Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Apakah Emma Sudah Mencintainya?



Apakah Emma Sudah Mencintainya?

0Pria itu tersenyum manis, menunjukkan lesung pipinya yang tersembunyi dan hanya terlihat saat ia benar-benar sedang senang.     

Suaranya terdengar dipenuhi keharuan saat ia bicara. "Aku pun sangat berharap kau ada di sini sekarang. Aku sangat merindukanmu..."     

Therius merasa sejak ia dan Emma hidup terpisah, sikap gadis itu menjadi semakin hangat kepadanya. Ia dapat merasakan bahwa Emma juga merindukannya, dan kini Emma bahkan mengatakan hal itu dari bibirnya sendiri.     

Apakah ini merupakan pertanda bahwa Emma sekarang sudah mulai mencintainya? Setelah bersama selama hampir 1,5 tahun dan menikah selama lima bulan, kini Therius merasa bahwa Emma telah benar-benar menjadi miliknya.     

"Marlowe sangat beruntung. Katanya ia pernah menyelamatkan seorang Space Master dan sejak saat itu ia bisa meminta bantuan Space Master kapan saja. Ia bahkan membawa serta rumahnya dan semua hewan peliharaannya dari Taeshi yang begitu jauh," kata Emma sambil tertawa kecil.     

"Kalau aku tidak bisa menjadi seorang Space Master, aku juga berharap bisa menyelamatkan seorang space master seperti Marlowe dan membuatnya berutang budi kepadaku," gadis itu menambahkan. "Tentu sangat menguntungkan bisa meminta bantuan Space Master kapan saja."     

"Sepertinya kau banyak berinteraksi dengan Marlowe. Benarkah itu?" tanya Therius dengan penuh rasa ingin tahu. "Apakah tidak terganggu oleh sikapnya yang ketus?"     

Emma menggeleng. "Kurasa dia baik, kok. Hanya sikapnya saja yang ketus. Kurasa kalau hatinya jahat, hewan-hewan tidak akan menyukainya."     

"Kau menyukainya?" tanya Therius dengan nada sedikit cemburu. Melihat suaminya tampak tidak senang saat membahas Marlowe, Emma buru-buru melambaikan tangannya.     

"Aku hanya bertemu dengannya beberapa kali. Karena ia juga berasal dari Taeshi, aku banyak bertanya kepadanya tentang Taeshi," kata Emma. "Kau tahu Taeshi adalah negeri asal ibuku."     

"Ahh.. kita bisa pergi ke Taeshi kapan-kapan, sekalian mengunjungi adikmu," kata Taeshi.     

"Aku suka itu," jawab Emma.     

"Hmm.. jadi kalian banyak membicarakan tentang Taeshi? Lalu apa lagi?" tanya Therius dengan penuh perhatian.     

"Kami bicara tentang fenomena baru yang ia temukan," kata Emma. "Marlowe mengaku kepadaku bahwa kini ia juga merupakan seorang herbomancer."     

Therius mengerutkan keningnya keheranan. "Marlowe adalah seorang Beast Master, bukan herbomancer."     

"Benar, tetapi sekarang ia juga memiliki kekuatan mengendalikan tanaman. Itulah fenomena yang kusebut tadi. Apakah kau tahu bahwa Marlowe memperoleh kekuatannya yang kedua beberapa tahun lalu?"     

Therius menggeleng. "Aku tidak tahu itu."     

"Marlowe baru menjadi seorang herbomancer beberapa tahun lalu. Ia juga mengatakan bahwa ia bertemu seseorang yang baru memperoleh kekuatannya saat ia sudah berumur 30-an. Orang itu tidak mengerti ia memiliki kekuatan ajaib sehingga ia tidak dapat melatihnya. Apakah ini biasa terjadi?"     

Therius mengerutkan keningnya mendengar kata-kata Emma. "Itu sama sekali tidak biasa. Aku baru mendengarnya darimu. Biasanya manusia yang terlahir dengan kekuatan ajaib akan segera menunjukkan tanda-tandanya sewaktu mereka kecil. Mereka akan didaftarkan oleh keluarganya dan mendapatkan perlakuan istimewa dari pemerintah."     

"Ah... aku pikir juga begitu. Apakah kau tidak pernah mendengar laporan tentang orang dewasa yang baru memperoleh kekuatannya?" tanya Emma lagi.     

Therius menggeleng. "Tidak pernah. Hmm.. Aku akan bicara dengan mentri dalam negeri dan membahas masalah ini. Kami perlu mendata ulang semua mage yang ada di Akkadia dan mencari tahu kasus-kasus seperti Marlowe, di mana mage mendapatkan kekuatan baru."     

"Ah.. benar juga. Tadinya aku ingin membahas ini denganmu tetapi aku lupa," kata Emma. "Jadi, memang tidak biasa terjadi jika mage memperoleh kekuatan baru?"     

"Setahuku tidak," kata Therius. "Kalau fenomena ini terjadi, mungkin banyak mage yang tidak terdata dan menyembunyikan diri serta kekuatan mereka."     

"Apakah itu buruk?" tanya Emma.     

"Tergantung, bisa baik atau buruk," kata Therius. "Aku hanya tidak suka jika aku tidak mengetahui situasi di lapangan. Aku akan meminta kementrian mengadakan sensus penduduk dan meminta semua orang yang memiliki kekuatan ajaib untuk mendaftarkan diri."     

"Baiklah," kata Emma. "Ngomong-ngomong, selain Mage Academy di Akkadia, apakah ada sekolah lain untuk para mage di planet ini?"     

"Ada," kata Therius. "Tetapi Mage Academy adalah yang terbaik. Semua kerajaan memiliki akademi mereka masing-masing. Tapi bahkan orang-orang dari kalangan bangsawan dari Terren, Mireen dan kerajaan lain lebih memilih untuk mendaftar ke Mage Academy di Akkadia."     

"Oh, pantas saja. Ada dua orang putri di akademi yang sedang bersekolah di sini," kata Emma. "Aku tadi bertanya-tanya mengapa mereka tidak bersekolah di negerinya saja."     

"Hmm.. setahuku adik Putri Yldwyn bersekolah di situ," kata Therius. "Apakah ia menyusahkanmu?"     

Emma menggeleng. "Tidak. Aku tidak ada urusan dengannya dan tidak akan mencari urusan apa pun dengan Ylsa."     

"Ah, ya, benar. Namanya Ylsa," kata Therius lagi. "Aku belum pernah bertemu dengannya, hanya mendengar Yldwyn menyebutnya beberapa kali. Kurasa kalau aku datang ke akademi, ia tidak akan mengenali siapa aku."     

"Oh, ngomong-ngomong, aku mendengar gosip tentang Ylsa dan Yldwyn," kata Emma tiba-tiba. "Ini lucu sekali."     

"Oh ya? Gosip apa?" tanya Therius. Ia tertarik mendengarkan apa gosip yang ingin disampaikan Emma. Setahunya gadis itu tidak suka bergosip. Lalu mengapa ia membahas tentang orang lain secara tiba-tiba?     

"Ahem..." Emma mendeham. "Orang bilang, Ylsa adalah putri tercantik di planet Akkadia. Katanya, Yldwyn sampai berusaha melakukan segala cara untuk mencegah agar Ylsa tidak dikirim ke Akkadia sebagai putri sandera, karena ia takut kau akan menyukai Ylsa dan bukan dirinya."     

Therius menatap Emma keheranan. "Gosip yang bodoh... Apakah mereka tidak tahu bahwa istriku adalah putri tercantik di seluruh planet Akkadia?"     

Emma tidak dapat menahan senyumnya mendengar ucapan suaminya yang terdengar benar-benar keheranan.     

Ia tahu Therius sangat mencintainya, tetapi Emma selalu senang melihat pria itu menunjukkan rasa cinta kepadanya secara terbuka, seperti barusan, Therius menyebutnya sebagai perempuan tercantik di Akkadia.     

"Benarkah aku wanita tercantik di Akkadia? Kurasa kau bias karena kau suamiku," kata Emma sambil tersenyum tipis. "Kau belum pernah melihat Ylsa. Mungkin kalau kau sudah bertemu dengannya, kau juga akan setuju dengan pendapat orang-orang... Dia mirip dengan Yldwyn, kakaknya, tetapi Ylsa JAUH lebih cantik."     

"Aku percaya kepadamu," kata Therius sambil mengangkat bahu. "Tetapi walaupun ada wanita yang kata orang lain lebih cantik darimu... tidak ada bedanya bagiku. Bagiku, hanya kau yang penting. Aku tidak akan melihat wanita lain."     

Emma menatap lelaki di depannya itu lekat-lekat. Saat itu, ia sungguh berharap jarak tidak memisahkan mereka. Therius balas menatap Emma dan menyadari ada sesuatu yang berubah di dalam diri istrinya.     

Apakah... Emma memang benar-benar sudah mencintainya?     

"Emma... kurasa kau sudah tahu perasaanku kepadamu. Seumur hidupku.. aku hanya mencintaimu. Kau adalah satu-satunya wanita dalam hidupku," kata Therius dengan suara lembut.     

Ia mengangkat tangannya seolah hendak mengusap rambut Emma. Namun, tentu saja tangannya hanya melayang di udara karena ia tidak dapat menyentuh gadis itu.     

"Aku tahu," kata Emma. Ia menunduk. Ah... ia ingin sekali balas mengatakan kepada Therius bahwa ia mencintai lelaki itu, tetapi ia tidak tahu bagaimana menyampaikannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.