Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Haoran Lee Dari Lee Industries



Haoran Lee Dari Lee Industries

"Apa maksudmu dengan dua kekasih?" tanya Emma. "Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan."     

"Uhm... Kak Allan tahu kau punya kekasih lain," Bianca menoleh ke arah Allan.     

Pemuda itu sedang menatap Emma dengan pandangan menyesal. Ia tampak merasa menyesal telah menceritakan apa yang diketahuinya kepada Bianca. Sekarang kekasihnya justru ingin memojokkan Emma dengan informasi itu.     

Sambil tersenyum sinis, Bianca melanjutkan kata-katanya. "Kak Allan pernah satu kursus dengan Emma tahun lalu dan tahu bahwa Emma punya kekasih lain. Minggu lalu juga Kak Allan memergoki Emma di bandara dengan kekasihnya yang satu lagi. Benar kan, Kak?"     

Allan tampak menjadi canggung, tetapi ia mengangguk. "Maafkan aku, Emma. Aku tadi tidak sengaja keceplosan di depan Bianca."     

"Kekasih lain?" Haoran menoleh ke arah Emma dan menatapnya dengan geli. "Kau punya pacar lain?"     

'Astaga, Emma... Allan masih menyukaimu? Padahal dia sudah pacaran dengan Bianca?' kata Haoran dalam hati.     

'Entahlah. Yang jelas ia melihat kita di bandara minggu lalu, tetapi ia pasti tidak melihat wajahmu sehingga ia menduga orang yang dilihatnya waktu itu bukan kau,' jawab Emma dengan telemancy.     

"Kau ini bisa saja. Aku mana punya waktu untuk dua laki-laki," omel Emma sambil mendelik ke arah Haoran. Ia lalu maju dan berdiri tepat di depan Allan. "Kau bilang aku punya kekasih lain? Apa buktinya?"     

Allan yang tidak mengira Emma akan mengkonfrontasinya menjadi tergagap. "Aku melihat kalian di bandara, naik mobil mewah. Ayahku mengenali plat mobilnya. Ia bilang itu adalah mobil keluarga Lee, pemilik Lee Industries."     

"Apa? Jadi hanya karena itu?" tanya Haoran keheranan.     

"Emma, aku mengerti kalau kau pacaran dengan anak orang kaya karena hartanya semata, tetapi bukan berarti kau tidak menghargai kekasihmu dengan selingkuh dengan Haoran. Ayahku bekerja untuk Lee Industries, ia pasti akan merasa tidak enak kepada Tuan Muda Lee itu kalau ia tahu aku mengetahui kau selingkuh dan tidak memberitahunya," kata Allan lagi.     

"Apa katamu? Apa hubungannya ini dengan Lee Industries? Hanya karena ayahmu bekerja di sana? Aneh sekali..." omel Haoran.     

Ia sudah mengerti apa yang terjadi sekarang. Sebenarnya masalah ini dapat diatasi dengan mudah jika ia mengaku bahwa ia adalah Tuan Muda Keluarga Lee.     

Tetapi ia telah menyembunyikan identitas dan kekayaan keluarganya selama bertahun-tahun dari teman sekolahnya. Masakan hanya karena insiden ini ia terpaksa harus membuka semuanya?     

Ia benar-benar merasa sebal.     

"Apakah kau tidak melihat wajah kekasihku saat di bandara?" tanya Emma dengan sabar.     

"Tidak," kata Allan. "Tetapi ayahku mengenali pelat mobil keluarga Lee."     

Haoran memutar matanya. "Allan, namaku Haoran Maximillian Lee. Ayahku adalah pemilik Lee Industries."     

Ia sangat kesal karena terpaksa harus membuka identitasnya di depan banyak orang. Ia merasa tidak ada pilihan. Kalau ia diam saja, maka reputasi Emma akan tercemar dan teman-teman sekolahnya akan mengira ia memang selingkuh.     

Orang-orang yang berdiri di sekitar mereka sontak menjadi terperanjat. Mereka menatap Haoran dengan ekspresi keheranan.     

"Ti.. tidak mungkin," kata Allan dengan suara tergagap. "Kau tidak mungkin anak tunggal keluarga Lee."     

Haoran mengangkat sebelah alisnya dan mengeluarkan ponselnya. "Ayahmu bekerja untuk Lee Industries, ya? Namanya Charles Wu?"     

Ia membuka ponselnya dan menggulir daftar nama-nama yang ada di kontaknya. Setelah menemukan nama Charles Wu, ia lalu memencet tombol panggil.     

"Direktur Wu, ini aku. Maaf, tidak ada keperluan penting. Aku hanya mau bilang kalau aku bertemu anakmu di pesta dansa sekolah," kata Haoran dengan nada santai. Ia lalu menyerahkan ponselnya ke tangan Allan. "Coba dengar sendiri, itu suara ayahmu atau bukan?"     

Dengan ragu-ragu, Allan menaruh ponsel Haoran di telinganya. "Ya?"     

"Hey, Allan. Ternyata kau bertemu Tuan Muda Lee di sekolah? Kau harus bersikap sopan kepadanya. Beliau itu adalah calon bos ayah di masa depan," kata ayah Allan dengan tegas. "Kalian sedang apa sekarang?"     

Wajah Allan berubah menjadi pucat. "A-ayah?"     

Seketika murid-murid SMA St. Catherine yang mengelilingi mereka bertukar pandang.     

"Apa? Haoran itu anak pemilik Lee Industries? Gila!"     

"Hampir seisi rumahku diisi oleh produk buatan Lee Industries."     

"Kenapa dia penampilannya biasa saja? Dia malah tidak pernah membawa mobil ke sekolah seperti anak-anak orang kaya yang lain."     

"Ya ampun.. sama sekali tidak terduga. Padahal Haoran itu anak orang paling kaya di Singapura, tetapi sikapnya sangat sederhana. Astaga... Haoran keren sekali!!"     

"Ia sungguh pantas menjadi Raja Pesta Dansa (Prom King)."     

"Benar. Ia juga membuatku terinspirasi karena bisa pindah dari kelas F masuk ke Kelas A. Ia bisa mengubah diri dan memperbaiki nilai-nilainya dengan drastis."     

Satu persatu mulai terdengar suara pujian dari murid-murid St. Catherine kepada Haoran. Sangat banyak yang terkejut ketika mengetahui pemuda yang punya reputasi sebagai pembuat onar itu ternyata adalah anak orang yang sangat kaya.     

Haoran berhasil menipu teman-teman sekolahnya selama tiga tahun. Murid-murid yang kebetulan berada di dekat Eric segera menjawil bahunya dan meminta konfirmasi.     

"Hei.. kau kan temannya Haoran. Apa benar dia itu dari keluarga Lee pemilik Lee Industries?"     

Eric hanya mengangkat bahu. "Dia kan sudah bilang sendiri."     

"Astaga... wow! Sama sekali tidak terduga."     

Sementara itu Allan tampak sangat terpukul. Ia benar-benar tidak mengira ayahnya akan mengonfirmasi bahwa sebenarnya Haoran, saingannya, pemuda yang berhasil mendapatkan cinta Emma, adalah anak dari bos ayahnya.     

Ini sangat memalukan.     

Ia merasa malu kepada dirinya sendiri karena menilai diri terlalu tinggi. Ia berasumsi bahwa karena kekasih Emma kaya, berarti ia memiliki kekurangan fisik.     

Ternyata anak pemilik Lee Industries sama sekali berbeda dari yang ia pikirkan. Pemuda itu adalah Haoran. Ia bukan hanya tampan, tetapi otaknya pun sangat cerdas.     

Satu-satunya alasan ia tidak naik kelas dua tahun adalah karena ia sengaja mengosongkan lembar jawaban ujiannya.     

Emma menggeleng-gelengkan kepala. Ia menyesal karena Haoran terpaksa mengungkap jati dirinya demi menyelamatkan reputasi Emma. Gadis itu tahu ia tidak suka membawa-bawa nama keluarganya.     

"Allan, kurasa sekarang sudah jelas bahwa kau telah salah paham. Kuharap kau bisa memberi tahu Bianca yang sebenarnya." Emma menoleh ke arah Bianca dan menyipitkan matanya saat melihat gadis itu mengenakan jepit yang sangat cantik di kepalanya. Ia lalu kembali menoleh ke arah Allan. "Sudah kubilang jepit itu akan lebih baik kau berikan kepada gadis lain atau ibumu. Bianca kelihatan sangat pantas memakainya."     

Ia lalu menarik tangan Haoran menuju meja minuman, meninggalkan Bianca yang ternganga dan kemudian memutar tubuhnya menghadap Allan.     

"Kenapa dia bisa tahu ini jepit darimu? Apakah kau membelinya untuk perempuan lain?" Suara Bianca meninggi, menuntut penjelasan. Wajahnya tampak merah padam menahan malu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.