Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Aku Ingin Menjadi Seorang Space Master



Aku Ingin Menjadi Seorang Space Master

0"Tapi.. bagaimana dengan kau sendiri? Apakah kau tidak menyukainya?" tanya Stell dengan ekspresi menyelidik. "Kalau sampai berita bahwa kau dan Kak Bastian memiliki hubungan dekat tercium oleh Ylsa.. kau bisa ditindasnya habis-habisan."     

Emma mengangkat bahu. "Kenapa Ylsa akan menindasku?"     

"Semua orang tahu ia menyukai Bastian," kata Stell sambil menggeleng-geleng. "Ylsa itu seorang putri. Ia bisa melakukan apa saja sesukanya karena statusnya itu."     

"Benarkah?" tanya Emma. "Ia putri dari kerajaan tetangga, memangnya dia bisa apa di Akkadia?"     

"Ah.. kau tidak tahu. Walaupun ia bukan putri dari kerajaan Akkadia, tetapi salah seorang pangeran Akkadia sangat menyukainya. Ylsa bisa melakukan apa saja yang ia inginkan di sini, sama seperti di Terren," kata Stell lagi.     

"Salah seorang pangeran Akkadia menyukai Ylsa? Pangeran yang mana?" Emma menatap Stell penuh selidik. Hanya ada tiga pangeran di Akkadia, yaitu Therius yang kini telah menjadi raja, Heron yang telah dihukum mati dan Yared. Apakah Stell sedang membicarakan Yared?     

"Pangeran Yared," kata Stell. "Beliau pernah datang kemari untuk menemui Putri Ylsa. Aku mendengar cerita ini dari kakak kelas saat sarapan kemarin."     

"Aku tidak mengerti. Tadi kau bilang Ylsa menyukai Bastian, tetapi ia memanfaatkan pengaruh Yared untuk bersikap seenaknya. Apakah benar begitu?"     

Stell mengangguk. "Benar. Pangeran Yared tidak tahu kalau Putri Ylsa menyukai Bastian. Kurasa Ylsa bisa melakukan apa saja karena ia sangat cantik."     

Emma mendengus mendengar kata-kata Stell. Memangnya kenapa kalau Ylsa cantik? Yldwyn juga cantik tetapi hatinya busuk.     

Kalau memang Yared menyukai gadis pengkhianat seperti Ylsa yang memanfaatkannya sementara menyukai laki-laki lain, maka Yared memang pantas mendapatkannya.     

Emma masih ingat bahwa Yared bersekongkol untuk menjatuhkan Therius dari kedudukannya sebagai putra mahkota. Namun, sayangnya karena Therius tidak memiliki bukti, ia tidak dapat menghukum sepupunya itu. Ia hanya dapat melarang keluarga Yared untuk beraktivitas di ibukota.     

"Baguslah, kalau Yared menyukai Ylsa," komentar Emma sambil menggeleng-geleng. "Mereka pantas untuk satu sama lain."     

Miri menahan bahu Emma dan menghentikan langkahnya. Ia masih penasaran dengan hubungan Emma dan Bastian. Tadi Emma masih belum menjawab dengan jelas kenapa sikap Bastian selalu canggung saat berada di dekat Emma.     

Dan.. apakah kata-kata Marci tadi benar? Apakah Emma memang melarang Bastian untuk menjadi mentor kelas mereka? Kalau iya, kenapa Emma melakukannya?     

Bukankah dengan kehadiran Bastian sebagai mentor mereka bersama Marci, kelas mereka yang parah ini akan dapat memperbesar kesempatan mereka untuk memenangkan tantangan?     

"Ada apa?" tanya Emma kepada Miri. Ia menatap ke arah tangan Miri yang memegang pundaknya.     

"Kau belum menjelaskan kenapa Bastian selalu bersikap canggung di dekatmu," kata Miri dengan berkeras. "Setelah Marci membahasnya, aku jadi mengingat-ingat bahwa Bastian memang selalu bersikap aneh di dekatmu. Apakah kalian memang tidak ada hubungan?"     

"Astaga... Miri," Emma menurunkan tangan Miri dari bahunya. "Kalau Bastian bersikap canggung, itu bukan urusanku. Mungkin memang dia seperti itu? Aku tidak tahu dan tidak peduli. Dia bukan urusanku."     

"Apakah kau tadi menyuruh Bastian untuk tidak menawarkan diri sebagai mentor kelas kita?" tanya Miri lagi.     

"Tentu saja tidak," kata Emma yang dapat berbohong dengan sangat mudah. Ia menatap Miri dan menggeleng. "Aku tidak ada hubungan apa pun dengan Bastian, oke? Aku sudah bilang aku memiliki kekasih dan ia jauh lebih baik dari Bastian."     

Sebenarnya Emma ingin sekali menggunakan telemancy dan mengendalikan pikiran Miri agar berhenti mencecarnya tentang Bastian. Namun ia sadar bahwa teman-teman sekelasnya pasti akan keheranan jika Miri tiba-tiba berubah sikap.     

Karena itulah Emma terpaksa bersabar. Sementara itu Miri membelalakkan matanya keheranan mendengar kata-kata Emma.     

"Kekasihmu lebih baik dari Bastian? Benarkah? Bastian itu seorang multiple-element mage! Orang seperti dia sangat langka. Bagaimana bisa kau bilang ada orang yang lebih baik darinya..." seru Miri.     

Emma hendak tertawa mendengar kata-kata Miri. Therius, suaminya, adalah seorang multiple-element mage yang memiliki 3 kekuatan di level sangat sangat tinggi, semuanya merupakan kekuatan offensive.     

Dua kekuatannya bahkan ada di level 10. Kalaupun Bastian merupakan seorang multiple-element mage seperti Therius, ia masih berada di level 5. Tidak ada apa-apanya dibandingkan Therius.     

Belum lagi ditambah kenyataan bahwa Therius lebih dewasa, lebih tampan, lebih pandai... dan ia merupakan raja Akkadia. Siapa laki-laki di planet mereka yang dapat dibandingkan dengannya?     

Namun, Emma hanya dapat menyimpan itu semua dalam hatinya dan menepuk bahu Miri. "Miri, tidak baik terlalu mengidolakan seseorang. Di atas langit masih ada langit."     

Ia lalu bergegas masuk ke dalam asrama menuju lift dan memencet tombol ke atas. Miri, Stell, dan beberapa gadis lain berjalan mengikutinya dan tidak berkata apa-apa lagi.     

***     

Setelah selesai makan malam, Emma memutuskan untuk menyapa suaminya. Ia ingin tahu bagaimana kabar Therius dan apa saja yang ia lakukan hari ini. Ia memutuskan duduk di tempat tidur dan menyalakan tabletnya lalu menghubungi Therius.     

"Hei.."     

Wajah Therius tampak berseri-seri ketika melihat Emma. Pria itu sedang duduk di kursi kerjanya di dalam kamar mereka. Di tangannya tampak ada beberapa dokumen.     

"Sayang, aku merindukanmu," kata Therius sambil meletakkan dokumennya di kursi dan berjalan mendekati Emma. Emma juga turun dari tempat tidur dan berdiri. Kini ia berhadapan dengan Therius.     

Ahh.. sayangnya, walaupun mereka berdiri berhadapan seperti ini, dan terasa begitu dekat, mereka tidak dapat saling menyentuh.     

Keduanya saling menatap tanpa berkata apa-apa selama hampir satu menit.     

"Uhm... kurasa, kalau aku boleh menukar satu kekuatanku dengan yang lain... aku mau menjadi seorang space master," kata Emma akhirnya. Suaranya terdengar malu-malu, tetapi sangat bersungguh-sungguh.     

Therius menatap Emma lekat-lekat. Sepasang mata biru topaznya tampak berkilat penuh rasa ingin tahu. "Kenapa kau ingin menjadi space master?"     

Emma menunduk malu-malu. "Agar aku bisa berpindah tempat dan ada di sana bersamamu..."     

DEG!     

Entah kenapa, saat mendengar kata-kata Emma itu, hati Therius terasa begitu hangat. Ia pun memikirkan hal yang sama. Ingin sekali rasanya ia menghambur dan mencium gadis itu. Sayangnya mereka terpisah jarak ribuan kilometer.     

Pria itu tersenyum manis, menunjukkan lesung pipinya yang tersembunyi dan hanya terlihat saat ia benar-benar sedang senang. Suaranya terdengar dipenuhi keharuan saat ia bicara. "Aku pun sangat berharap kau ada di sini sekarang..."     

Ia merasa sejak ia dan Emma tidak terpisah, sikap gadis itu menjadi semakin hangat kepadanya. Ia dapat merasakan bahwa Emma merindukannya, dan kini Emma bahkan mengatakan hal itu dari bibirnya sendiri.     

Apakah ini merupakan pertanda bahwa Emma sekarang sudah mulai mencintainya? Setelah bersama selama hampir 1,5 tahun dan menikah selama lima bulan, kini Therius merasa bahwa Emma telah benar-benar menjadi miliknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.