari sesuatu.     

"Ada sesuatu di pakaianku?" tanyanya keheranan.     

Wanita itu tersenyum dan menjawab malu-malu. "Tidak. Aku hanya tidak ingat melihat Anda sebelum ini. Hanya ada sedikit orang di kapal ini yang memiliki pin akses ke semua lantai seperti yang Anda miliki. Aku jadi bertanya-tanya siapa Anda sebenarnya."     

"Oh..." Emma mengangguk paham.     

Ia ingat kata-kata Therius bahwa ia diberikan akses tanpa batas untuk menjelajahi kapal ini sesukanya. Inikah maksudnya?     

Dalam hati Emma merasa bersyukur pangeran menyebalkan itu sama sekali tidak berusaha mengurungnya dan membatasi geraknya. Ia tidak dapat membayangkan selama enam bulan ke depan jika ia harus tinggal di kamarnya saja dan hanya dapat mengakses beberapa tempat. Pasti rasanya akan sangat membosankan.     

Hmmph... tentu saja. Awas kalau dia berani membatasi gerakku. Aku tidak akan mau bekerja sama dengannya, tukas Emma dalam hati.     

"Aku memang penumpang baru. Tuan Therius menjemputku untuk bergabung di kapal ini," kata Emma. "Hallo, namaku Emma."     

Akhirnya Emma memutuskan untuk membuka diri dan berusaha mencari tahu lebih banyak tentang kapal ini, orang-orang di dalamnya dan tentang Therius sendiri.     

Ia tahu ia tidak dapat mengandalkan Xion. Lelaki itu terlihat jelas lebih berpihak kepada sahabatnya, sang pangeran.     

"Oh.. hallo, Nona Emma. Namaku Loria. Aku adalah salah seorang staf teknisi di kapal ini."     

"Teknisi?" tanya Emma keheranan.     

"Benar, kami bertanggung jawab untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan-perbaikan pada mesin kapal," Loria menjelaskan.     

"Oh, begitu." Emma mengangguk.     

"Silakan lewat sini," Loria memberi tanda agar Emma mengikutinya masuk ke lift dan mereka turun ke lantai paling bawah. Setelah mereka keluar dari lift, Emma mulai mengenali rute yang tadi dilaluinya bersama Therius dan ia pun merasa akan dapat menemukan sendiri klinik tersebut.     

Akhirnya ia menyentuh bahu Loria dan memberi tanda bahwa wanita itu tidak perlu mengantarnya sampai ke klinik Dokter Salas karena Emma sudah dapat mengingat rutenya.     

"Terima kasih. Cukup sampai di sini. Aku sudah tahu jalan kalau sudah tiba di lantai ini," kata Emma.     

"Hmm.. baiklah, Nona. Sampai jumpa." Loria membungkukkan badannya sedikit sebelum berjalan meninggalkan Emma.     

Setelah Loria pergi, Emma bergegas berjalan ke ujung koridor dan mengetuk pintu di sebelah kanannya.     

"Dokter Salas, hallo. Aku datang lagi," kata Emma.     

Tidak lama kemudian Natan membukakan pintu untuk gadis itu. Wajahnya terlihat terkejut melihat Emma datang sendiri.     

"Hallo, Nona. Anda mau bertemu teman Anda?" tanyanya dengan ramah.     

"Teman? Dia adalah..." Emma hendak mengoreksi Natan, tetapi kemudian di saat terakhir ia membatalkannya. Emma menarik napas panjang dan kemudian mengangguk. "Benar."     

Emma ingat bahwa ia telah setuju untuk bekerja sama dengan Therius. Di kapal ini belum ada yang mengetahui siapa identitas Emma sebenarnya, tetapi ketika nanti mereka tiba di Akkadia, Therius tentu akan mengumumkan siapa Emma. Mereka akan pura-pura bertunangan.     

Tentu tidak ada yang boleh tahu bahwa Emma sebenarnya sudah menikah dan suaminya kini sedang terbaring koma di klinik ini.     

Emma harus memenuhi perannya demi keselamatan Haoran. Ia tidak boleh lagi bertindak seenaknya...     

Emma berjalan mengikuti Natan dan masuk ke ruangan tempat Haoran dirawat.     

"Uhm... bisa tolong tinggalkan kami sendiri, Dokter?" tanya Emma kepada Natan.     

"Ah, tentu saja. Saya akan melakukan tugas saya di klinik. Nona silakan panggil saya jika memerlukan apa pun."     

Natan meninggalkan Emma di ruangan Haoran dan menutup pintu di belakangnya. Emma lalu duduk di samping kapsul tempat Haoran dirawat dan menatap wajah suaminya dengan air mata berlinang.     

"Oh.. Haoran. Aku benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi kepada kita di Akkadia. Saat ini, aku terpaksa bekerja sama dengan Therius demi mengulur waktu bagi kita untuk bisa melepaskan diri dari semua kekacauan ini. Maafkan aku..."     

Mata Haoran masih terpejam. Emma tahu Haoran tidak dapat mendengarnya, tetapi ia tetap berbicara kepada suaminya, seolah Haoran hanya sedang tidur dan sewaktu-waktu akan bangun. Ia merasa sangat kesepian.     

Satu jam kemudian terdengar ketukan di pintu dan Natan memanggil nama Emma dengan penuh hormat.     

"Nona, ada Dokter Atila mencari Anda," katanya.     

Emma ingat Natan mengatakan bahwa Dokter Atila adalah dokter wanita yang merawat dirinya ketika ia baru dibawa ke kapal dan tertidur kelelahan selama 70 jam. Gadis itu segera bangkit dari duduknya dan membuka pintu.     

Ia melihat seorang wanita anggun berusia 30-an berdiri di samping Natan dan tersenyum ke arahnya.     

"Hallo, Nona. Aku Atila Haru. Kau bisa memanggilku Atila saja."     

Emma mengangguk. "Dokter Atila. Apa kabar?"     

"Uhmm... tidak usah panggil dengan sebutan Dokter. Kau membuatku merasa tua. Aku tidak setua Natan," kata Atila sambil tertawa. Wajahnya ramah dan ekpresinya yang santai membuat Emma segera merasa suka kepada dokter wanita itu.     

"Hm.. baiklah, Atila."     

"Saya ingin bicara dengan Anda. Tuan Therius menyuruh saya untuk membantu Anda selama berada di kapal. Saya akan menjadi asisten pribadi Anda selama enam bulan ke depan. Saat ini saya ingin memberi tahu Anda tentang semua yang ada di kapal, bagaimana Anda dapat memaksimalkan waktu Anda selama di sini. Terlalu lama berada di kapal bisa menjadi sangat membosankan, aku bisa mengerti itu."     

Emma mengangguk lagi. "Kau benar."     

Dalam hati ia merasa berterima kasih karena Therius memenuhi janjinya memberikan akses tanpa batas kepada Emma dan bahkan kini memberinya asisten untuk membantu agar Emma dapat menyesuaikan diri di kapal.     

Ia sama sekali tidak mengetahui liku-liku kapal ini dan akan sangat menyusahkan jika ia harus mempelajarinya semua sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.