Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Therius Di Pesta Dansa (2)



Therius Di Pesta Dansa (2)

0Therius merasa ia akan dapat menekan mereka akibat pernikahan yang gagal antara Paman Darius dan Putri Arreya. Setelah pernikahan terjadi, ia akan mendorong kakeknya untuk mundur dan menyerahkan kekuasaan ke tangannya.     

Setelah itu, ia akan membunuh semua sepupunya untuk memastikan mereka tidak akan mencoba lagi mengusiknya. Ia sudah menyiapkan orang-orangnya untuk mengambil tindakan jika waktunya tiba. Kini, Therius hanya perlu mengambil pengantinnya.     

Matanya yang tajam telah melihat cincin yang terpasang di jari manis Emma saat tangannya terulur dan memeluk leher pemuda itu. Cincin titanium dengan hiasan batu topaz biru kecil.     

Therius serentak menahan napas saat ia melihat kilauan topaz itu di sinar lampu aula.     

"Memang dia orangnya..." tanpa sadar Therius bergumam. Wajahnya yang selalu tanpa ekspresi, untuk sesaat terlihat terkejut.     

Xion yang berjalan santai telah tiba di sampingnya dan melihat hal yang sama. Keningnya berkerut tanda tidak mengerti.     

Ada apa ini?     

Ia juga telah mengenali cincin bermata topaz itu. Ia dulu sering menggoda Therius karena cincin itu dan mengatakan warna batunya sangat cocok dengan warna matanya.     

Ia tahu betapa Therius menganggapnya cincin itu berharga dan selalu mengalungkannya di lehernya. Therius telah memakai kalung itu sejak mereka pertama kali bertemu.     

Therius kembali berjalan mendekati Emma. Kali ini langkahnya lambat dan dipenuhi keharuan. Pada saat yang sama, Emma dan Haoran telah melepaskan diri dari masing-masing dan saling menatap dengan penuh cinta.     

Sudut mata keduanya serentak menangkap sosok seseorang yang sedang berjalan mendekat dan mereka lalu sama-sama menoleh ke kiri.     

Mereka melihat seorang lelaki berusia akhir 20-an yang sangat mengesankan dengan wajah dingin melangkah mendekati mereka, diikuti seorang pemuda pirang yang penuh senyuman.     

Emma dan Haoran bertukar pandang. Seketika perasaan keduanya menjadi tidak enak.     

"Siapa kalian?" tanya Emma dalam bahasa Inggris. Ia berusaha membaca pikiran keduanya untuk mencari tahu siapa mereka. Ia sangat terkejut ketika mengetahui ia tidak dapat menembus pikiran mereka. Dadanya seketika berdebar sangat keras.     

Entah kenapa, ia dapat menduga bahwa kedua pria ini bukan berasal dari bumi. Apakah...     

Apakah mereka berasal dari Akkadia?     

Mengapa mereka tiba secepat ini?     

Therius menatap Emma dalam-dalam. Ia sama sekali tidak mempedulikan Haoran. Jelas terlihat ia menganggap Haoran tidak ada. Pada saat Emma berusaha membaca pikirannya, ia juga berusaha membaca pikiran Emma. Namun keduanya gagal.     

Apakah ini berarti Emma Stardust juga merupakan seorang telemancer seperti ibunya? pikir Therius.     

Atau...     

Therius menyadari ia tidak berbakat menghadapi wanita, tetapi ia tahu bahwa wanita tidak suka dipaksa. Karena itulah ia mengangguk dan mengulurkan tangannya.     

"Putri Emma Stardust? Kami menerima pesanmu. Aku datang hendak membawamu pulang," kata Therius dalam bahasa Akkadia. Suaranya lembut dan ramah.     

Emma menarik napas lega. Tadinya ia sudah siap dengan kemungkinan terburuk saat melihat Therius dan Xion datang mendekat. Ia tidak mengenal mereka dan tidak tahu apa yang akan terjadi. Tetapi melihat pemuda di depannya mengulurkan tangan dan wajahnya tampak tulus, ia menurunkan kewaspadaannya.     

'Katanya, mereka menerima pesanku dan mereka datang ke sini hendak membawaku pulang', kata Emma kepada Haoran dengan menggunakan telemancy.     

Haoran menatap Therius dan tangannya yang terulur secara bergantian. Ia lalu maju dan mengulurkan tangannya menjabat tangan Therius, mewakili Emma.     

"Hai, namaku Haoran. Aku adalah suami Emma," kata Haoran dengan tegas. "Selamat datang."     

Barulah pada saat itu Therius mengarahkan perhatiannya kepada Haoran. Pandangannya lalu turun pada tangan mereka yang sedang bersalaman. Therius segera menarik tangannya lepas dari Haoran.     

Alisnya berkerut saat ia melihat cincin yang mirip di jari manis Haoran. Namun, seperti biasa, ekspresinya tidak berubah. Ia dapat mengerti dengan baik apa yang Haoran katakan barusan. Ia lalu memusatkan pikirannya dan membaca semua informasi yang perlu ia ketahui dari pemuda itu.     

Dadanya kini dipenuhi rasa cemburu. Sepasang matanya yang tadi berkilat karena sukacita saat melihat Emma seketika berubah menjadi dingin.     

Xion yang melihat suasana menjadi sangat kaku segera maju dan menengahi ketiganya. Ia menghampiri Haoran dan Emma dan tersenyum hangat. Ekspresinya yang penuh persahabatan membuat Haoran dan Emma menjadi lebih relaks.     

"Namaku Xion, dan ini sahabatku, Therius," katanya kepada Emma. "Apakah kau mengerti apa yang kukatakan?"     

Emma mengangguk. Ia lalu menjawab dalam bahasa Akkadia yang membuat senyum di wajah Xion menjadi semakin melebar. "Namaku Emma Stardust, dan ini suamiku, Haoran Lee. Aku sudah mendengar temanmu mengatakan bahwa kalian datang untuk menjemputku pulang. Aku hanya akan pulang bersama Haoran."     

Xion tertegun mendengar kata-kata Emma.     

Suami?     

Ia mengerling ke arah sahabatnya yang tampak datar seperti biasanya. Di saat seperti ini, ia sungguh berharap ia dapat membaca pikiran agar ia tahu apa yang ada di pikiran Therius dan apa yang terjadi sebenarnya.     

Ia telah melihat kedua cincin yang ada di jari Emma dan Haoran.     

Ia sungguh tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Mengapa mereka memakai cincin ITU??     

"Kita harus membicarakan teknisnya, karena kami tidak pernah mendapat perintah untuk membawa manusia bumi ke Akkadia," kata Xion akhirnya.     

"Aku tidak akan pergi kalau tidak bersama Haoran," kata Emma.     

"Tetapi kami tidak akan membawamu pulang kalau kau ingin membawa orang lain." kata Xion dengan sungguh-sungguh. "Kalau kau sangat ingin bertemu keluargamu.. kau harus meninggalkan dia di sini."     

"Tetapi dia suamiku, dia juga keluargaku... aku tidak dapat pergi tanpanya," Emma masih berusaha berkeras.     

"Akkadia tidak mengakui pernikahan di planet lain." kata Xieon, berbohong     

Xion sangat mengenal sahabatnya. Ia melihat pemuda yang bersama Emma tampak seperti lelaki baik. Ia tidak tega membiarkan Haoran ikut mereka ke Akkadia.     

Haoran tidak punya tempat di sana.     

Kalau Emma memaksa Haoran ikut, maka Haoran tidak akan selamat. Xion tidak tega melihat pemuda yang sepertinya baik itu menjadi korban.     

Orang-orang mulai bergerak mendekat. Sesaat tadi mereka merasa seolah digerakkan oleh sesuatu yang tidak kelihatan dan secara tidak sadar bergerak membukakan jalan bagi Therius dan Xion untuk maju ke depan panggung.     

Kini mereka pelan-pelan berkerumun mendekati keempat orang rupawan yang tampak sedang bercakap-cakap itu.     

"Siapa mereka? Wahhh.. tampan sekali!!!"     

"Mungkin mereka tamu dari sekolah lain?"     

"Sepertinya mereka mengenal Emma."     

Suara bisik-bisik segera memenuhi aula. Nadya menepuk bahu Cedric yang berdiri melongo di sebelahnya.     

"Jadi yang benar dia itu sepupumu atau sepupu Emma? Mengapa mereka sepertinya mengenal Emma?"     

Cedric hanya mengangkat bahunya. Ia juga tidak mengerti apa yang terjadi.     

Sementara itu, mereka dapat melihat terjadi ketegangan antara Emma dan kedua pemuda yang baru datang.     

"Aku tidak akan pergi tanpa Haoran," kata Emma lagi dalam bahasa Akkadia. Suaranya tegas dan penuh keteguhan. Wajahnya terlihat tidak mau mengalah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.