Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Kau Kejam, Therius!



Kau Kejam, Therius!

0"Haoran!!!!" Emma berhasil menahan tubuh Haoran sebelum pemuda itu terguling ke lantai. Ia seketika menjadi panik dan menjerit memanggil nama Haoran. Dengan refleks Emma memangku kepala Haoran dan kemudian berteriak meminta pertolongan.     

Xion yang baru keluar dari lift, tertegun memandang adegan itu. Dadanya terasa sesak saat ia menyadari Therius serius dengan kata-katanya.     

Pasti ini perbuatan Therius, pikirnya sambil menghela napas panjang. Dadanya seketika seolah dihimpit oleh benda sangat berat.     

Xion berjalan menghampiri Emma yang sedang memangku tubuh Haoran dengan air mata berurai. Orang-orang telah merubung gadis itu dan sebagian menelepon nomor telepon layanan darurat.     

Emma sama sekali tidak melihat kehadiran Xion karena ia sangat panik. Haoran jatuh pingsan tiba-tiba dan ia tidak tahu apa yang terjadi.     

Sebenarnya Emma ingin sekali membawa Haoran terbang menuju rumah sakit agar mereka dapat tiba lebih cepat, tetapi sayangnya mereka sedang berada di tempat umum dan ia tidak berani menunjukkan kekuatannya di depan orang banyak.     

Ia tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi jika orang-orang melihatnya terbang membawa Haoran ke rumah sakit. Seluruh Singapura, bahkan seluruh dunia pasti akan menjadi gempar. Ia dan Haoran tidak akan bisa tenang karena diburu pencari berita dan orang-orang yang penuh rasa ingin tahu.     

Ambulans datang tujuh menit kemudian dan mereka segera membawa Haoran pergi. Emma ikut masuk ke dalam ambulans dan tidak lama kemudian lobi hotel telah menjadi sepi kembali.     

Xion hanya memandang semua itu dengan dada sesak. Ia tahu Haoran tidak punya tempat di Akkadia dan ia menduga Therius akan membunuhnya kalau pemuda itu nekad ingin ikut Emma pulang. Namun, ia tak menyangka, Therius akan tetap membunuh Haoran walaupun Emma yang memutuskan untuk tidak pulang.     

Kini Emma benar-benar tidak punya pilihan, pikir Xion. Ia merasa sangat bersimpati kepada gadis itu. Sejak kecil Emma hidup sendirian dan menderita. Sepertinya hanya bersama Haoran saja Emma terlihat memperoleh kebahagiaannya.     

Tetapi kini, Haoran sudah tidak ada.     

Xion tidak perlu ikut ke rumah sakit untuk mengetahui bahwa Haoran tidak akan selamat.     

***     

"Bagaimana, dokter?" tanya Emma dengan cemas. "Bagaimana keadaannya? Apa yang terjadi? Mengapa Haoran bisa tiba-tiba pingsan?"     

Begitu mereka tiba di rumah sakit, Haoran segera dimasukkan ke dalam ruang ICU dan dokter segera melakukan berbagai tes untuk mengetahui kondisi tubuhnya. Emma hanya bisa menunggu di depan ruang perawatan sambil berjalan mondar-mandir.     

Setengah jam kemudian David, Alex, Dinh, dan Eric sudah tiba dari tempat mereka masing-masing untuk menemani Emma. Mereka semua sangat terkejut dan panik. Tidak ada yang mengira, Haoran yang masih muda dan sangat sehat dapat tiba-tiba jatuh sakit seperti ini.     

"Kami menemukan ada pendarahan di otaknya. Pembuluh darah di otaknya pecah dan mengakibatkan penggumpalan darah yang menghimpit batang otak, dan membunuh sebagian sel otak.... Dokter sudah menjadwalkan bedah untuk mengeluarkan gumpalan darah tersebut. Kami sedang menunggu kedatangan dokter bedah terbaik kami," kata Dokter Lim dengan sabar.     

Rumah sakit ini berada di bawah naungan Lee Industries dan begitu mereka mengetahui siapa pasien yang baru datang itu, dengan segera semua dokter dan peralatan terbaik mereka dikerahkan untuk menyelamatkan nyawa Tuan Muda keluarga Lee ini.     

"Bagaimana bisa terjadi pendarahan di otak tiba-tiba seperti itu?" tanya Emma dengan histeris. "Haoran masih muda dan sangat sehat. Ia juga rajin berolah raga."     

Dokter menggeleng prihatin dan menjelaskan. "Ini bisa terjadi kepada siapa saja. Kami menemukan bahwa ada syaraf yang terjepit di otaknya dan itu bisa pecah kapan saja. Kebetulan saja terjadinya hari ini..."     

Emma mengusap air matanya dan mengangguk. "Baiklah.. apakah ia bisa disembuhkan?"     

"Kami akan melakukan yang terbaik," kata Dokter Lim dengan penuh ketegasan.     

Sebagai dokter, mereka tidak boleh menjanjikan kesembuhan kepada setiap pasiennya, siapa pun orangnya, karena nyawa ada di tangan Tuhan. Tetapi mereka hanya bisa menjanjikan untuk melakukan yang terbaik.     

Ayah Haoran dan istri mudanya beserta kakek dan nenek Haoran tiba begitu Haoran masuk ruang operasi. Mereka semua hanya bisa menunggu dengan cemas.     

***     

"Putri Emma Stardust sudah terlalu banyak menderita..." kecam Xion kepada Therius. "Kenapa kau harus membunuh suaminya?"     

"Aku tidak punya pilihan, Xion," kata Therius. Ia masih memandang langit malam seolah angkasa raya yang dipenuhi milyaran bintang itu menyimpan jawaban atas pertanyaan Xion, tentang kenapa Therius melakukan apa yang harus ia lakukan.     

Ia tidak punya pilihan. Dan ia menyeret Emma bersamanya.     

"Kau punya pilihan untuk melakukan hal yang ksatria dan menyembuhkannya... Kita bisa pulang," kata Xion. "Kau akan naik takhta dengan atau tanpanya. Kau tidak perlu Emma Stardust untuk menguasai kerajaan Akkadia."     

Kalau dipikir-pikir, Xion tidak salah. Cepat atau lambat, Therius akan tetap menjadi raja Akkadia. Ia akan menghadapi perlawanan kedua sepupunya, dan konflik dengan Thaesi akan tetap berkobar.. mungkin hingga akhirnya Jenderal Stardust mati dan Putri Arreya menyerah dan ikut mati bersamanya.     

Situasi akan menjadi panas. Mungkin akan timbul perang. Seisi planet akan bergolak. Ia harus memadamkan pemberontakan. Tetapi itu semua pasti akan berlalu.     

Cepat atau lambat ia akan dapat menguasai mereka semua. Kalau ia pulang ke Akkadia tanpa Emma, maka ia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi konflik, tetapi ia cukup percaya diri dengan kemampuannya dan orang-orangnya.     

Sebenarnya, ia menginginkan Emma Stardust begitu ia melihat gadis itu di layar pesawat messenger. Ini adalah wajah yang ia kagumi sewaktu ia kecil dan telah lama ia lupakan.     

Ia hanya menyimpan cincin topaz yang ditinggalkan Emma dan sama sekali tidak mengira bahwa ia akan bertemu kembali dengan gadis itu dua puluh tahun kemudian.     

"Kau pernah melihat paku yang ditusukkan ke kayu, Xion?" tanya Therius akhirnya. Ia tidak mengalihkan pandangannya dari langit. "Kau ingat ketika kita masih di akademi dan Guru Menjinakkan Hewan Buas menghukum kita untuk membangun pagar di halaman belakang sekolah?"     

"Tentu saja aku ingat. Apa hubungannya dengan semua ini?" tanya Xion kesal.     

"Aku tidak berbakat mengerjakan pekerjaan konstruksi dan membuat banyak kesalahan. Banyak paku yang harus kita cabut. Kau ingat?"     

"Aku ingat."     

"Kalau kau cabut pakunya... apakah lubang di kayu itu akan dapat dihilangkan?" tanya Therius lagi.     

Xion mengangkat bahu. "Tidak."     

"Kerusakan yang terjadi tidak dapat dipulihkan," kata Therius. Sambil melipat kedua tangannya di belakang punggungnya.     

Ia hendak mengatakan kepada Xion bahwa walaupun ia ingin menyembuhkan Haoran, ia tidak bisa. Apa yang sudah dirusak, tidak dapat dipulihkan seperti sedia kala.     

"Kau kejam," komentar Xion.     

"Aku tidak kejam. Aku memberi mereka kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal," kata Therius.     

Xion teringat cincin topaz yang ada di leher Therius dan ia menarik napas panjang.     

Ia tidak tahu mengapa cincin Emma bisa bersama Therius. Tetapi pelan-pelan ia bisa menduga apa yang terjadi sebenarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.