Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Di Pesawat Antariksa Coralia



Di Pesawat Antariksa Coralia

0"Saya akan mengantar Anda ke anjungan," kata laki-laki itu. Ia menoleh kepada dua temannya dan memberi tanda agar mereka melanjutkan perjalanan mereka tanpa dirinya. "Kalian ke sana duluan. Aku akan menyusul."     

Emma tersenyum dan mengangguk untuk menandakan bahwa ia berterima kasih. Ia melepaskan kepalan tangannya dan berjalan mengikuti lelaki itu melintasi lorong putih itu ke arah berlawanan dengan lift yang tadi digunakannya.     

"Namaku Natan Salas. Nona bisa memanggilku Natan," kata lelaki itu sambil berjalan. Ia mengenakan pakaian seragam cokelat yang ringkas dan di dadanya tersemat sebuah pin biru. Penampilannya rapi dan wajahnya tampak kalem. Emma dapat menilai sekilas bahwa orang ini sangat cerdas.     

"Namaku Emma." Emma sengaja tidak menyebutkan nama belakangnya karena ia kuatir Natan akan langsung menghubungkannya dengan ayahnya yang sepertinya cukup terkenal di Akkadia karena peristiwa yang terjadi dengan ibunya.     

"Nona dapat menanyakan keberadaan Tuan Therius Moria di anjungan. Kapten kapal akan menghubungi beliau untuk Anda," kata Natan sambil tersenyum.     

Ia berhenti di depan sebuah pintu dan secara otomatis pintu itu terbuka, menunjukkan ruang seperti lift yang tadi digunakan Emma.     

Ia menyentuh pin di dadanya dan tombol lift segera menyala. Ia memencet tombol tersebut dan tidak lama kemudian pintu lift tertutup dan lift segera bergerak ke atas.     

DING     

Ketika pintu lift terbuka, ia mempersilakan Emma keluar duluan dan kemudian ia mengikuti. Ia lalu menunjukkan koridor besar yang ramai dilalui para petugas berseragam biru tua. Sebagian di antaranya terlihat mengenakan seragam militer.     

Emma memperhatikan sekelilingnya dengan mata menyipit. Sebesar apakah kapal ini dan ada berapa banyak orang di dalamnya? Ia hanya dapat bertanya dalam hati.     

"Tuan Therius Moria katamu tadi?" tanya Emma tiba-tiba, ketika ia mengingat Natan menyebut nama Therius Moria. Apakah itu nama lengkapnya?     

"Benar. Tuan Therius Moria adalah putra Jenderal Moria yang mewakili ayahnya untuk memimpin ekspedisi rahasia kali ini." Natan menjelaskan.     

Emma mengerutkan keningnya.     

Therius itu putra Jenderal? Apakah ia berbohong saat mengaku sebagai putra mahkota kepada Emma?     

Mereka tiba di anjungan yang penuh dengan orang-orang yang sedang sibuk bekerja. Natan memberi tanda kepada Emma untuk mengikutinya. Ia lalu berjalan menghampiri Saul.     

"Hei, Dokter Salas. Ada perlu apa kemari?" tanya Saul yang mengangkat wajahnya dari layar monitor di depannya.     

"Hallo, Saul. Nona ini mencari Tuan Therius Moria. Apakah kau bisa membantunya?" tanya Natan sambil menunjuk ke arah Emma.     

Saul tertegun saat melihat gadis jelita itu yang kini sedang menatapnya dengan pandangan tajam. Ia terpesona melihat penampilan Emma yang tampak begitu cantik walaupun ia mengenakan pakaian yang simpel. Dan oh.. bukankah wajahnya mirip seperti Therius?     

Apakah gadis ini adiknya? Ini anak perempuan Jenderal Moria?     

"Aku mau bertemu Therius atau Xion. Ini penting," kata Emma.     

Saul dan Natan saling pandang. Mereka dapat menilai bahwa Emma bukan orang sembarangan dari caranya menyebut nama Therius yang kasual dan sama sekali tidak terdengar menghormat.     

"Sebentar, Nona bisa duduk di sini. Aku akan memberi tahu beliau bahwa Anda menunggunya." Saul tersenyum menenangkan. Ia menunjuk sebuah kursi sofa yang nyaman di belakangnya dan mempersilakan Emma duduk.     

Gadis itu menggeleng. "Aku akan melihat-lihat sambil menunggu kedatangannya."     

Ia berjalan dengan tangan dilipat di belakang punggungnya dan mengamati jendela sangat besar yang menampakkan pemandangan di luar. Ia terpesona melihat luar angkasa yang dipenuhi milyaran bintang dengan berbagai warna dan tingkat kecerahan. Ia merasa seolah berada di dalam mimpi.     

Saul membiarkan Emma sendiri dan kemudian menghubungi sebuah nomor di layarnya. Ia bicara dengan suara rendah untuk melaporkan kehadiran Emma. Setelah menutup sambungan ia menoleh kepada Emma dan tersenyum.     

"Tuan Therius akan segera kemari."     

Sebenarnya tadi Saul sudah menawarkan untuk mengantar Emma menemui Therius di ruangannya atau di lounge, tetapi rupanya pria itu tidak sabar dan memilih langsung bergegas ke anjungan untuk bertemu dengan Emma.     

Ia tiba lima menit kemudian dengan wajah cerah dan ekspresi gembira yang belum pernah dilihat orang-orang di kapal itu. Mereka semua menatapnya dengan heran.     

"Emma.. kau sudah bangun," Therius menyapa Emma dengan antusias.     

Saul dan Natan saling pandang. Mereka dapat menduga Therius menyukai gadis misterius ini dan melihatnya segera membuat suasana hati pimpinan mereka ini menjadi sangat cerah.     

"Brengsek! Tidak tahu malu!!" Begitu ia mendengar suara Therius, Emma segera berbalik dari jendela. Ia menghambur ke arah dan menamparnya dengan sekuat tenaga.     

Semua orang yang berada di anjungan seketika menahan napas. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi kepada gadis bodoh ini. Apakah ia tidak tahu betapa mengerikannya konsekuensi yang harus ia tanggung karena mempermalukan anak seorang pejabat tinggi?     

Ya Tuhan.. setan apa yang merasuki gadis ini? pikir semua orang ketakutan.     

Therius menyentuh pipinya yang barusan ditampar Emma. Tindakan gadis ini sama sekali tidak membuatnya kaget, dan ia memang sengaja tidak menghindar.     

Ia mengerti bahwa Emma pasti merasa sangat marah dan terkejut karena mengira Therius menculiknya untuk pulang ke Akkadia tanpa persetujuannya.     

Ia mengelus pipinya sekali dan kemudian menurunkan tangannya. Wajahnya sama sekali tidak berubah. Ia hanya mengangguk dan kembali menyapa Emma. "Aku senang kau sudah pulih. Kau tidur lama sekali."     

Emma berdiri tepat di depannya, dengan wajah merah dan mata menyala-nyala menatap Therius. Ia merasa kesal karena tamparannya sama sekali tidak dapat memprovokasi pria ini. Therius tampak tidak peduli bahwa barusan Emma menampar pipinya dengan sangat keras.     

"Di mana Haoran?!!" tanyanya dengan bahasa Inggris. Ia tahu Therius dapat mengerti ucapannya karena pria itu adalah seorang telemancer. Emma tidak ingin orang-orang di anjungan tahu siapa dirinya dan Haoran.     

'Aku hanya melakukan apa yang kau minta. Kau mau pulang ke Akkadia kalau dia ikut kan? Aku sudah mengabulkan keinginanmu. Dia ikut kita ke Akkadia.' Therius menatap Emma lekat-lekat dan bicara kepadanya dengan telemancy. Ia pun tak ingin orang-orang di sekitar mereka mengetahui siapa Emma.     

Setidaknya, belum saatnya.     

'Apa yang kau lakukan kepadanya?? Awas kalau ia kenapa-kenapa...' ancam Emma.     

Dalam hatinya, ia merasa sangat terkejut mendengar kata-kata Therius.     

Apa maksud perkataan pangeran ini? Ia mengabulkan permintaan Emma yang hanya bersedia pulang kalau Haoran ikut...?     

Therius tersenyum tipis melihat tekad Emma. Ia mengangkat tangannya dan mengacak rambut Emma. 'Masih galak seperti biasanya.'     

Emma segera menepiskan tangan Therius dari kepalanya dan melotot. 'Jangan sentuh aku!'     

Saat Emma menepis tangan Therius, tanpa sadar orang-orang yang berada di anjungan menahan napas. Semuanya memandang adegan itu dengan dada berdebar ketakutan.     

Berani sekali gadis ini... pikir mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.