Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Pilihan Haoran



Pilihan Haoran

0Therius maju dan menatap Haoran. Ia tidak menyukai pemuda ini, tetapi ia tahu Haoran sepertinya lebih dapat diajak bicara daripada Emma.     

'Kami datang hanya untuk Emma. Kalau kau ingin melihat Emma bertemu kembali dengan ayah dan ibunya, kau harus merelakannya pergi sendiri.'     

Ia mengatakannya kepada Haoran secara langsung dengan menggunakan telemancy. Tidak ada yang akan mengetahui ucapannya selain pemuda itu. Sepasang matanya berkilat ketika melihat ekspresi wajah Haoran sama sekali tidak berubah.     

Pemuda ini sangat pandai, puji Therius dalam hati.     

Haoran sengaja menjaga ekspresinya tidak berubah agar Emma tidak mengetahui bahwa Therius mengatakan sesuatu kepadanya. Ia tentu ingin memikirkannya dan tidak mau membuat Emma kuatir.     

Ia lalu berjalan mendekati Emma dan menatap gadis itu dalam-dalam. Pelan-pelan bibirnya melengkung ke atas dan Therius pun tersenyum tipis. Xion membelalakkan matanya saat melihat sahabatnya yang dingin dan tidak pernah menampakkan perasaannya itu tiba-tiba tersenyum seperti ini.     

Apakah ia sedang bermimpi? Ia mencubit dirinya sendiri.     

Sakit.     

Ini bukan mimpi. Astaga... Therius benar-benar tersenyum, pikir Xion keheranan. Suasana hati sahabatnya itu pasti sedang luar biasa bagus!     

Ia memperhatikan Therius yang sama sekali tidak mengacuhkan sekelilingnya mengangkat tangannya hendak membelai rambut Emma, tetapi di saat terakhir ia membatalkannya. Ia hanya menepuk bahu gadis itu dengan lembut dan berbisik.     

"Ternyata namamu Emma Stardust." Ia lalu terdiam, seolah mencari kata yang tepat. "Senang bertemu denganmu."     

Suaranya terdengar lembut dan penuh perhatian, membuat Emma tertegun. Ia sama sekali tidak mengira lelaki asing ini akan bersikap seperti ini kepadanya. Tanpa sadar ia mundur selangkah dan tangannya menggenggam tangan Haoran, seolah hendak menegaskan bahwa ia sudah memiliki suami.     

Therius menarik sebuah kartu dari sakunya dan menaruhnya di tangan Emma. "Kami tinggal di tempat ini untuk sementara. Cari kami ke sana setelah kau mengambil keputusan."     

Ia lalu berbalik pergi dan menarik tangan Xion untuk berjalan keluar aula. Pemuda itu tampak keheranan dan buru-buru melambaikan tangannya untuk berpamitan kepada Emma.     

"Sampai jumpa, Stardust!" seru Xion.     

Ia lalu berjalan menjejeri langkah Therius yang dengan cepat telah menghilang di balik pintu. Suasana pesta dansa menjadi riuh. Semua orang membicarakan apa yang barusan terjadi dan berusaha mengambil kesimpulan sendiri.     

"Katanya dia itu sepupu Cedric. Kenapa Cedric tidak mengejar mereka?"     

"Mereka tadi bicara apa dengan Emma? Sepertinya mereka menggunakan bahasa asing ya?"     

"Wahh.. Emma ternyata menyimpan banyak rahasia! Kita juga baru tahu malam ini bahwa ternyata kekasihnya, Haoran itu, adalah anak dari pemilik Lee Industries!"     

"Apa lagi yang tidak kita ketahui tentang Emma?"     

Emma merasakan lututnya gemetar setelah Therius dan Xion pergi. Ia sangat terkejut melihat kehadiran mereka yang tiba-tiba. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa orang Akkadia akan datang secepat ini.     

"Kau mau beristirahat?" tanya Haoran yang merasakan tubuh Emma gemetar. Ia buru-buru mengangkat Emma dengan kedua tangannya dan membawanya ke pinggir aula. Ia mencari sebuah kursi yang kosong dan mendudukkan Emma di sana.     

Ia melambaikan tangannya dan dengan cepat Alex datang membawakan segelas minuman. Ia lalu memberikannya kepada Emma.     

"Kau sakit?" tanya pemuda tampan itu dengan penuh perhatian. Hari ini ia tampak bahkan lebih tampan dari biasanya. Rambutnya yang agak panjang diikat ke belakang, membuatnya terlihat lebih macho dari biasanya.     

Di belakangnya ada seorang gadis yang belum pernah Emma lihat sebelumnya. Ini adalah teman SMP Alex yang menjadi kencannya di pesta dansa malam ini.     

"Aku tidak apa-apa, hanya kepanasan," kata Emma memberi alasan. Ia mengunjukkan dagunya kepada pasangan Alex. "Ayo, tidak usah pikirkan aku. Nanti pasanganmu akan merasa diabaikan."     

Alex hanya tertawa. "Ini Halimah. Dia teman SMP-ku yang kuceritakan."     

Gadis cantik bergaun merah muda itu datang mendekat dan mengulurkan tangannya untuk menyalami Emma. "Hai, Emma. Namaku Halimah. Alex banyak bercerita tentangmu."     

"Ah.. kuharap yang baik-baik saja," kata Emma. "Senang bertemu denganmu."     

"Baiklah, kalau begitu, akan kubiarkan Haoran mengurusmu. Aku akan berdansa dulu ya. Ini lagu favorit Halimah." Alex melambai lalu menarik tangan Halimah ke tengah lantai dansa.     

Haoran memperhatikan Emma menyesap minumannya dengan penuh perhatian. Ia mengerti bahwa Emma shock karena kehadiran orang-orang Akkadia yang begitu tiba-tiba. Haoran pun sama sekali tidak menyangka pertemuan pertama mereka akan berjalan seperti ini.     

Ia tidak dapat melupakan lelaki berambut platinum yang sangat mengesankan tadi. Ia tampak begitu mirip dengan Emma, Haoran hampir mengira mereka memiliki hubungan keluarga. Therius mengatakan kepada Haoran bahwa mereka tidak akan membawa Emma pulang jika Haoran berkeras ingin ikut.     

Emma tidak akan bertemu kembali dengan ayah dan ibunya jika ia tetap bersama Haoran.     

Mengapa jadi begini?     

"Apa yang mereka katakan kepadamu tadi?" tanya Haoran kepada Emma. Ia tidak mengerti bahasa Akkadia dan tidak tahu apa yang diucapkan Xion kepada Emma sebelum mereka pergi tadi. Namun, kalau melihat dari ekspresi Emma sekarang, sepertinya ucapan pria berambut pirang itu membuat Emma cemas.     

Haoran dapat menebak bahwa mereka tidak menginginkannya ikut, tetapi ia ingin mendengar sendiri dari Emma apa yang terjadi tadi.     

"Uhm? Kau tanya apa?" tanya Emma sambil mengangkat wajahnya. Ia tidak memperhatikan pertanyaan Haoran karena pikirannya sibuk memikirkan segala kemungkinan. Ia harus dapat meyakinkan.. kalau perlu memaksa Therius dan Xion untuk membawa Haoran bersama Emma.     

Ia akan mendatangi mereka dan membicarakan semuanya. Mereka tidak tampak berhahaya. Siapa tahu, ia akan dapat menundukkan mereka dan membuat mereka patuh kepadanya.     

"Kau pasti sedang banyak pikiran. Aku barusan bertanya, apa yang tadi mereka katakan kepadamu?" tanya Haoran.     

"Oh.. Mereka menanyakan siapa aku dan apa hubunganku dengan Putri Arreya dan Jendral Kaoshin Stardust. Mereka ingin meyakinkan identitasku sebelum mereka bersedia membawaku pulang," kata Emma, berbohong. Ia lalu mengeluarkan kartu yang tadi diberikan Therius kepadanya. "Mereka menginap di Hotel Continental dan memintaku datang ke sana untuk membahas masalah teknis."     

Haoran menatap Emma dengan penuh cinta. Ia sudah menduga Emma tidak akan memberitahunya kabar buruk itu. Kalau Therius tadi tidak bicara secara langsung kepadanya, Haoran tidak akan pernah tahu apa yang terjadi.     

Pikirannya kemudian menjadi sibuk.     

Orang-orang Akkadia ini datang lebih cepat dari dugaannya. Haoran belum siap. Ia kini harus memikirkan cara untuk mengatasi mereka.     

Apakah ia harus mengalah dan mundur agar Emma dapat bertemu kembali dengan ayah dan ibunya?     

Berbagai pikiran tentang kemungkinan yang akan terjadi segera memenuhi kepalanya. Haoran tahu ia tidak punya tempat di Akkadia dan sepertinya kedua orang yang datang untuk Emma juga tidak menyukai kehadirannya.     

Tetapi ia tidak mungkin membiarkan Emma pergi sendirian.     

Apa yang harus ia lakukan??     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.