Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Tantangan Kompetisi Siswa Baru



Tantangan Kompetisi Siswa Baru

0"Sejak kapan hidup itu adil?"     

Pertanyaan retorik dari Marci itu memang benar. Hidup itu tidak adil. Tetapi setidaknya para siswa mengira bahwa di sekolah seperti ini mereka akan bebas dari ketidakadilan dunia. Ternyata mereka salah.     

Semua siswa kelas B terpaku mendengar kata-kata Marci barusan. Barusan gadis itu mengonfirmasi bahwa dewan murid sama sekali tidak peduli jika ada ketidakadilan dalam kegiatan tantangan tahunan ini.     

Lalu, kalau begitu, bagaimana bisa kelas mereka menang?     

Semua murid kelas-B saling pandang. Keputus-asaan segera menguasai diri mereka. Stell berbisik kepada teman-temannya yang herbomancer dan bertanya dengan nada putus asa, "Kalian bisa menumbuhkan pohon uang?"     

"Hush... mana ada pohon uang," kata Cia yang juga merupakan seorang herbomancer. Ia mengerling ke arah Emma. "Bahkan kurasa herbomancer tingkat atas juga tidak ada yang bisa menumbuhkan uang."     

Emma mengerutkan keningnya, menandakan ia tidak setuju dengan pendapat Cia. "Tidak juga. Kurasa herbomancer bisa menghasilkan uang dengan menumbuhkan tanaman langka yang berharga mahal. Misalnya tanaman obat atau tanaman hias yang langka."     

"Oh.. idemu bagus juga," kata Cia yang kini menjadi bersemangat. Gadis itu mengangkat tangan kanannya dan menunjukkan sinar kehijauan di telapak tangannya. "Tapi sayangnya aku belum bisa menciptakan tanaman yang rumit. Aku baru bisa menciptakan tanaman-tanaman yang sangat sederhana."     

Emma teringat kemampuannya sendiri. Ia sudah dapat menciptakan sangat banyak jenis tanaman karena ia terbiasa melatih kekuatannya.     

Walaupun misalnya, ia hanya bisa bermimpi untuk menghijaukan seluruh lembah, seperti yang dilakukan ayahnya dulu, setidaknya Emma cukup percaya diri bahwa ia bisa menciptakan berbagai jenis tanaman yang dilihatnya atau ia hafal propertinya dengan baik.     

"Kurasa dengan bekerja sama kita akan bisa melaksanakan tugas tantangan itu, jangan kuatir," kata Emma menghibur teman-temannya.     

Ia tidak mengerti kenapa ia dimasukkan ke kelas B yang sepertinya terdiri dari siswa-siswa pecundang yang menyedihkan.     

Di bumi dulu, walaupun ia adalah seorang anak 'yatim piatu' yang tidak besar di panti asuhan, di sekolahnya yang baru ia dimasukkan ke kelas A, tempat anak-anak genius dan paling pandai di St. Catherine.     

Apakah ia sengaja dimasukkan ke sini karena Emma ingin tidak menarik perhatian? Hmm.. bisa jadi begitu.     

Ia membayangkan kalau ia masuk ke kelas A yang kebanyakan muridnya pandai dan berasal dari keluarga berada, ia mungkin harus terlibat dengan siswa-siswa yang kompetitif atau sombong. Akan sangat sulit untuk tidak menarik perhatian kalau ia berada di antara mereka.     

Ha. Baiklah. Itu artinya kini Emma harus memutuskan apakah ia akan membantu kelas B yang menyedihkan ini untuk menonjol dan memenangkan tantangan atau tidak.     

Hmm, ia akan menanyakan pendapat Therius, apa sebaiknya yang harus Emma lakukan.     

Gadis itu ingat bahwa Therius berhasil menyembunyikan diri dan tetap merahasiakan identitasnya selama tiga tahun ia bersekolah di akademi ini. Padahal, dari apa yang ia dengar, Therius tidak dengan sengaja bersikap tertentu agar tidak menarik perhatian.     

Rombongan kelas B tiba kembali di aula dan berkumpul bersama para siswa kelas lainnya. Semua tampak antusias menunggu pengumuman dari Bastian. Ia akan memberikan detail tantangan untuk siswa baru tahun itu.     

Ketua murid yang ditunggu-tunggu segera naik ke atas panggung. Wajahnya yang tampan segera membuat gadis-gadis tersenyum bahagia. Ahh, Bastian memang pria idaman, pikir mereka.     

Sikapnya sangat berwibawa walaupun ia masih sangat muda. Semua siswa baru menatap wajahnya dengan penuh perhatian, berusaha agar tidak melewatkan satu pun kata dari bibirnya.     

"Baiklah, terima kasih atas waktunya. Sebelum perkuliahan dimulai minggu depan, sekolah memberi kami dewan murid kesempatan untuk mengadakan acara tantangan yang akan membuat kalian dapat saling mengenal teman-teman sekelas kalian dengan lebih baik, sekaligus mengumpulkan uang, dan mendapatkan kehormatan menentukan warna dewan murid tahun ini."     

Siswa-siswa serempak bertepuk tangan dengan meriah. Bastian tersenyum lebar dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan.     

Ia kini selalu berusaha menghindari menatap Emma secara langsung setelah ia mengetahui bahwa gadis itu sebenarnya adalah ratu Akkadia. Bastian tidak ingin dianggap lancang.     

"Dalam melaksanakan tugas ini, kalian berhak melakukan apa pun untuk mendapatkan poin tertinggi demi memenangkan tantangan." Kata-kata Bastian ini mengonfirmasi ucapan Marci bahwa para siswa memang bisa melakukan segala cara untuk menang.     

Duh.. itu berarti murid-murid yang berasal dari keluarga terpandang dan kaya akan mendapatkan keuntungan. Enak sekali mereka...     

"Ada tiga buah tugas yang harus kalian kerjakan untuk mengumpulkan poin. Yang pertama harus memiliki nilai sosial yang tinggi, yang kedua harus memiliki nilai lingkungan yang tinggi dan yang terakhir harus memenuhi nilai ekonomi yang tinggi. Kalian bisa menggabungkan ketiganya menjadi satu proyek untuk mendapatkan semua poin tersebut. Kelas yang memiliki poin gabungan tertinggi akan memenangkan tantangan."     

Semua siswa baru segera bertukar pandang. Mereka tidak mengerti. Proyek yang memiliki nilai sosial, nilai lingkungan... dan nilai ekonomi?     

Kedengarannya menarik, tetapi.. sungguh sulit untuk diwujudkan!     

"Tantangan ini sengaja kami desain untuk membuat kalian menyadari bahwa setelah kalian lulus dari sini, kalian akan hidup di tengah masyarakat dan kalian harus dapat memberi nilai tambah bagi planet kita ini. Dengan demikian, saat kalian belajar nanti, kalian akan menjadi lebih fokus dan tahu apa yang harus kalian dalami."     

Bastian melanjutkan penjelasannya. "Kalian mendapat waktu seminggu untuk mendapatkan poin dari sepuluh orang guru, sepuluh orang tokoh masyarakat, dan sepuluh orang pebisnis."     

Kepala para siswa baru seolah mau meledak mendengar semua penjelasan Bastian barusan. Rasanya tantangan yang akan mereka hadapi tidak semudah yang mereka pikirkan.     

Hanya dalam waktu seminggu, mereka harus membuat tiga proyek yang dapat memiliki tiga nilai berbeda?     

Semua saling pandang dengan kepala dipenuhi berbagai pertanyaan. Emma mengangkat tangannya.     

"Apakah kita diberikan fasilitas oleh sekolah untuk membuat proyek ini?" tanya Emma.     

Pandangan semua orang kini tertuju kepadanya. Rupanya banyak siswa dari kelas lain yang belum pernah melihat atau memperhatikan Emma sebelumnya. Kini, saat mereka menyadari ada seorang gadis yang sangat menarik perhatian di kelas B, banyak yang menatap Emma dengan ekspresi terkejut.     

Salah satu orang yang tampak menatap Emma dengan mata menyipit adalah Ylsa. Ia baru melihat siswa baru perempuan yang berpenampilan sederhana itu.     

Kenapa ia baru memperhatikan gadis ini sekarang? Ylsa akhirnya menyadari bahwa selama dua hari terakhir ini ia tidak menyadari ada seorang gadis yang sangat cantik di antara para siswa tahun pertama.     

Secara spontan ekspresinya berubah. Bibirnya berkerut-kerut dan kipas yang selalu bergerak mengipasi di samping kepalanya tiba-tiba terjatuh ke lantai.     

Hal ini tidak luput dari pengamatan Marci yang segera tersenyum lebar dan memutar matanya.     

Akhirnya, kau melihat juga murid baru yang lebih cantik darimu, pikir Marci dengan hati gembira.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.