Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Penawaran Therius



Penawaran Therius

0Emma terus menyerang Therius dengan bola api demi bola api dan sang pangeran terus menghindar dengna lincah. Ia tidak berusaha menahan serangan Emma ataupun membalasnya, dan hal itu membuat Emma bertambah kesal.     

Xion tahu apa yang sedang dilakukan oleh Therius. Ia ingin menguji kemampuan Emma. Karena itulah ia sama sekali tidak melawan, malahan sengaja memprovokasi Emma agar terus menyerangnya.     

Serangan bertubi-tubi dari Emma menghantam kursi, lemari, dan pintu... mengakibatkan api berkobar di mana-mana. Xion-lah yang sibuk memadamkan api dengan mengisap oksigen dari setiap api tersebut.     

Therius melesat kesana kemari dengan gerakan anggun untuk menghindari serangan, sementara Emma terus mengejarnya sambil meluncurkan serangan bola api.     

"Kalau kalian mau berkelahi, keluar!!!"     

Akhirnya, Xion yang merasa kesal karena seisi penthouse telah menjadi berantakan dan terbakar, mengangkat kedua tangannya dan membuat gerakan memutar. Tangan kirinya diacungkan ke arah Therius dan tangan kanannya diacungkan ke arah Emma. Lalu ia mendorong dengan sekuat tenaga.     

"Aahh!!!" Emma menjerit kaget ketika melihat segumpalan udara berwarna kebiruan yang berbentuk sebuah tangan raksasa mencengkeram tubuhnya dengan kuat dan kemudian melemparkannya keluar penthouse melewati teras hingga melayang ke langit. Emma berusaha menahan sapuan angin tersebut, tetapi ia kalah kuat.     

Therius juga berusaha menahan cengkeraman tangan raksasa itu agar tidak terlempar keluar tetapi ia kalah cepat, dan tahu-tahu tubuhnya juga sudah melayang di angkasa, hanya dua meter saja jaraknya dari Emma.     

Xion berjalan ke arah teras dan mengebas-kebaskan kedua tangannya lalu mengangkat wajahnya ke atas, memarahi kedua orang yang sedang bertikai itu. "Kalau mau berkelahi di luar saja! Aku capek membereskan kekacauan yang kalian buat."     

"Kau...!"     

Emma seketika merasa jerih. Ia adalah seorang aeromancer, tetapi ia sama sekali tidak dapat mengendalikan udara seperti yang barusan dilakukan Xion. Pemuda itu mencengkramnya dengan gelombang raksasa yang sangat kuat tanpa ia dapat menolak sama sekali.     

Emma tidak dapat membayangkan perbedaan kekuatan yang ada di antara mereka. Ia menatap Therius dengan pandangan menyala-nyala.     

Pemuda itu pasti juga sama kuatnya dengan Xion dan dari tadi ia sengaja memancing Emma untuk menyerangnya untuk melihat sejauh apa kemampuan Emma.     

"Putri Emma Stardust, aku bukan orang yang tidak punya belas kasihan. Walaupun kau sudah bukan warga Akkadia, aku masih dapat memberikan pengecualian untukmu dan membawa laki-laki itu untuk dirawat para dokter di pesawat kami..." kata Therius sambil membalas tatapan Emma.     

Jika Emma memandang Therius dengan penuh kemarahan, sebaliknya Therius memandang Emma dengan pandangan mata yang teduh dan penuh perhatian. Ia sama sekali tidak mempedulikan bahwa gadis itu terlihat membencinya.     

"Apa yang kau inginkan?" tanya Emma dengan ketus.     

"Aku akan menyembuhkan laki-laki itu kalau kau berjanji mau ikut denganku ke Akkadia," kata Therius. Ia segera mengangkat tangannya sebelum Emma membantah. "Aku tidak akan memintamu menikah denganku. Aku bukan laki-laki rendah yang mengemis kepada wanita untuk menikahinya."     

"Aku tidak mengerti. Bukankah kau membutuhkanku untuk mengadakan perdamaian dengan Thaesi?" tanya Emma. Ia menatap Therius dengan pandangan tajam.     

"Kita bisa bertunangan dulu, seperti pamanku dan ibumu dulu. Itu sudah cukup untuk meredakan konflik. Kalau sudah terjadi perdamaian, kita bisa melihat perkembangannya nanti ke depan akan seperti apa," kata Therius.     

"Aku tidak mau!" tukas Emma. "Kau pikir aku bodoh? Begitu aku tiba di Akkadia, aku tidak akan bisa melepaskan diri darimu."     

"Kau masih menganggapku sebagai musuh," kata Therius sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Baiklah kalau begitu. Aku akan menunjukkan bahwa aku tidak berniat jahat kepadamu. Aku akan menyembuhkan dia kalau kau berhasil mengalahkanku. Aku akan mengaku kalah kalau kau berhasil menyentuhku dan menggores kulitku, walau hanya sedikit."     

Emma menggigit bibir. Therius sekarang secara terang-terangan meminta Emma menyerangnya. Apakah pria ini memang ingin berkelahi untuk mengetahui sejauh mana kemampuan Emma?     

"Kau berjanji?" tanya Emma dengan ketus. "Kau tidak akan menarik ucapanmu kalau aku berhasil melukaimu?"     

"Aku berjanji. Kalau kau berhasil melukaiku walaupun hanya sedikit.. aku akan mengaku kalah dan mengerahkan dokter di kapal untuk merawat laki-laki itu."     

"Awas kalau kau ingkar janji," cetus Emma. "Aku tidak akan segan-segan."     

Gadis itu mengangkat tangannya dan meluncurkan bola api biru ke arah Therius. Anehnya kali ini, Therius tidak menghindar. Ia tersenyum tipis dan mengangkat tangan kanannya.     

Therius mengisap oksigen seperti yang tadi dilakukan Xion dan tiba-tiba saja api berkobar yang meluncur ke arahnya segera padam tak bersisa.     

Emma hanya terkejut selama setengah detik. Ia langsung merapal kedua tangannya dan meluncurkan petir ke arah Therius bergantian. Therius yang tidak memiliki kemampuan mengendalikan petir segera melompat ke samping agar serangan petir dari Emma tidak melukainya.     

Baru saja ia melompat ke kanan, petir berikutnya telah tiba dan menyerang Therius tanpa kenal ampun. Pria itu terpaksa melesat kesana kemari menghindari kejaran petir demi petir yang Emma luncurkan.     

Emma yang sedang frustrasi dan marah atas peristiwa yang menimpa Haoran seakan terpancing untuk terus menyerang Therius. Ia terbang dengan lincah sambil merapal energi dan menembakkan kilatan demi kilatan petir mengejar kemana pun Therius melesat terbang.     

Xion yang memandang ke langit dari teras balkon tampak tercengang ketika melihat kilatan cahaya timbul silih berganti diikuti bunyi suara guntur yang memekakkan telinga. Ia bisa melihat Therius mulai kerepotam menghadapi Emma.     

"Aku tidak akan membantumu. Kau pantas mendapatkannya," gumam Xion sambil melipat kedua tangannya di dada.     

Sementara itu, di langit, Therius yang belum pernah menghadapi seorang electromancer sebelumnya, terpaksa harus menghindar kesana kemari dan mengerahkan aeromancy untuk menahan serangan petir dari Emma.     

Ia mengayunkan tangannya menghalau petir yang menyerangnya dengan angin kencang dan membelokkan serangan Emma ke tempat lain. Pelan-pelan, ia pun mulai kerepotan. Namun demikian, ia sama sekali tidak mau membalas dengan gerakan menyerang karena ia tak ingin melukai Emma.     

Dari pengamatannya, tingkat penguasaan Emma masih berada jauh di bawahnya dan energi gadis itu tidak sampai sepertiga dari energi yang dimilikinya. Kalau sampai Therius menyerang gadis itu, ia akan dapat dengan mudah membuatnya terluka.     

Akhirnya Therius memilih menghindar dan menggunakan gerakan bertahan sambil menunggu hingga Emma kelelahan.     

"Kau tidak punya perasaan! Kau tidak pantas menjadi raja...! Aku bersyukur aku meninggalkan Akkadia dan memutuskan hubungan dengan planet brengsekmu!" jerit Emma sambil meluncurkan serangan demi serangan dengan membabi buta. "Kalau orang sepertimu yang akan menjadi raja Akkadia, maka aku tidak mau menjadi rakyatmu!!     

Emma terus menyerang Therius dengan penuh kemarahan. Setelah setengah jam, ia akhirnya mulai kelelahan, dan serangan petirnya menjadi tidak terarah.. pelan-pelan ia bahkan tidak mampu lagi mengangkat tangannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.