Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Therius di Pesta Dansa (1)



Therius di Pesta Dansa (1)

0Haoran menatap Emma dan seketika dadanya dipenuhi rasa haru. Emma benar-benar wanita terbaik di dunia dan Haoran merasa sangat beruntung memiliki istri sepertinya. Gadis itu sungguh tidak pernah menuntut macam-macam.     
0

Ia menarik Emma ke dadanya dan memeluk gadis itu erat sekali. Seakan ia takut mereka akan berpisah jika ia tidak menahan Emma di dadanya.     

Sementara itu, suasana di pintu masuk aula tiba-tiba menjadi ramai. Terdengar bisik-bisik di antara murid-murid St. Catherine yang menghadiri pesta dansa, dan satu persatu kepala mereka menoleh ke arah pintu masuk.     

"Itu kan Cedric? Dia datang bersama siapa?"     

"Astaga... aku rasa aku akan menjadi buta!! Silau sekali...!!! Dua cowok yang baru datang benar-benar tampan!!"     

"Siapa mereka? Aku belum pernah melihat orang-orang setampan itu.."     

Suara heboh terutama terdengar di antara gadis-gadis yang sudah melihat kehadiran salah seorang siswa terpandai sekolah, Cedric Singh yang datang dengan mengenakan tuxedo mahal berwarna hitam bersama dua orang pemuda sangat tampan di kanan dan kirinya.     

"Cedric! Kau datang juga ke pesta dansa. Kenapa terlambat sekali?" tegur Nadya yang segera menghampiri teman sekelasnya itu bersama gadis-gadis lainnya yang tampak sangat antusias.     

Karena mereka tahu Nadya satu kelas dengan Cedric, mereka segera mendorong gadis itu untuk menghampiri pemuda itu dan mencari kesempatan untuk mencari tahu siapa dua lelaki tampan yang datang bersamanya.     

"Ya, aku sebenarnya tadi sudah datang ke sini jam 7 tapi..." Cedric tampak agak bingung. Ia lalu menoleh kepada dua pemuda tampan di sebelahnya. "Aku bertemu sepupuku dan mereka ingin ikut. Jadi aku membawa mereka."     

Gadis-gadis itu saling bertukar pandang keheranan.     

"Mereka ini sepupu dari mana? Bukankah ayah dan ibumu keduanya orang India? Bagaimana bisa kau memiliki sepupu berkulit putih dan berambut putih begini?" tanya Nadya penasaran.     

Ia menatap Therius dengan pandangan kagum. Walaupun teman-temannya mengatakan Allan, Haoran, ataupun pemuda-pemuda lainnya tampan, bagi Nadya, mereka tidak ada apa-apanya dengan kedua lelaki yang baru datang ini. Terutama yang rambutnya berwarna platinum dan memiliki mata berwarna biru topaz.     

Therius memang terlihat sangat mengesankan. Bukan hanya wajahnya yang tampan dan penampilannya yang elegan, tetapi ia juga memiliki pembawaan seperti seorang lelaki bangsawan yang membuat gadis-gadis serentak menahan napas.     

Cedric tampak bingung saat menghadapi pertanyaan Nadya. Therius telah menguasai pikirannya dengan telemancy dan membuat Cedric mengira ia dan Xion adalah sepupunya.     

Cedric hendak bertanya kepada 'sepupunya' mengapa warna kulit mereka bisa berbeda, tetapi mereka telah berjalan ke tengah aula.     

Yang seorang berjalan dengan langkah ringan dan malas-malasan, sementara yang seorang tampak tegap dan sangat berwibawa.     

Tubuh Therius lebih tinggi dari semua orang yang ada di aula itu, sehingga kepalanya terlihat bergerak maju saat ia berjalan membelah kerumunan orang yang sedang berdansa.     

Orang-orang yang dilewatinya serempak bergerak seolah memberi jalan seperti arus air yang terbelah ketika ia lewat melintasi mereka.     

Langkahnya terhenti ketika ia tiba di tengah, dan di depannya ada pasangan muda yang sedang berdansa dengan mesra dan melupakan sekeliling mereka. Wajah keduanya tampak dihiasi senyum dan dipenuhi cinta.     

"Aku akan selalu bersamamu," kata Haoran dengan sungguh-sungguh. Ia telah melonggarkan pelukannya kepada Emma dan sekarang mereka saling menatap dengan jarak sangat dekat.     

"Terima kasih," bisik Emma. Ia memajukan wajahnya dan mencium bibir Haoran dengan mesra.     

Saat itu, waktu tiba-tiba seolah terasa berhenti. Haoran dan Emma saling berciuman, tanpa menyadari bahwa kerumunan pengunjung di sekitar mereka telah terbelah ke kanan dan kiri, dan di tengah-tengah ada seorang pemuda tampan yang berdiri tegak mengamati mereka dengan wajah tanpa ekspresi. Perhatian keduanya hanya tertuju pada masing-masing     

Therius tertegun melihat Emma yang berdiri hanya sekitar 20 meter di depannya. Walaupun wajahnya tampak tidak menunjukkan ekspresi apa pun, sebenarnya matanya berkilat-kilat penuh sukacita.     

Gadis ini adalah perempuan tercantik yang pernah ia lihat seumur hidupnya. Rambutnya yang dibiarkan panjang tergerai hingga ke pinggang membentuk tirai yang mengalun indah membingkai tubuhnya. Wajahnya bagaikan dewi kahyangan dan tubuhnya seperti dipahat secara pribadi oleh dewa-dewa kuno dari Akkadia.     

Dulu, satu-satunya wanita yang membuat Therius kagum adalah tunangan pamannya, Pangeran Darius. Wanita itu adalah Putri Arreya of Thaesi. Bukan hanya kecantikannya yang melegenda, namun kepribadiannya juga sangat menyenangkan. Therius beberapa kali melihatnya dari jauh saat ia baru tiba di istana.     

Therius ingat saat terakhir ia bertemu Arreya adalah sebelum sang putri melarikan diri dari Akkadia, di malam sebelum pernikahannya. Saat itu orang tua Therius baru meninggal dunia dan ia dikirim ke istana untuk tinggal bersama kakeknya, Raja Cassius.     

Therius tidak memiliki seorang teman pun dan sepupu-sepupunya membencinya karena mereka iri ia tinggal dengan kakek mereka di istana karena ia sudah menjadi yatim piatu.     

Mereka dihasut orang tuanya yang menganggap Therius ingin menjadi penerus Pangeran Darius yang dianggap sakit-sakitan dan kurang disukai menjadi pemimpin. Mereka bersikap sangat jahat kepada bocah berusia 6 tahun itu.     

Padahal.. kalau Therius boleh memilih, ia ingin memiliki ayah dan ibunya kembali. Ia tidak peduli dengan takhta dan kekuasaan apa pun. Namun, karena perlakuan dan kecurigaan orang-orang di sekitarnya, Therius akhirnya berubah dan menjadi ambisius.     

Kini, semua pikirannya, hatinya, apa pun yang ia lakukan dalam hidupnya, hanya terfokus pada satu tujuan. Menjadi penguasa. Kematian Pangeran Darius sepuluh tahun lalu menimbulkan banyak perpecahan dan sengketa serta saling tuduh di antara keluarga kerajaan.     

Ada yang meniupkan gosip bahwa kematiannya tidak wajar dan pelaku pembunuhannya adalah salah satu dari keponakan lelakinya yang ingin mengambil kekuasaan darinya. Namun, pada akhirnya, Raja Cassius mengangkat Therius sebagai putra mahkota, karena Therius adalah cucu kesayangannya.     

Selain itu, ia menilai Therius yang ambisius, tangguh, dan disukai banyak pejabat akan dapat menjadi raja pemersatu. Akkadia memiliki lima buah koloni yang sedang resah dan kerap terjadi pemberontakaan yang memerlukan tangan besi seorang penguasa kuat untuk menertibkan mereka.     

Namun, walaupun Therius sudah mendapatkan jabatan sebagai putra mahkota, ia tidak pernah lengah dengan sekitarnya. Ia membangun jalan menuju masa depannya dengan tekun dan penuh kerja keras. Ketika ia mendapatkan informasi tentang anak perempuan Putri Arreya yang berada di bumi, ia bahkan langsung turun tangan untuk mengejarnya.     

Ia memerlukan anak perempuan Putri Arreya untuk mengamankan dukungan dari koloni terbesar mereka, Kerajaan Thaesi. Setelah ia tumbuh dewasa, Therius tidak pernah jatuh cinta. Baginya cinta hanya akan membuatnya menjadi lemah dan melupakan tujuan hidupnya.     

Sebagai seorang lelaki yang penuh perhitungan, Therius menganggap bahwa pernikahan politik antara dirinya dengan Emma Stardust akan dapat memuluskan jalannya menuju takhta. Agar Kerajaan Thaesi menyetujui pernikahan itu, tentu ia harus berhasil membawa Emma pulang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.