Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Menginterogasi Pangeran Therius



Menginterogasi Pangeran Therius

0Therius dan Xion seketika tertegun, seolah dimarahi guru di kelas yang memergoki mereka sedang mencontek di kelas. Keduanya mendeham bersamaan dan duduk dengan anggun seolah tidak terjadi apa-apa.     

"Maaf. Kebiasan buruk sulit diubah," gumam Xion. Ia tidak mau menjelaskan lebih lanjut apa yang ia maksudkan dengan kebiasaan buruk itu. Ia mengerling ke arah Therius yang seolah baru menyadari pakaiannya kembali basah segera bangkit dari kursi dan bersiap untuk kembali mengganti pakaiannya.     

"Tolong duduklah. Kalian membuatku pusing. Aku ke sini hanya mau bicara," kata Emma. Ia memutar matanya berusaha menahan kesal akibat tingkah kedua pemuda itu.     

Therius tampak sangat tidak nyaman dalam pakaiannya yang basah. "Aku perlu mengganti pakaianku yang basah."     

"Tidak perlu." Emma mengacungkan tangannya dan sekejap saja pakaian Therius yang tadi basah oleh wine segera menjadi kering. Air yang melekat di pakaiannya pun telah hilang entah kemana. "Kumohon.. aku tidak punya waktu untuk permainan kalian yang seperti anak kecil."     

Therius menyipitkan matanya saat melihat perbuatan Emma. Apakah gadis ini barusan menggunakan hydromancy (kekuatan mengendalikan air) untuk mengeringkan air pada pakaiannya?     

Sekarang pakaiannya sudah kering sama sekali, hanya meninggalkan noda merah yang tidak terlalu kentara pada pakaiannya yang berwarna hitam.     

Sementara itu, Xion yang tadi malam menyaksikan sendiri betapa Emma mengakui dirinya adalah seorang telemancer setelah menggunakan aeromancy dan pyromancy menghadapinya, kini hanya bisa tercengang. Rahangnya seolah terlepas dari wajahnya.     

Astaga... tunggu dulu.     

Gadis ini...     

punya empat kekuatan ajaib?     

Astaga!     

Xion belum pernah bertemu manusia lain yang merupakan magi dengan kekuatan mengendalikan multi-elemen selain Therius... Ia dan sahabatnya itu selalu menganggap diri mereka sebagai makhluk langka.     

Tetapi gadis ini...     

Dia menguasai empat kekuatan sekaligus dan dapat mengendalikan empat elemen?     

Apakah jangan-jangan... ia mewarisi semua kekuatan Putri Arreya?     

Ini sangat mengherankan.     

Kekuatan ajaib seseorang setahu Xion tidak dapat diturunkan secara genetik. Tetapi sejauh ini ia telah melihat hampir semua kekuatan Putri Arreya ada pada Emma Stardust.     

Apalagi yang ia punya, ya, pikir Xion penuh rasa ingin tahu.     

Hm... electromancy. Kekuatan pengendali petir atau gelombang listrik? Apakah Emma juga memiliki electromancy?     

Sementara itu Emma langsung menyesali perbuatannya yang mengeringkan tumpahan wine di pakaian Therius secara spontan. Ia benar-benar habis kesabaran dibuat dua manusia itu dan hanya ingin segera menarik perhatian mereka agar bersikap serius.     

Kini ia mendapatkan apa yang ia inginkan.     

Kedua laki-laki itu sekarang menatapnya dengan penuh perhatian dan wajah yang sangat serius.     

Sebenarnya malah... terlalu serius.     

"Kau seorang magi muti-elemen?" tanya Therius. "Siapa yang melatihmu?"     

"Tidak ada yang melatihku, oke," jawab Emma mulai kesal. "Dan itu bukan urusan kalian."     

"Baiklah," Therius mengangguk. Ia melirik pakaiannya yang kini sudah kering dan menarik napas panjang. "Silakan lanjutkan. Aku mendengarkan."     

Emma menatap kedua lelaki yang tampak lebih dewasa darinya dan Haoran itu, tetapi entah kenapa mereka tidak bisa bersikap sedewasa suaminya.     

Tanpa sadar Emma meraba cincin kawinnya dan teringat pada Haoran yang sedang menunggunya di lobi. Ia tidak boleh berlama-lama dengan dua badut ini dan segera mencari tahu apa yang ingin diketahuinya.     

"Aku sudah mendengar dari Xion bahwa ayahku diadili di sidang militer dan sekarang berada dalam penjara militer." Emma menatap Therius sungguuh-sungguh. "Apakah itu benar?"     

"Benar." Sang pangeran mengangguk.     

"Lalu di mana ibuku sekarang?"     

"Putri Arreya sudah kembali ke Thaesi."     

"Di mana adikku sekarang?" tanya Emma.     

"Adik lelakimu juga ada di Thaesi."     

Hati Emma berdebar mendengar kata-kata Therius.     

Ah... ternyata memang benar ia memiliki seorang adik. Ia memiliki adik laki-laki!     

"Bukankah Akkadia selalu mengambil tawanan dari kerajaan bawahannya? Mengapa kalian tidak mengambil adikku juga?" tanya Emma sambil menatap Therius dengan tajam seolah menuduh pria itulah yang bertanggung jawab atas semua penyanderaan yang terjadi di Akkadia atas para pangeran dan putri dari kerajaan bawahannya.     

"Adikmu bukan putra mahkota kerajaan Thaesi. Kami tidak memerlukannya. Akkadia sudah menahan anak perempuan raja Thaesi, kakak Putri Arreya, di istana. Lagipula Jenderal Stardust sudah cukup menjadi jaminan untuk menahan Putri Arreya agar tidak memberontak."     

Emma mendesah lega sedikit. Setidaknya adiknya sekarang aman bersama ibunya di kampung halaman mereka di kerajaan Thaesi.     

"Pertanyaan berikutnya..." kata Emma. "Mengapa kau ingin membawaku pulang ke Akkadia?"     

Therius mulai merasa interogasi ini seperti wawancara pekerjaan dan Emma yang akan menjadi bosnya, sehingga gadis itu mengajukan berbagai pertanyaan. Namun demikian, ia sama sekali tidak merasa keberatan.     

"Aku ingin membawamu pulang untuk mendamaikan Akkadia dan Thaesi serta meredam pemberontakan-pemberontakan dari para pengikut Jenderal Stardust dan tentu saja.. ibumu," Therius menjelaskan dengan tenang.     

Ia mengamati betapa Emma terlihat semakin cantik saat ia mengerutkan bibirnya menahan marah seperti ini.     

"Xion mengatakan kau ingin menikah denganku untuk memuluskan jalanmu naik takhta..." kata Emma lagi. "Apakah hal itu benar."     

Therius mengangguk. "Itu benar."     

Ia tidak akan berbohong tentang tujuannya kemari. Ia memang ingin membawa Emma pulang untuk menikahinya agar ia dapat menundukkan Thaesi dan mengamankan kedudukannya sebagai pangeran putra mahkota.     

"Bukankah kau sekarang sudah menjadi pangeran putra mahkota? Bukankah cepat atau lambat kau pasti akan naik takhta? Apa hubungannya takhta Akkadia dengan diriku?" Emma mencecar lagi. "Aku tidak mengerti kenapa kau harus menggunakanku."     

"Aku memang ditunjuk oleh kakekku sebagai pangeran putra mahkota, tetapi kedudukanku di istana tidak kuat. Kedua sepupuku memiliki keluarga besar dan pendukung yang jauh lebih kuat dariku. Kalau aku tidak mengamankan kedudukanku dengan cepat, maka mereka akan dapat menyingkirkanku," Therius menjawab jujur. Ia menatap Emma dan bicara dengan suara sungguh-sungguh.     

"Aku membutuhkan dukungan Thaesi dan perdamaian dengan mereka untuk memenangkan dukungan di Akkadia. Aku tidak tahu apakah Xion sudah menjelaskan semuanya. Batalnya pernikahan antara ibumu dan pamanku menjadi awal penyebab konflik besar di antara kedua negara. Banyak orang menganggap bahwa pernikahan antara putra mahkota Akkadia dengan putri dari kerajaan Thaesi akan dapat meredakan konflik ini."     

Emma menggigit bibirnya. "Jadi bagimu ini adalah pernikahan politik?"     

Therius mengangguk. "Aku tidak keberatan dengan pernikahan politik. Kalau kau menikah denganku, sebagai balasannya, aku akan mengampuni Jenderal Stardust dan membiarkannya kembali pada Putri Arreya ke Thaesi. Di sana mereka akan dapat hidup berbahagia bersama."     

Emma menggigit bibirnya menahan rasa kalut. Ia tidak mengerti bagaimana orang di zaman modern seperti sekarang dapat menikah tanpa cinta.     

Ia membaca di buku-buku sejarah dulu saat dunia masih dikuasai berbagai kerajaan dan keluarga bangsawan, pernikahan politik antara anak-anak raja dan bangsawan adalah hal biasa yang mempertahankan kekuasaan. Tetapi rasanya sangat aneh mendengar ada seorang pria dewasa seperti Therius di zaman modern ini bicara tentang pernikahan politik. Menikah tanpa cinta.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.