Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Apa Buktinya Ayahku Masih Hidup?



Apa Buktinya Ayahku Masih Hidup?

0Emma tertegun mendengar penjelasan Therius tentang pernikahan politik yang ia tawarkan kepada Emma. Gadis itu benar-benar tidak mengerti bagaimana orang di zaman modern seperti sekarang dapat menikah tanpa cinta.     

Zaman dulu, mungkin masih wajar bila terjadi hal semacam itu saat dunia masih dikuasai berbagai kerajaan dan keluarga bangsawan. Pernikahan politik antara anak-anak raja dan bangsawan adalah hal biasa yang mempertahankan kekuasaan.     

Sekarang, walaupun di planet bumi masih ada beberapa kerajaan, tetapi keluarga yang berkuasa hanyalah simbol semata dan mereka tidak benar-benar memiliki kekuasaan yang harus dipertahankan dengan pernikahan politik.     

Yah, Emma sekarang malah lebih sering mendengar pernikahan politik antara anak-anak dari keluarga kaya dengan keluarga kaya untuk memperbesar aliansi bisnis mereka dan menjaga agar harta mereka tidak diambil oleh orang lain, melainkan semakin besar.     

"Apa buktinya bahwa ayahku memang masih hidup?" tanya Emma kemudian. "Apakah kau pernah bertemu dengannya?"     

Therius mengangguk. "Tentu saja aku pernah bertemu dengannya. Aku mengunjunginya sekali sebulan."     

Hati Emma mencelos saat mendengar kata-kata pria itu. Ia sama sekali tidak menduga hal ini.     

"Untuk apa kau mengunjunginya?" tanya Emma dengan pandangan menyelidik.     

"Aku mengagumi ayahmu. Dan sebenarnya ia dulu adalah anah buah ayahku di militer. Mereka pernah bertempur bersama sebelum ayahku meninggal. Sejak aku kembali ke ibukota setelah lulus dari akademi, aku sering menemuinya."     

Xion menyesap winenya dengan mata terbelalak. Ia belum pernah melihat Therius bersikap sesabar ini dan bicara demikian banyak.     

Cinta memang aneh dan bisa membuat orang berubah, pikirnya.     

"Apakah kau punya buktinya?" tanya Emma lagi.     

Therius mengangguk. Ia mengambil sebuah tablet dari meja di sampingnya dan menekan beberapa tombol. Tidak lama kemudian di ruang kosong di depan mereka muncul gambar hologram yang sangat nyata.     

Emma seolah melihat ruang tamu besar itu berubah menjadi sebuah ruangan sempit berwarna abu-abu yang menyedihkan. Di sana hanya ada sebuah ranjang kecil dan meja serta sebuah kursi. Tampak seorang pria tampan berambut berwarna keperakan dan pakaian hitam yang sederhana sedang duduk di sana membaca sebuah buku.     

Emma segera mengenali wajah ayahnya dan sepasang matanya yang berwarna biru-hijau. Kaoshin hanya terlihat sedikit lebih tua dari yang terakhir diingatnya.     

Tidak salah lagi... ini memang ayahnya!     

Xion dan Therius memandang Emma yang tampak berusaha keras menahan air matanya agar tidak menetes dan keduanya secara tidak sadar menahan napas bersama-sama.     

Xion merasa kasihan kepada gadis ini, sementara Therius harus berusaha keras menahan diri agar tidak memeluk Emma dan berusaha menghiburnya.     

Tiba-tiba tampak Therius masuk ke ruangan tempat Kaoshin ditahan dan menyapanya dengan ramah.     

"Selamat sore, Jenderal Stardust. Anda terlihat sehat," sapa Therius.     

Kaoshin hanya mengangkat wajahnya sedikit dan mengangguk. "Pangeran datang lagi. Maaf, saya tidak bisa berdiri dan memberi hormat. Hari ini mereka memendekkan rantainya."     

Ia menunjuk ke arah belenggu yang menahan kakinya dan rantai yang terkait ke dinding.     

Emma menekap bibirnya melihat kondisi ayahnya yang dirantai seperti itu dan berusaha keras tidak menangis terisak-isak dan menghambur ke arah hologram itu. Ia tahu itu hanya gambar 3D, bukan sungguh-sungguh ayahnya.     

"Aku tidak akan berlama-lama," kata Therius. "Aku datang ke sini hanya untuk memberi tahu Anda bahwa besok aku akan pergi ke bumi dan menjemput anak perempuan Anda. Kakekku sudah memberikan persetujuan. Anda akan diberikan pengampunan dan bisa berkumpul kembali bersama Putri Arreya. Kita akan menjadi keluarga saat aku menikah dengan anak perempuan Jenderal."     

Kaoshin mengangkat wajahnya dari buku dan menatap Therius lekat-lekat. Suaranya terdengar sangat serius. "Pangeran.. aku tidak punya anak perempuan. Kepergian Anda ke sana akan menjadi sia-sia saja dan membuang waktu."     

Therius balas menatap Kaoshin dengan sangat serius. Untuk pertama kalinya ia pun tersenyum tipis.     

"Kalau aku bertemu dengan anak perempuanmu.. apakah ada yang ingin Jenderal sampaikan kepadanya?" tanya Therius dengan nada suara sungguh-sungguh.     

Kaoshin menggeleng. Ia tersenyum tipis dan menatap Therius dengan pandangan yang rumit. "Rupanya pangeran bukan hanya keras kepala, tetapi juga mudah dibohongi. Siapa pun orangnya yang menghembuskan gosip bahwa aku dan istriku meninggalkan seorang anak perempuan di bumi hanya ingin menjauhkan Anda dari Akkadia selama setahun. Sekali lagi aku tegaskan... aku tidak memiliki anak perempuan."     

Saat Kaoshin menatap ke depan dan bicara dengan suara tegas, Emma merasa seolah ayahnya menatap ke arahnya. Semuanya tidak ada yang berubah, pikir Emma.     

Bukan saja wajah dan penampilan ayahnya masih mirip seperti dulu, suaranya dan nada bicaranya juga tetap sama, selalu lembut namun tegas.     

Ia menatap wajah ayahnya dengan penuh kerinduan dan air mata yang mengalir deras.     

Oh, Ayah... apakah kau baik-baik saja di Akkadia?     

Aku sangat merindukanmu...     

Therius tersenyum saat mendengar keteguhan kata-kata Kaoshin yang berkeras membantah bahwa ia tidak memiliki anak perempuan. Sang pangeran lalu mengambil buku dari tangan Kaoshin dan meneliti isinya.     

"Sudah berapa lama Jenderal ditahan di sini? Kalau tidak salah sudah lebih dari sepuluh tahun ya? Setiap hari, kau hanya melihat tembok abu-abu ini. Apakah kau tidak merindukan Putri Arreya? Orang lain sudah menjadi gila kalau mereka mengalami apa yang kau alami.. tetapi kau masih bertahan. Tentu karena kau merindukan keluargamu dan ingin berkumpul kembali bersama mereka. Kau belum pernah melihat anak lelakimu, kan? Sekarang usianya sudah 13 tahun. Kudengar ia mewarisi wajahmu. Aku akan mewujudkan keinginan kalian semua dan membiarkan kalian berkumpul kembali..." Ia menatap Kaoshin dengan wajah tanpa ekspresi. "Aku sungguh-sungguh dengan ucapanku."     

"Pangeran terlalu baik. Tetapi sayangnya aku tidak punya anak perempuan," kata Kaoshin lagi. Ia masih berkeras mengatakan bahwa ia tidak mempunyai anak perempuan.     

Therius menaruh kembali buku yang diambilnya ke meja.     

"Aku mengerti apa yang sedang kau lakukan. Kau ingin melindungi anak perempuanmu dan berpura-pura mengatakan bahwa ia tidak ada. Tetapi kau tidak perlu melakukan itu, Jendral Stardust. Aku akan memperlakukannya dengan baik dan ia akan menjadi ratu di Akkadia, seperti yang seharusnya terjadi kepada Putri Arreya." Therius berdiri tegap dan menatap Kaoshin dalam-dalam. "Aku akan berangkat besok untuk menjemputnya. Apakah ada yang ingin kau sampaikan kepadanya saat aku bertemu dengannya? Aku akan menyampaikannya."     

"Pangeran... sudah kukatakan aku tidak punya anak perempuan," Kaoshin menggeleng.     

"Oh... aku sudah mendengar Jenderal berkali-kali membantah punya anak perempuan," kata Therius. Wajahnya sekarang tersenyum. "Tetapi aku adalah seorang telemancer dan sedari tadi aku juga mendengar kau mengatakan dalam hati bahwa kau sangat merindukan anak perempuanmu dan berharap Emma baik-baik saja."     

Wajah Kaoshin yang tenang seketika berubah menjadi pucat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.