Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Sekarang, Semua Sudah Berakhir...



Sekarang, Semua Sudah Berakhir...

0Ia menoleh ke arah Xion, berusaha meminta penjelasan.     

"Xion.. apakah aku melakukan kesalahan besar dan mengubah sejarah?" tanyanya dengan suara lirih. "Apakah orang tuaku... atau Therius mendapatkan akibatnya?"     

Xion menggeleng sambil tersenyum. "Tidak... semua yang terjadi memang sudah seharusnya terjadi. Kita tidak mengubah apa pun, Sejak aku kenal dengan Therius sebelas tahun yang lalu, dia memang sudah memakai cincin itu pada kalung di lehernya. Ia memang sudah menyimpan benda itu selama lebih dari dua puluh tahun. Aku yang menjadi saksinya."     

"Oh..." Emma menoleh kembali ke arah Therius. "Aku tidak tahu itu..."     

"Tidak apa-apa," kata Therius. "Kurasa memang kau harus datang ke masa lalu, agar kau mendapatkan penyelesaian dan jawaban. Kau tahu... aku menggunakan nama Therius setiap kali aku hendak menyembunyikan identitasku. Aku mendengarmu memanggilku Therius berkali-kali."     

Emma tertegun mendengar perkataan Therius. Ia sama sekali tidak mengira seperti itulah yang terjadi. Rupanya, Therius memang telah bertemu dengannnya di masa lalu dan ia bahkan menyimpan cincin milik Emma yang terjatuh.     

Ia menyimpannya selama lebih dari dua puluh tahun. Ia menatap lelaki itu dengan keheranan. Walaupun mereka telah cukup lama berteman dan menghabiskan waktu bersama, baru kali ini Emma menatap Therius dengan penuh perhatian.     

Ia merasa sepasang mata topaz itu menyimpan begitu banyak cinta untuknya. Pikirannya melayang ke beberapa saat yang lalu ketika ia bertemu Therius yang terluka dan hendak dibunuh pemberontak.     

Anak itu hidupnya sangat menderita dan kesepian. Ia bahkan tidak ingin hidup lagi. Sungguh sangat berbeda dengan Therius dewasa yang dilihatnya sekarang.     

Therius benar-benar menjadi seorang lelaki kuat dan mengagumkan. Hal ini membuat Emma mendesah lega. Sungguh, ia tak dapat membayangkan jika waktu itu Therius benar-benar mati di tangan penjahat, pemuda mengagumkan yang ada di depannya ini tidak akan pernah ada.     

Memikirkan itu, seulas senyum terkembang di bibir Emma. Ia mendesah lega. Ia menyentuh pipi Therius dan mengangguk.     

"Kau sudah menjadi laki-laki yang kuat dan mengagumkan. Kau akan menjadi raja yang baik," kata Emma.     

Therius memejamkan matanya dan menikmati sapuan tangan Emma di pipinya. Ia menyentuh tangan gadis itu dan kemudian menurunkannya lalu menggenggamnya dengan tangannya sendiri.     

"Aku selalu mengingatmu..." kata Therius dengan jujur. "Setelah aku dewasa, aku mencoba mencarimu... tetapi apa pun yang kulakukan, aku tidak dapat menemukan informasi apa pun tentangmu. Lalu perlahan-lahan, aku melupakan wajahmu. Ketika aku melihatmu di layar kapal messenger yang kau kirimkan... barulah aku sadar siapa kau sebenarnya."     

Emma tertegun mendengar kata-kata Therius. "Benarkah?"     

Ia ingat bahwa saat ia berada di pangkalan di bulan, ia memang mengirim pesan ke Akkadia dengan menggunakan kapal messenger itu agar ada yang dapat menjemputnya pulang. Ia benar-benar sangat ingin bertemu keluarganya.     

Ia tidak mengira secara kebetulan Therius dan Xion sudah dalam perjalanan ke bumi untuk mencarinya. Ia dapat membayangkan ketika Therius melihatnya di monitor dan mengetahui bahwa ia adalah anak perempuan Kaoshin Stardust dan Putri Arreya.     

"Saat itu... aku sangat bahagia karena dapat bertemu denganmu lagi. Mula-mula aku merasa bingung.. apa yang terjadi sebenarnya. Tetapi kemudian aku teringat bahwa sahabatku adalah seorang Time Master. Aku segera menduga-duga bahwa sebenarnya kepergianmu ke masa lalu ada hubungannya dengan Xion dan orang tuamu," Therius melanjutkan kata-katanya dengan haru.     

"Kenapa kau tidak mengatakan apa pun kepadaku?" tanya Emma sambil mengigit bibirnya. Ia membayangkan selama ini, berbulan-bulan mereka bersama, Therius menyembunyikan informasi ini darinya. "Kenapa kau tidak memberitahuku bahwa orang tuaku akan meninggal? Kenapa kau tidak biarkan saja aku di bumi?"     

Therius merasakan dadanya sesak mendengar pertanyaan Emma yang diucapkan dengan suara penuh kesedihan.     

'Karena aku ingin bersamamu, Emma Stardust. Aku sadar aku telah berbuat egois. Maafkan aku.' Therius hanya bisa mengucapkan semuanya di dalam hati.     

'Kalau saja aku dapat kembali ke masa lalu dan mengubahnya.. aku ingin sekali menjauhkanmu dari semua penderitaan ini.'     

Ia menunduk, menyembunyikan air mata yang menetes turun dari kedua matanya. Sang raja muda yang dingin dan tangguh, merasa sangat berduka untuk wanita yang ia cintai.     

Ia telah merasa sangat bersalah kepada Emma saat gadis itu berada di ambang kematian. Seandainya ia dapat mengubah sejarah... ia akan meminta Xion kembali ke masa lalu dan menyuruhnya untuk melupakan Emma, membiarkannya hidup bahagia di bumi bersama Haoran.     

Sejak Emma pulang ke Akkadia bersamanya, gadis itu selalu ditimpa kemalangan demi kemalangan. Ia merasa tidak becus sebagai laki-laki yang tidak dapat melindungi Emma dari penderitaan dan membuatnya bahagia.     

"Aku.. sama sekali tidak tahu bahwa alasan kau kembali ke masa lalu.. adalah karena orang tuamu telah meninggal," kata Therius dengan sedih. "Aku tidak tahu apa-apa. Aku hanya melihatmu datang membantuku... lalu kau menangis. Kemudian kau menghilang. Semuanya menjadi misteri bagiku."     

Therius menggenggam tangan Emma dengan kedua tangannya dan menatap gadis itu lekat-lekat. "Seandainya aku tahu... aku akan melakukan apa pun, apa pun, untuk mencegah semua kemalangan itu menimpamu. Maafkan aku... tidak becus menjagamu."     

Emma sadar bahwa kata-kata Therius benar. Tidak ada yang dapat mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Tidak juga Xion, kecuali ia sengaja pergi ke masa depan untuk mencari tahu. Namun demikian, bahkan masa depan dapat berubah jika mereka melakukan sesuatu yang dapat merusak alur waktu.     

Sungguh, waktu adalah hal yang sangat membingungkan. Sekarang Emma sadar bahwa pertanyaannya selama ini telah menemukan jawabannya. Ia dapat menduga bahwa Arreya sempat membaca pikirannya dan mengetahui siapa dirinya. Itulahyang kemudian membuat Arreya dan Kaoshin tiba-tiba mengambil keputusan drastis.     

Seandainya Emma tidak datang ke masa lalu, Kaoshin dan Arreya tidak akan memutuskan untuk melarikan diri dari Akkadia.     

Namun, seandainya mereka tidak kabur dari Akkadia dan kemudian melahirkan Emma, mereka tidak akan menjadi buronan raja Akkadia dan kemudian menemui kematian. Sementara kematian merekalah yang mendorong Emma pergi ke masa lalu.     

"Sekarang... semuanya sudah berakhir," kata Therius dengan suara lembut. "Kita akan menguburkan orang tuamu dengan penuh kehormatan, lalu aku akan menghukum semua orang yang bertanggung jawab atas kematian mereka."     

Pikiran Emma melayang pada nenek jahat yang membencinya dengan begitu dalam hingga membuat Emma kehilangan ayah dan ibunya sekaligus.     

Ia kemudian teringat kepada pemuda tampan yang mirip Therius di masa lalu. Lelaki itu tampak sangat ramah dan baik hati.     

Emma mengerti mengapa Ratu Ygrit sangat menyayangi anak lelakinya itu. Pangeran Darius memang terlihat seperti laki-laki yang sangat baik. Ia juga mengerti bahwa Darius adalah sahabat ibunya.     

Seandainya Emma tidak datang, Arreya tentu sudah menikah dengan Darius, dan semua kebencian di antara kedua keluarga ini tidak akan ada.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.