Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Mencari Ide Ke Perpustakaan



Mencari Ide Ke Perpustakaan

0Sejak permusuhannya dengan Ylsa setahun yang lalu, Marci dan Ylsa selalu berusaha saling menjatuhkan dan menyakiti.     

Marci tahu hal yang paling dibanggakan Ylsa dari dirinya, selain statusnya sebagai seorang putri raja adalah kecantikannya yang terkenal di seluruh planet Akkadia.     

Itu sebabnya ia sengaja membantu kelas Emma untuk membuat Ylsa kesal. Menurut Marci, jika Ylsa melihat ada gadis lain yang lebih cantik darinya dan mendapatkan perhatian semua orang, maka Ylsa akan merasa kesal.     

Bagi Marci, melihat Ylsa kesal dan menyumpah-nyumpah sudah menjadi hiburan yang cukup baginya.     

Bastian mendeham dan menjawab pertanyaan Emma. "Semua fasilitas yang ada di sekolah ini dapat kalian gunakan. Ruang perpustakaan, aula, bahkan guru-guru yang ada di akademi boleh kalian mintai bantuan. Aku yakin mereka akan dengan senang hati membantu kalau kalian bisa membuat proyek yang menarik bagi mereka. Ini juga akan menjadi kesempatan berharga untuk dapat mengenal para guru."     

"Oh, begitu ya?" tanya Emma. Ia lalu mengangguk. "Terima kasih banyak."     

Karena selama ini Emma bersekolah di bumi, ia belum pernah mengalami sistem sekolah seperti di Akkadia. Kalau para siswa lain menganggap tugas tantangan orientasi itu sebagai beban berat, sebaliknya bagi Emma. Ia justru menganggap tugas-tugas itu sangat menarik.     

Ia tidak sabar ingin segera terlibat dalam perencanaan dan terjun dalam proyek yang bisa memberikan berbagai nilai tambah bagi lingkungan, masyarakat, dan ekonomi.     

Lagipula, tanpa sadar, Emma berpikir dari sudut pandang seorang ratu. Bagaimana ia bisa melakukan sesuatu untuk kemajuan bangsanya. Bagaimanapun sekarang ia adalah penduduk Akkadia setelah ia menikah dengan Therius.     

Tentu saja dengan senang hati ia akan belajar untuk dapat membangun negeri ini, mulai dari skala kecil, seperti proyek sekolahan.     

"Baiklah. Ada pertanyaan lain?" tanya Bastian.     

Kali ini Ulla yang mengangkat tangannya. "Kalau kita meminta bantuan orang dari luar sekolah, apakah diperbolehkan?"     

Ulla memiliki beberapa asisten ayahnya yang dapat ia mintai bantuan untuk mengurusi berbagai detail dari proyek yang akan mereka kerjakan. Bukankah tadi tidak ada larangan meminta bantuan orang luar?     

Bastian mengangguk. "Tidak ada larangan meminta bantuan siapa pun. Bahkan kalau kau dapat meminta bantuan ketujuh dewa, boleh saja."     

Semua tertawa mendengar lelucon Bastian. Siapa yang bisa meminta bantuan dewa?     

Banyak orang di planet Akkadia sekarang sama sekali tidak percaya kepada dewa. Sehingga, kalau ada yang mengatakan mereka ingin meminta bantuan dewa, biasanya yang lain akan menertawakannya atau menganggapnya bercanda.     

"Ahh.. aku tidak punya akses kepada dewa, tetapi aku bisa meminta bantuan asisten ayahku untuk melakukan beberapa hal," kata Ulla sambil tersenyum manis.     

Bastian hanya mengangkat bahu. Memang dari dulu sudah biasa dengan kelakuan sepupunya ini.     

"Baiklah, Kalau tidak ada pertanyaan lagi. Kalian bisa mulai berkumpul dan membahas tentang proyek kalian," kata Bastian. Ia kemudian bertepuk tangan dan memberi tanda kepada para murid untuk bubar.     

"Eh.. itu saja? Tidak ada petunjuk yang jelas?" tanya Stell keheranan.     

Emma mengangkat bahu. "Kurasa kita bisa meminta bantuan Marci dan Loran untuk menceritakan tentang proyek-proyek apa yang dilakukan para siswa tahun lalu."     

"Ah.. benar juga," kata Stell dengan gembira. Ia segera berjalan menghampiri Marci yang duduk anggun di sudut aula. "Kak Marci... aku ingin bertanya kepadamu. Apakah kau bisa membagikan pengalamanmu saat membuat proyek di acara orientasi di tingkat satu, atau apakah kau bisa menceritakan tentang proyek-proyek yang dibuat siswa di tahun sebelum kami?"     

Marci mengangguk. "Bisa saja. Tetapi aku tidak mau kalian menjadi malas. Kalian bisa mendapatkan informasinya di perpustakaan."     

"Oh.. begitu ya?" Stell menggaruk-garuk kepala. "Baiklah. Kami akan mencari inspirasi dulu kalau begitu."     

"Bagus. Kalau kalian sudah selesai mencari inspirasi, kalian bisa temui aku di sini," kata Marci lagi.     

Dengan patuh para siswa kelas B lalu saling berbicara dan mengambil keputusan untuk bersama-sama pergi ke perpustakaan untuk mencari dokumentasi tantangan tahun lalu.     

Kemarin sewaktu perkenalan lingkungan sekolah, Emma dan teman-temannya telah mengunjungi perpustakaan. Emma sangat menyukai perpustakaan ini saat pertama kali datang ke sana. Satu gedung luas ini khusus diperuntukkan untuk buku-buku saja.     

Di lantai pertama ada ruang multimedia tempat para siswa dapat mempelajari berbagai bahan pengetahuan yang mereka butuhkan dengan teknologi VR atau komputer pribadi.     

Khusus untuk sekolah-sekolah di Akkadia, pemerintah memberikan akses informasi yang cukup luas.     

Di lantai 2 dan 3 ada ratusan ribu buku yang merupakan koleksi akademi sejak ratusan tahun lamanya. Saat berkunjung ke sini pertama kali, Emma sudah terpesona oleh betapa lengkapnya koleksi buku di tempat ini.     

Di lantai empat ada berbagai ruang belajar pribadi yang yang dapat digunakan sampai jam 8 malam dan di akhir pekan.     

Lewat jam 8 malam semua siswa tidak boleh beredar di perpustakaan untuk menghindarkan mereka dari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti misalnya berkencan di perpustakaan dan berhubungan seks.     

Hanya para anggota dewan murid yang memang memiliki akses khusus yang boleh menggunakan fasilitas seperti perpustakaan ini sesukanya. Itulah sebabnya Emma sangat ingin mengajukan diri sebagai perwakilan dewan murid dari kelasnya.     

Bagi Emma, membuatnya terpilih sebagai wakil teman-temannya sama sekali tidak sulit karena sebagian besar dari mereka lebih lemah darinya dan ia mampu kalo hanya sekadar mengendalikan pikiran mereka untuk memilihnya.     

Namun, ia memutuskan untuk tidak menggunakan cara licik seperti itu. Seperti yang telah ia sampaikan kepada Therius, ia ingin menjadi murid biasa yang tidak mendapatkan perlakuan istimewa dan juga ia tidak akan menggunakan kelebihannya dari teman-temannya untuk menguasai mereka.     

Bahkan akhir-akhir ini ia sudah sangat jarang membaca pikiran orang lain, karena ia tahu betapa tidak enak rasanya jika ada orang yang dapat mengetahui isi hatinya begitu saja. Setelah ia merasakan sendiri bagaimana posisi orang lain yang menjadi 'korban' para telemancer, Emma memutuskan untuk lebih bijak menggunakan kekuatan telemancy-nya.     

Dalam hati kadang-kadang ia bertanya seperti apa ibunya hidup dengan lima kekuatan sekaligus yang semuanya berada di level tertinggi. Ahh.. sungguh, ibunya sangat mengagumkan!     

Ia dapat membayangkan, ibunya hidup dikelilingi orang-orang yang tahu siapa dirinya dan apa saja kemampuan yang dimilikinya.     

Mungkin sebagian besar orang akan merasa takut kepada Putri Arreya dan tidak dapat atau tidak mau mendekatinya? Mereka tentu takut dan gerah karena merasa seolah telanjang di depan sang putri yang dijanjikan itu...     

Memikirkan ibunya, rasanya Emma merasa rindu sekali. Selama delapan bulan terakhir ini, ia telah belajar untuk mengatasi dukanya dan merelakan kepergian orang tuanya. Namun, kadang-kadang kenangan tentang mereka bertebaran dan membuatnya rindu begitu dalam.     

Terutama saat ia berada di lingkungan sekolah tempat ayah ibunya bertemu dulu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.