Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Beradu Dengan Xion



Beradu Dengan Xion

0Xion memutar matanya dan berjalan ke dapur untuk mengambil sebotol wine dan sebuah gelas. Setelah mencicipi wine di planet terbelakang ini, ia merasa cukup menyukainya. Ada citarasa yang unik yang tidak pernah ia coba sebelumnya.     

Ia lalu memutuskan untuk duduk menikmati wine di teras yang menghadap ke kolam renang dan kembali memikirkan kata-kata Therius.     

Ah, ternyata dugaannya benar.     

Cincin yang menggantung di leher Therius adalah cincin yang sama dengan yang melekat di jari manis Emma. Therius sudah mengakui itu.     

Sang pangeran bahkan membuat pernyataan yang mengindikasikan bahwa ia menerimanya dari seorang gadis yang mirip Emma, dan kini bahkan ia mengira kedua gadis itu pun sebenarnya adalah orang yang sama.     

Seandainya Xion bukan Xion, ia pasti akan menganggap Therius sudah gila. Namun, sayangnya Xion justru merupakan satu-satunya orang yang mengerti dan dapat menerima pendapat Therius bahwa ia menerima sebuah benda dari masa depan, karena Xion sendiri dapat melintasi waktu dan melakukan hal serupa.     

Pemuda tampan itu menuangkan wine ke gelasnya dan kemudian menyesapnya sambil mengerutkan kening. Setelah gelasnya kosong, ia hendak menuangkan winenya kembali, namun tangannya tidak menemukan botol itu di meja di sebelahnya.     

Xion menoleh ke samping dan matanya segera membulat ketika melihat sesosok gadis sangat cantik berpakaian ringkas sedang berdiri tegak sambil tangannya mengangkat botol wine di tangan kanannya.     

"Kau mencari ini?" tanya Emma sambil tersenyum tipis.     

Xion mengulurkan gelasnya sambil tersenyum manis. "Ahh.. kau baik sekali mau menuangkannya untukku. Tolong diisi penuh ya."     

Suaranya terdengar ceria dan bersahabat. Matanya menatap gadis itu dengan penuh selidik. Ia merasa keheranan karena tadi ia tidak mendengar suara langkah sama sekali. Bahkan Xion tidak menyadari gadis itu telah berdiri di sampingnya dan mengambil botol wine-nya.     

Bagaimana gadis ini melakukannya? Dan bagaimana caranya ia masuk ke sini? Apakah dia tidak lewat pintu depan?     

Tanpa sadar ia melongok ke bawah gedung dan menyadari bahwa satu-satunya cara gadis itu bisa tiba di lantai 100 ini adalah dengan cara terbang.     

Dia bisa terbang? Apakah gadis ini seorang aeromancer?     

Emma memiringkan kepalanya sedikit, seolah berusaha mengamati Xion dengan lebih baik. Ia lalu menatap mata pemuda itu dalam-dalam. Ia mengerahkan segenap fokusnya untuk membaca pikiran Xion.     

Ia harus tahu apa tujuan mereka datang kemari... dan bagaimana nasib orang tua dan adiknya.     

Sial...     

Mengapa ia juga tidak bisa membaca pikiran laki-laki ini?     

Apakah kemampuan membaca pikiran Emma hanya dapat ia gunakan pada manusia biasa? Ataukah lelaki di depannya ini juga merupakan seorang telemancer?     

"Aku bukan pelayanmu," kata Emma dengan suara dingin.     

"Lalu kenapa kau mengambil botol wine-ku dan mengganggu kesenanganku?" tanya Xion dengan sikap acuh tak acuh.     

"Aku mau bertanya dan kau harus menjawab," kata Emma dengan suara tegas.     

Gadis itu akhirnya mengambil kesimpulan bahwa pria di depannya ini adalah seorang telemancer, sama seperti dirinya, sehingga bisa menahan serangan Emma yang berusaha memasuki pikirannya.     

Ibunya pernah mengatakan bahwa sangat jarang ada orang yang memiliki lebih dari satu kemampuan ajaib di Akkadia. Maka, kalau Xion adalah seorang telemancer, kemungkinan besar ia tidak memiliki kekuatan lainnya.     

Emma akan dapat melumpuhkannya dan memaksanya bicara.     

Sebenarnya Xion hendak mengatakan kepada Emma bahwa ia bersedia duduk dan berbicara dengan gadis itu tentang apa saja sambil minum wine, untuk mengalihkan perhatiannya dari masalah cincin Therius yang menyebalkan.     

Namun, saat melihat sikap Emma, tiba-tiba Xion menjadi penasaran. Apa yang akan dilakukan gadis itu kepadanya kalau ia menolak.     

Apakah Emma akan memaksanya? Dengan cara apa?     

Karena itulah ia mengangkat bahu dan berpura-pura memasang ekspresi paling menyebalkan di wajahnya.     

"Coba saja kau memaksaku menjawab," kata Xion dengan nada mengejek.     

"Kau...!" Emma yang masih muda segera terpancing. Ia mengibaskan tangan kanannya dan sebuah bola api besar berwarna biru segera meluncur menghantam ke arah bahu Xion.     

Ia berusaha mengendalikan arah hantamannya agar menggores bahu Xion sedikit sebelum kemudian melesat ke langit dan menghantam atmosfer.     

"Eh...?" Xion secara refleks menahan bola api itu dengan telapak tangannya yang seketika mengeluarkan uap tipis.     

BRAK     

Bola api seukuran kepala manusia itu tiba-tiba terhenti di udara dan membeku lalu jatuh ke lantai dengan suara berdebam.     

Keduanya saling menatap dengan mata membulat.     

Emma dan Xion sama-sama terkejut karena menyadari bahwa orang di depannya memiliki kemampuan ajaib.     

Xion sudah menduga Emma adalah seorang aeromancer yang dapat mengendalikan udara dan mampu terbang hingga ke lantai 100 tempatnya berada sekarang. Karena itulah ia tidak mengira Emma juga memiliki kemampuan lain seperti kemampuan mengendalikan api.     

Magi yang dapat mengendalikan lebih dari satu unsur sangatlah langka. Ia dan Therius adalah pengecualian dan mereka belum pernah bertemu secara langsung magi lain yang seperti mereka.     

Apakah Putri Emma Stardust juga seorang magi yang dapat mengendalikan beberapa elemen sekaligus?     

Emma pun sama keheranannya dengan Xion. Ia tahu dari ibunya bahwa magi multi-elemen itu sangat jarang dan ia mengira Xion adalah seorang telemancer karena ia tak dapat membaca pikirannya.     

Emma tidak menduga Xion ternyata seorang cryomancer (pengendali es) dan dapat dengan mudah menahan bola api yang dilontarkannya tadi. Ia memang sengaja hanya menyerempet bahu Xion, dan itu pun hanya dengan separu kekuatannya saja.     

Ternyata Xion dapat menahan dan melumpuhkannya dengan mudah.     

"Kau seorang pyromancer (pengendali api)?" tanya Xion dengan ekspresi penuh perhatian. "Kapan kau menyadari kekuatanmu? Siapa yang melatihmu?"     

Emma sama sekali tidak mau menjawab. Ia tidak tahu apakah ia dapat mempercayai Xion atau tidak. Ia langsung menjejakkan kakinya ke angkasa dan ia menarik Xion bersamanya. Ia akan memaksa Xion untuk menjawab pertanyaannya.     

Xion yang merasakan tubuhnya disapu angin dalam sekali tarikan menyunggingkan senyum tipis. Dengan santai ia mengikuti arah tarikan angin yang membawanya ke angkasa.     

Ia sudah menduga gadis itu memang seorang aeromancer. Tetapi sepertinya Emma tidak menduga Xion juga adalah seorang pengendali angin.     

Ah.. aku tidak menyangka tiga aeromancer bisa berada di satu tempat pada saat yang sama seperti ini, pikirnya.     

Dirinya dan Therius memiliki satu persamaan. Mereka adalah magi pengendali beberapa unsur sekaligus dan sama-sama menguasai udara. Selain udara, Therius juga dapat mengendalikan pikiran dan api.     

Sebagai telemancer dan pyromancer, ia telah berlatih keras dan mencapai titik tertinggi. Tetapi untuk aeromancy, ia masih satu dua tingkat di atas Xion yang memang sangat berbakat dalam mengendalikan udara.     

Sementara itu, Xion mampu mengendalikan es dan memanipulasi waktu. Ia sangat jarang menggunakan kemampuannya memanipulasi waktu karena hal itu membutuhkan energi sangat besar dan dapat membuatnya terluka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.