Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Misteri Cincin Titanium Dan Topaz Biru



Misteri Cincin Titanium Dan Topaz Biru

0"Tadi itu apa?" tanya Xion keheranan saat ia dan Therius sudah tiba kembali di penthouse. Sang pangeran langsung menuju ke balkon dan menatap ke langit dengan pandangan sendu.     

Therius tidak menjawab. Ia bahkan tidak menoleh ke arah Xion.     

"Cincin itu..." Xion mendekat. Ia menarik kemeja yang dipakai Therius sebelum sang pangeran sempat menghindar. "Aku tidak mengerti."     

Ia telah melihat kalung kulit yang biasa dipakai Therius, masih melingkar di lehernya dengan sebuah cincin titanium bertatahkan topaz biru tergantung di sana.     

Therius menarik lepas tangan Xion dari pakaiannya dan memuntirnya dengan kuat.     

"Kau tidak sopan," omelnya.     

"Aku melihat cincin yang dipakainya.. Itu cincin yang sama dengan yang menggantung di lehermu ini. Apa yang tidak kau ceritakan kepadaku, Therius?" tanya Xion dengan suara sungguh-sungguh. "Kau menyembunyikan sesuatu dariku dan aku tidak menyukainya."     

Therius akhirnya menoleh kepada Xion dan menatapnya dengan sungguh-sungguh. Suaranya terdengar lembut ketika ia menjawab pertanyaan sahabatnya.     

"Xion, aku tidak pernah dan tidak akan pernah berbohong kepadamu. Tetapi ada pertanyaan yang tak akan pernah dapat kujawab. Kau harus mencari tahu sendiri jawabannya. Kalau aku memberitahumu rahasiaku.. aku terpaksa harus membunuhmu." Ia menggeleng sekali. "Aku tidak mau menjadi musuhmu."     

Xion tertergun mendengar kata-kata Therius yang diucapkannya dengan sungguh-sungguh. Ia percaya saat Therous berkata bahwa ia tidak akan pernah berbohong kepadanya.     

Tetapi, apa yang terjadi sebenarnya?     

Ia akan merasa gila kalau ia tidak mengetahui jawabannya. Ia bukan orang bodoh dan ingatannya sangat kuat. Ia tahu Therius telah memakai kalung kulit dengan gantungan cincin titanium itu sejak pertama kali mereka bertemu di akademi sepuluh tahun yang lalu.     

Ia tidak tahu pasti telah berapa lama Therius memilikinya dan darimana ia mendapatkannya. Sahabatnya itu tidak pernah bercerita.     

Dulu Xion mengira cincin topaz biru itu milik ibu kandung Therius yang meninggal ketika ia masih kecil, tetapi kemudian ia mengetahui bahwa warna perhiasan keluarga Raja adalah hijau.     

Kini tiba-tiba saja ia melihat cincin yang persis sama melingkar di jari Emma. Pandangan matanya yang tajam dapat segera mengenali bentuk ukiran cincin itu yang khas. Tidak salah lagi.. itu memang cincin yang sama.     

Ia tidak membayangkan yang tidak-tidak.     

Apakah...     

Hanya ada satu kemungkinan yang terpikir di kepalanya.     

Entah bagaimana cincin itu pergi ke masa lalu dari jatuh ke tangan Therius saat ia masih kecil atau remaja. Kapan tepatnya, Xion tidak tahu.     

Tetapi siapa yang membawanya ke sana?     

Apakah ada pengendali waktu (Time Master) selain dirinya?     

Ia menoleh ke samping dan mengamati wajah sahabatnya dari samping. Therius kini tampak berdiri tegak dan menatap jauh ke langit.     

Seandainya Therius mau menceritakan apa yang terjadi... mungkin Xion akan dapat pergi ke masa tersebut dan mencari tahu sendiri siapa yang menyerahkan cincin itu kepada Therius.     

Ia tidak mungkin mengunjungi Therius setiap hari sebelum pemuda itu bertemu dengannya hanya untuk memeriksa waktu yang tepat.     

APAKAH ADA PENGENDALI WAKTU SELAIN DIRIKU?     

"Kau sangat membosankan," akhirnya Xion mengomel dan memukul bahu Therius. "Aku akan pergi keluar dan berpikir."     

***     

Pesta dansa kembali dilanjutkan dengan sangat meriah. Setelah berbagai pertunjukan menarik, penampilan band, DJ, dance, dan berbagai sambutan. Akhirnya nominasi raja dan ratu pesta dansa diumumkan, diikuti dengan penobatan pasangan yang menang.     

Seperti dugaan banyak orang, Haoran dan Emma dalah kandidat terkuat dan mereka memenangkan suara terbanyak untuk mendapatkan gelar raja dan ratu pesta dansa SMA St. Catherine tahun itu.     

Malam itu popularitas mereka berdua meroket setelah insiden dengan Bianca dan Allan yang mencoba mempermalukan Emma dan Haoran, tetapi sebaliknya malah mereka berdua yang menerima malu.     

"Selamat kepada raja dan ratu pesta dansa kita malam ini!!" seru MC dengan antusias saat mengundang Haoran dan Emma naik ke atas panggung, diiringi tepuk tangan meriah semua peserta yang hadir.     

Terbongkarnya identitas Haoran sebagai Haoran Lee dari keluarga pemilik Lee Industries juga menambah kehebohan malam itu dan pada ujungnya meningkatkan dukungan bagi Haoran untuk menjadi raja prom.     

Ia dan Emma menerima mahkota dan selempang penghargaan lalu berfoto di atas panggung setelah dinobatkan sebagai raja dan ratu prom dan mereka dihujani confeti dari langit-langit aula.     

Kepala sekolah, Pak Albert Young, dan beberapa guru yang hadir memberikan selamat kepada keduanya dan kemudian mengakhiri acara pesta dansa. Semua tamu bertepuk tangan dengan gembira.     

Hati mereka dipenuhi sukacita karena telah mendapatkan hiburan dan kesempatan bersenang-senang sebelum kemudian harus menyibukkan diri dengan ujian untuk masuk universitas.     

Karena identitasnya sudah diketahui, Haoran merasa tidak ada lagi yang perlu ia sembunyikan dari teman-teman sekolahnya. Ia lalu menelepon supir di rumahnya dan minta dijemput pulang. Ia tidak perlu lagi menebeng mobil Eric seperti waktu berangkat tadi.     

Kehadiran mobil mewah dengan pelat khusus bertanda LX itu segera menarik perhatian orang-orang yang keluar dari aula untuk menuju pulang.     

"Astaga... Haoran memang benar-benar anak keluarga kaya. Akhirnya kita melihat juga ia dijemput oleh supir keluarganya.." komentar gadis-gadis yang menatap pemuda itu dari jauh dengan pandangan kagum.     

Sebelum mereka mengetahui bahwa Haoran adalah seorang pemuda kaya, sebenarnya ia telah cukup populer di sekolah dan disukai gadis-gadis. Tetapi kini, saat identitasnya sebagai Haoran Lee dari Lee Industries terbuka... semakin banyak yang berharap dapat menjadi kekasihnya.     

Namun, sayang.. mereka semua harus menelan kekecewaan karena Haoran sudah memiliki kekasih.     

Gadis yang menjadi kekasihnya ini juga bukan gadis biasa. Ia adalah bintang kelas dan dikenal memiliki wajah sangat cantik.     

Mereka tahu bahwa mereka tidak akan dapat menang bersaing melawan Emma Stardust. Apalagi kalau mereka melihat betapa Haoran selalu menatap gadis itu dengan pandangan penuh cinta.     

Ahhh.. beruntung sekali Emma Stardust itu.     

***     

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Haoran saat melihat kening Emma berkerut. Gadis itu menoleh dengan pandangan mata yang tidak fokus. Mereka sedang duduk di dalam mobil menuju ke rumah Haoran.     

"Apa? Oh... aku tidak memikirkan apa-apa. Hanya sedikit lelah," kata gadis itu beralasan.     

"Hmm.. begitu ya?" Haoran mengangguk mengerti. Ia lalu menarik kepala gadis itu agar bersandar ke bahunya. "Beristirahatlah. Sebentar lagi kita akan sampai di rumah."     

Setelah pulang dari pesta Emma akan menginap di rumah Haoran seperti biasanya karena ini sudah akhir pekan. Supir mereka mengemudikan mobilnya dengan mulus dan dua puluh menit kemudian mereka pun tiba di rumah.     

Keduanya naik ke kamar Haoran sambil berpegangan tangan. Walaupun masing-masing mencoba bersikap seperti biasa, keduanya menyimpan pikiran yang berat di benak mereka. Kehadiran Therius dan Xion yang tiba-tiba ini sungguh di luar dugaan.     

Mereka mengira masih memiliki waktu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.