Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Aku Hanya Perlu Seks



Aku Hanya Perlu Seks

0"Kenapa kau melakukan ini semua?" tanya Emma kepada Therius. "Kau bicara segala macam tetek bengek tentang aku bekerja sama denganmu dan mencari guru yang dapat melatihku serta masuk ke akademi... Tetapi pada intinya kau sedang berusaha membujukku untuk berlatih dan mengasah kemampuanku agar aku menjadi lebih kuat."     

Therius tersenyum mendengar pertanyaan Emma. "Karena aku menyukai wanita yang kuat."     

Emma dan Xion hampir menyemburkan wine mereka saat mendengar kata-kata Therius.     

"Tidak tahu malu," omel Emma. "Aku tidak akan pernah menyukaimu, apa pun yang terjadi."     

Sepasang mata topaz Therius berkilat-kilat saat ia mendengar kata-kata Emma. Namun demikian, ia berusaha menahan diri dan menyesap wine-nya dengan tenang seperti biasa.     

"Gadis besar kepala. Kau bukan wanita kuat," ejek Therius. "Aku bisa dengan mudah membunuhmu."     

"Kau...!" Emosi Emma benar-benar sudah meluap dan siap untuk menyembur.     

Sementara itu Xion cegukan mendengar kata-kata Therius. Dalam hati ia berkata Therius seharusnya menulis buku: 101 CARA MEMBUAT DIRIMU DIBENCI GADIS YANG KAU SUKAI.     

Sepertinya Therius sangat ahli menjerumuskan dirinya sendiri sehingga Emma semakin membencinya. Xion hanya bisa geleng-geleng mengasihani sahabatnya yang benar-benar tidak pandai menghadapi wanita.     

Emma mengerucutkan bibirnya dan menghabiskan wine-nya. Ia lalu berdiri menghadap Therius dan bicara dengan suara tegas.     

"Aku mengerti posisiku dan saat ini aku tahu pilihan terbaik adalah bekerja sama denganmu," kata gadis itu sambil menatap sang pangeran lekat-lekat. Sepasang matanya dipenuhi kebencian. "Aku akan mengalahkanmu dalam lima tahun dan membalas semua perbuatanmu kepadaku."     

"Bagus. Lebih baik seperti itu daripada meratapi nasib dan hanya bisa menyalahkan orang lain," komentar Therius. "Kau akan kuberikan akses bebas ke mana saja di kapal ini. Selama enam bulan ke depan kau bahkan dapat berlatih dan mempelajari macam-macal hal yang akan kau butuhkan untukmu bertahan hidup di Akkadia."     

"Aku mau belajar ke akademi," kata Emma. "Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar dan berlatih agar aku dapat menjadi lebih kuat darimu."     

"Bagus. Kalau begitu kau perlu mempelajari semua tentang Akkadia sebelum kau masuk ke akademi. Murid-murid lain akan curiga kepadamu kalau kau tidak tahu apa-apa tentang planet kita. Aku tak mau mereka tahu siapa kau sebenarnya. Keselamatanmu bisa terancam," balas Therius. Wajahnya tampak tegas saat ia berbicara.     

"Bagaimana aku bisa belajar tentang Akkadia sebelum kita tiba di sana?" tanya Emma keheranan.     

"Aku akan menyiapkan beberapa guru pribadi untuk mengajarimu semua hal yang perlu kau ketahui. Kau akan belajar semua hal tentang Akkadia, budayanya, sistem kehidupannya, dan sejarahnya dari guru-gurumu. Setelah kita tiba kembali di Akkadia, kau dan aku akan berpura-pura bertunangan untuk meredakan konflik dengan Thaesi dan menyusun rencana berikutnya. Kita tidak akan menikah selama lima tahun ke depan, sampai kau dapat mengalahkanku. Kalau setelah lima tahun kau masih tidak bisa menjadi lebih kuat dariku dan mengalahkanku.. maka kau tidak punya pilihan selain menerima untuk menjadi istriku."     

Emma tertegun. "Aku tidak pernah bilang setuju untuk menikah denganmu. Aku lebih baik mati..."     

Kening Therius berkedut saat mendengar kata-kata Emma yang begitu menyakiti hatinya barusan.     

"Baiklah.. terserahmu. Lima tahun lagi, kita akan bertarung secara adil. Kalau kau menang, kau bisa pergi dan memperoleh semua yang kau inginkan. Kalau kau kalah, kau harus menikah denganku atau mati."     

Ekspresinya menjadi gelap dan Therius beranjak keluar lounge, sama sekali tidak mau melihat ke belakang.     

Xion hanya bisa mendesah sementara Emma tertegun mendengar betapa dinginnya kata-kata Therius barusan.     

Pangeran brengsek. Bisanya hanya memaksa orang dan mengancam dengan kematian, umpat Emma dalam hati.     

Setelah merenung beberapa lama, Emma akhirnya menetapkan hati untuk membuat Therius menyesali ucapannya barusan. Ia bertekad tidak akan kalah. Ia punya waktu lima tahun untuk menjadi lebih kuat dari Therius....     

Emma akan menang dari Therius dan pergi darinya.     

Kau lihat saja, aku akan berusaha keras dan menjadi lebih kuat darimu. Aku akan mengalahkanmu dan pergi sejauh mungkin dari Akkadia.     

Gadis itu menghabiskan wine di tangannya lalu mengambil botol wine dari meja dan menuangkan kembali ke gelasnya hingga penuh. Lalu menghabiskan isi gelasnya lagi.     

Ia benar-benar dibakar amarah.     

"Wow... kau ini suka minum juga ya?" komentar Xion dengan suara kagum. "Kurasa aku tidak perlu mengajarimu minum.. hehehe."     

Emma menoleh ke arah Xion dan seketika teringat bahwa pemuda ini adalah seorang aeromancer yang sangat tangguh. Xion dapat dengan mudah melemparnya dan Therius keluar gedung dengan aeromancy-nya...     

"Tidak. Kau tidak perlu mengajariku minum. Tapi aku perlu kau mengajariku mengendalikan udara..." Ia memegang tangan Xion kuat-kuat dan wajahnya menampilkan ekspresi memelas. "Apakah kau tega membiarkan seorang perempuan lemah dirundung oleh laki-laki lebih tua seperti temanmu itu? Kau ini laki-laki atau bukan? Kenapa kau diam saja??"     

Xion terdiam mendengar kata-kata Emma yang penuh tuduhan. Ia melihat tangannya yang digenggam erat oleh Emma dan hatinya berdesir.     

Untung Therius tidak ada di sini, pikirnya. Sang pangeran bisa menghajarnya habis-habisan kalau melihat gadis yang ia sukai menyentuh Xion seperti ini.     

Hmm.. sejujurnya Xion merasa bersalah karena ia tidak dapat berbuat apa-apa ketika Therius berusaha membunuh Haoran dan kemudian memaksa Emma untuk ikut dengannya pulang ke Akkadia.     

Ia telah berjanji kepada sahabatnya untuk tidak ikut campur. Xion tidak pernah berniat untuk campur tangan dalam politik dan urusan pribadi Therius.     

Tetapi ia tidak juga tidak mau menjadi guru Emma karena itu berarti ia akan terlibat dalam masalah mereka semakin dalam.     

Saat ini yang ada dalam pikiran Xion adalah bagaimana agar ia dapat segera kembali menyepi di gunungnya setelah mereka tiba kembali di Akkadia.     

"Aku akan melakukan apa pun kalau kau bersedia mengajariku..." kata Emma dengan penuh kesungguhan. "Kumohon... terimalah aku sebagai murid."     

"Apa pun?" tanya Xion sambil mengangkat sebelah alisnya. "Kau benar-benar mau melakukan apa pun?"     

Emma menelan ludah. "Apa pun yang tidak melibatkan seks. Aku bukan wanita seperti itu."     

"Oh.. sayang sekali," kata Xion pura-pura kecewa. "Aku punya segalanya yang kubutuhkan. Aku hanya perlu seks."     

"Brengsek kau..." omel Emma. Ia membanting kakinya dan keluar dari lounge sambil marah-marah. "Aku pun tidak mau punya guru mesum sepertimu."     

Aaarrrgghhh... baik Therius maupun Xion selalu membuatnya marah!     

Xion hanya memandang kepergian gadis itu sambil memijat kepalanya. Wajahnya menampilkan cengiran iseng.     

Emma akhirnya memutuskan untuk keluar dan mencari cara untuk dapat berlatih sendiri. Bagaimanapun Therius mengatakan Emma boleh memakai ruang latihan di sebelah.     

Ia juga seharusnya dapat meminta berbagai buku atau petunjuk tentang bagaimana ia dapat melatih kekuatannya. Kalau Xion tidak mau membantunya, Emma akan berusaha sendiri!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.