Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Nasib Haoran



Nasib Haoran

0Therius tampak tidak terpengaruh melihat kemarahan Emma.     

"Nona, temanmu ada di klinik Dokter Salas. Aku sudah mengaku kalah dan memutuskan untuk membawanya ke kapal untuk menerima perawatan. Kau mau menjenguknya?" kata Therius kemudian dalam bahasa Akkadia.     

Ia telah melihat orang-orang di sekitarnya yang tampak bingung melihat interaksinya dengan Emma karena itu ia memutuskan untuk bicara kepada Emma dalam bahasa Akkadia. Ia tak mau mereka dapat menduga bahwa salah satu dari mereka atau keduanya adalah telemancer.     

Emma sangat terkejut mendengar kata-kata Therius. Haoran ada di kapal ini???     

Emma hampir tidak dapat mempercayai pendengarannya sendiri ketika mengetahui bahwa Haoran ada di kapal ini bersama mereka. Saat itu juga ia sudah tidak merasa penting bahwa ia kini sudah tidak berada di bumi. Satu-satunya hal yang penting baginya adalah Haoran.     

"Bawa aku ke tempatnya sekarang..." tukas Emma. Sikapnya melunak dan tidak lagi segarang tadi terhadap Therius.     

Ia dapat menduga bahwa pria itu memiliki kedudukan tinggi di kapal ini, walaupun ia mungkin bukan putra mahkota. Ia tadi telah mempermalukan Therius dengan menamparnya.     

Kalau Emma terus bersikap agresif, mungkin Therius tidak akan tinggal diam dan membiarkannya. Bagaimanapun ia seorang laki-laki dan pimpinan di sini. Tentu ia ingin menjaga kehormatannya di depan pada awak kapal.     

Emma tidak mempedulikan dirinya, tetapi kini, setelah mengetahui ada Haoran di kapal, ia menjadi kuatir bila Therius akan berbuat sesuatu kepadanya jika Emma mencari masalah.     

Therius menatap Emma lekat-lekat dan menyadari sikap gadis itu berubah, tidak lagi marah-marah seperti tadi.     

Seulas senyum tipis terukir di bibirnya. Gadis ini cukup pintar menganalisis situasi, pikirnya senang,     

Sementara itu Saul menelan ludah saat melihat senyum di wajah bosnya. Rupanya suasana hati Tuan Therius hari ini sangat bagus, setelah beberapa hari ini ia uring-uringan.     

Ia segera menduga bahwa hubungan Tuan Therius dan gadis misterius ini cukup rumit. Apakah ia gadis yang mereka jemput jauh-jauh ke galaksi Bimasakti?     

Dalam hati ia sudah dapat menduga siapa gadis itu sebenarnya, tetapi ia tidak berani menyuarakannya.     

"Kita bisa mengunjunginya," kata Therius sambil mengangguk. Ia menoleh ke arah Natan dan bicara kepadanya dengan nada memerintah. "Dokter Salas. Kami akan ke klinik sekarang. Kami memerlukanmu di sana."     

Natan mengangguk hormat. Ia melambaikan tangannya memberi tanda agar Emma mengikutinya. "Silakan ikut saya, Nona. Rupanya Anda adalah tamu yang dirawat Dokter Atila. Saya senang melihat Anda sudah baikan."     

"Dokter Atila?" Emma mengerutkan keningnya.     

"Dokter Atila adalah rekan saya. Ia bertugas mengobati para staf wanita. Tuan Therius menganggap mungkin Anda lebih nyaman kalau diurusi oleh dokter wanita." Natan menjelaskan.     

"Oh.." Emma menoleh ke arah Therius. Pria itu berjalan santai dengan tangan di dalam saku menuju arah yang ditunjukkan Dokter Salas. Emma penasaran sudah berapa lama ia tidak sadarkan diri. Ia lalu bertanya kepada Therius. "Sudah berapa lama aku tidur?"     

Therius menjawab tanpa menoleh ke arahnya. "Sekitar 70 jam."     

"Oh..." Emma mengangguk.     

Hampir tiga hari tiga malam. Rupanya ia tertidur lama sekali.     

Emma ingat terakhir kali sebelum pingsan ia memukul Therius dengan electromancy untuk melukainya, tetapi ia sendiri terpental akibat tubuh Therius secara refleks menahan serangannya dengan pyromancy. Ia meraba tubuhnya dan sama sekali tidak merasa sakit.     

Ia merasa sehat dan segar. Ahh.. ia berharap kondisi Haoran telah membaik setelah dirawat oleh dokter dari Akkadia dengan teknologi kedokteran mereka yang canggih. Emma berdoa dalam hati.     

Mereka masuk ke sebuah lift dan turun ke lantai dasar lalu berjalan melintasi lorong dan masuk ke sebuah ruangan besar yang terlihat seperti klinik dengan beberapa kapsul tempat perawatan di kiri kanan dan berbagai mesin yang terlihat rumit.     

"Selamat datang di klinikku," kata Natan sambil mengembangkan tangannya. Ia terlihat bangga atas tempat kerjanya. "Kami merawat semua kondisi mulai dari sakit perut karena salah makan hingga cedera berat akibat kecelakaan saat pengoperasian mesin."     

"Di mana Haoran?" Emma tidak mau berlama-lama mendengarkan celotehan Natan segera meminta dibawa ke tempat Haoran.     

Therius mengangguk kepada Natan dan pria itu segera membungkuk hormat.     

"Teman Anda ada di ruangan khusus. Karena kondisinya juga... khusus." Ia mengulurkan tangannya dan memberi tanda agar Emma mengikutinya. Natan berjalan ke sebelah kanan dan membuka pintu ke ruangan yang ia maksud.     

Therius hanya berdiri di tempatnya memperhatikan Emma dan Natan masuk ke sana. Ia tidak mau ikut mereka masuk ke dalam ruangan tempat Haoran dirawat karena ia sangat cemburu kepada laki-laki yang sedang sekarat itu.     

Ia tidak mau melihat Haoran sama sekali dan hanya mendengarkan tentang kemajuan kondisinya dari Natan. Sejauh ini, menurut pengamatan Natan, kondisi Haoran masih kritis dan bahkan mereka juga tidak yakin dapat menyembuhkannya seperti sedia kala.     

Therius yakin, pilihan terbaik bagi pemuda itu adalah kematian, daripada terus terbaring koma seperti sekarang. Tetapi ia tidak mau mengambil pilihan itu sendiri. Ia ingin Emma melihat kondisi Haoran dan memutuskan apa yang harus ia lakukan.     

Ketika pintu dibuka dan mereka masuk ke ruangan perawatan khusus, Emma melihat Haoran terbaring di sebuah kapsul transparan yang berfungsi seperti tempat perawatan bagi pasien. Matanya terpejam dan wajahnya terlihat sangat damai.     

Tubuhnya hanya ditutupi oleh selembar selimut abu-abu dari pinggang, dan di dada, kepala, dan tangannya ada berbagai selang yang terhubung ke mesin di samping kapsulnya.     

Emma berjalan perlahan ke kapsul tempat Haoran dirawat dan menyentuh wajahnya. Air matanya menetes perlahan-lahan.     

"Bagaimana kondisinya, Dokter Salas?" tanya Emma kepada Natan tanpa memalingkan pandangannya dari wajah Haoran yang tertidur dengan damai.     

"Hmm.. sebenarnya kondisi pasien ini sangat berat. Pendarahan otak yang terjadi terlalu parah dan telah mengakibatkan kematian banyak sel otak. Tindakan operasi yang dilakukan tidak dapat memperbaiki kerusakan yang terjadi. Kami hanya bisa memberikan perawatan untuk membantu otak melakukan neurogenesi, menumbuhkan kembali sel-sel baru, tetapi proses ini akan memakan waktu sangat lama. Kalaupun otaknya akhirnya berhasil pulih, pasien akan membutuhkan waktu rehabilitasi yang bahkan lebih lama lagi."     

Emma mengepalkan tangan kirinya dengan kuat.     

Masih ada harapan...     

"Berapa lama?" tanya Emma.     

"Hmm.. kami belum pernah menemukan kasus separah ini yang berhasil pulih 100%, jadi saya tidak bisa memperkirakan tepatnya berapa lama," kata Natan. "Mungkin bertahun-tahun."     

Emma mengangguk.     

Masih ada harapan, katanya berulang-ulang kepada dirinya sendiri.     

Ia menoleh ke arah Natan dan menyentuh bahunya. Wajah gadis itu pelan-pelan terlihat lega. "Terima kasih, Dokter Salas."     

Ia menyentuh pipi Haoran lagi dan tersenyum haru. Ia akan menunggu Haoran sembuh, walaupun ia perlu waktu bertahun-tahun.     

Emma menahan diri untuk tidak duduk di samping kapsul perawatan dan menunggui Haoran. Ia harus menemui Therius dan membicarakan statusnya dan Haoran di kapal ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.