Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Allan Meminta Maaf



Allan Meminta Maaf

0Bianca sangat shock mendengar kalimat terakhir Emma. Ia berbalik dan menatap Allan dengan wajah merah dan bibir sedikit terbuka.     

"Kenapa dia bisa tahu ini jepit darimu? Apakah kau membelinya untuk perempuan lain? Kau tidak membeli jepit ini sebagai hadiah untukku???" Suara Bianca meninggi, menuntut penjelasan. Wajahnya tampak merah padam menahan malu.     

Tidak ada yang tahu pasti apa yang terjadi antara Bianca dan Allan setelah itu, tetapi yang jelas tampak Bianca mencabut jepit dari rambutnya dan melemparkannya ke arah pemuda itu, lalu ia berlari keluar aula sambil menangis. Sandra telah berhenti menyiarkan live dengan ponselnya ke media sosial dan berlari mengejar sahabatnya.     

"Bianca! Tunggu aku..!!" serunya.     

Sementara itu para peserta pesta dansa hanya saling bertukar pandang keheranan.     

"Astaga... kau lihat mereka? Bianca kenapa sih?" tanya Nadya kepada Mary yang berdiri di sampingnya. Gadis berkaca mata itu hanya mengangkat bahu.     

"Entahlah. Mungkin mereka bertengkar?" Mary bertanya balik.     

"Iya, tapi kenapa harus membuang jepit rambutnya seperti itu?"     

"Mungkin dia marah karena tadi Emma bilang sebaiknya jepit rambut itu diberikan kepada gadis lain. Nah, gadis lain itu mungkin Bianca. Jadi..." Mary menyipitkan matanya saat mengambil kesimpulan itu.     

Keduanya saling tatap dengan pandangan shock.     

"Tapi dari mana Emma tahu tentang jepit rambut itu ya?" tanya Nadya lagi.     

Ia sebenarnya mempunyai dugaannya sendiri. Tetapi... apakah dugaannya itu benar?     

"Sepertinya... Kak Allan pernah mau memberikan jepit itu kepada Emma, tetapi Emma menolaknya, dan menyuruh Kak Allan memberikannya kepada perempuan lain."     

Mary telah mengungkapkan apa yang sebenarnya ada di dalam hati Nadya. Ia juga berpikir seperti itu.     

"Astaga..."     

"Kau pikir juga begitu?"     

"Hmm.. kasihan sekali Bianca."     

Mereka berdua menatap ke arah Allan yang berdiri di tengah aula dengan wajah datar. Ia tidak tampak tertekan karena Bianca marah-marah dan meninggalkannya seperti itu.     

Sepertinya ia justru lebih merasa malu karena telah salah menuduh Emma dan Haoran. Apalagi kejadian itu disaksikan begitu banyak orang, dan bahkan disiarkan live di media sosial.     

Ia juga tidak berusaha mengejar Bianca keluar aula. Tampak Allan membutuhkan waktu beberapa lama untuk menenangkan diri dan menyadari dampak dari apa yang telah terjadi.     

Ia ingat kata-kata ayahnya bahwa Haoran, atau Tuan Muda Lee, adalah calon bos ayahnya kelak, setelah ia mengambil alih bisnis keluarga dari tangan ayahnya, dan ia harus memperlakukan Haoran dengan penuh hormat.     

Tiba-tiba ada perasaan kuatir yang menghimpit dadanya. Bagaimana kalau Haoran dendam kepadanya dan kemudian mempersulit ayahnya di perusahaan?     

Ia tidak dapat membiarkan hal itu terjadi.     

Akhirnya, Allan memutar tubuhnya dan berjalan menghampiri Haoran dan Emma yang sedang berdiri di samping meja minuman dan menikmati fruit punch.     

"Tuan Muda Lee..." Allan menyapa Haoran dengan sikap penuh hormat. Ia menahan ego dan harga dirinya dan membungkukkan badannya sedikit. "Aku minta maaf karena telah salah menduga, dan mencemarkan nama baik Nona Emma Stardust. Aku harap, Tuan Muda mau memaafkanku."     

Haoran dan Emma saling pandang saat melihat perbuatan Allan. Keduanya sama sekali tidak menduga Allan akan mendatangi mereka dan meminta maaf seperti ini.     

Sebenarnya Haoran masih kesal karena ia terpaksa membongkar identitasnya, akibat ulah Allan. Namun demkian, ia bukanlah orang yang jahat dan tidak mau memaafkan kesalahan orang lain. Walaupun ia memutar matanya, ia tetap mengangguk dan mengiyakan.     

"Baiklah. Karena kau sudah meminta maaf, aku akan melupakan kejadian ini," kata Haoran.     

Allan kemudian menghadap ke arah Emma dan menatap gadis itu dengan pandangan sungguh-sungguh. "Emma, aku minta maaf. Aku sudah membiarkan kepicikanku mengambil alih. Aku tidak akan pernah menganggumu lagi..."     

Emma hanya mengangguk, dan tidak menjawab Allan. Pemuda itu terlihat hendak mengatakan sesuatu lagi, tetapi kemudian MC telah tampil ke atas panggung dan menyapa semua hadirin.     

"Bagaimana dengan pertunjukan The Atmosphere barusan? Kalian semua sukaaaaa??" tanyanya dengan penuh semangat.     

"Sukaaaaa...!!!" balas semua pengunjung acara dengan sama penuh semangat.     

"Baiklah... sebentar lagi, kita akan mengumumkan para kandidat raja dan ratu pesta dansa! Tapi sebelumnya, kita nikmati dulu satu penampilan berikut ini dari The Atmosphere yang akan menampilkan lagu terbaru mereka..."     

Panggung segera menjadi gelap dan Band The Atmosphere kembali tampil. Kali ini mereka membawakan sebuah lagu lembut dan sangat romantis. Band ini memiliki dua orang vokalis yang berpenampilan mirip, seorang lelaki dan perempuan.     

Yang laki-laki memiliki rambut panjang hingga ke bahunya dan tampak keren sekali dengan kemeja putih dan jeans sobek-sobek. Kedua pergelangan tangannya diiliti pita hitam. Ia mengenakan sepatu boot berwarna hitam yang senada dengan gadis di sampingnya.     

Sang vokalis perempuan tampak cantik dengan rambut disanggul di kiri dan kanan kepalanya. Atasan keren tanpa lengan yang berdesain futuristik, rok mini dari kulit berwarna merah dan sepatu boot hitam yang sama dengan rekannya. Suaranya terdengar saat indah saat ia memejamkan matanya dan melantunkan sebuah lagu tentang cinta pertama.     

"Mau berdansa denganku?" bisik Haoran ke telinga Emma. Gadis itu tersenyum dan mengangguk. Keduanya menaruh gelas masing-masing di meja dan berjalan sambil bergandengan tangan menuju ke depan panggung.     

Pasangan-pasangan lain telah melakukan hal yang sama. Karena ini adalah lagu romantis, rata-rata hanya peserta prom yang datang bersama pasangan yang ikut turun berdansa.     

Suasana terasa begitu syahdu dan romantis.     

Haoran memeluk pinggang Emma sementara gadis itu mengalungkan lengannya di leher Haoran. Mereka saling menatap dan tersenyum simpul. Wajah keduanya terlihat sangat bahagia.     

"Kau tahu... aku merasa bersalah kepadamu karena tidak memberikan pesta pernikahan yang pantas," kata Haoran tiba-tiba. "Kita hanya menikah di catatan sipil."     

Emma menatap Haoran dengan penuh perhatian. "Kau tidak bersalah apa-apa. Kenapa kau berkata begitu?"     

"Semua perempuan pasti menginginkan pernikahan yang penuh kesan dan dapat dikenang seumur hidup. Semakin meriah dan indah.. semakin baik," kata Haoran menjelaskan maksudnya. "Aku menyesal karena tidak bisa memberikan itu kepadamu."     

Emma tertawa kecil mendengar penjelasan Haoran. "Well, semua perempuan modern kurasa tidak ada yang memimpikan untuk menikah di umur 18 tahun... Tetapi kita melakukan apa yang perlu kita lakukan. Menurutku, apa yang kita miliki sangat berkesan dan aku akan mengenangnya seumur hidup dengan perasaan bahagia. Apalagi di sana ada ibumu..."     

"Hmm.. kalau begitu, nanti kalau kita bertemu orang tuamu.. kita bisa menikah lagi dan mengadakan perayaan yang lebih layak... sesuatu yang pantas bagi seorang putri," kata Haoran.     

Ia merasa Emma sangat berharga dan pantas mendapatkan lebih. Sayang sekali, walaupun ia sangat kaya, ia tak dapat memberikan itu kepada Emma sekarang.     

"Aku tidak memerlukan apa-apa lagi, Haoran," bisik Emma. "Hanya kau saja sudah cukup bagiku..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.