Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Cinta Yang Berbalas



Cinta Yang Berbalas

0Therius mengangkat tangannya seolah hendak mengusap rambut Emma. Namun, tentu saja tangannya hanya melayang di udara karena ia tidak dapat menyentuh gadis itu.     

"Aku tahu," kata Emma. Ia menunduk. Ah... ia ingin sekali balas mengatakan kepada Therius bahwa ia mencintai lelaki itu, tetapi ia tidak tahu bagaimana menyampaikannya.     

"Aku tidak sabar ingin bertemu denganmu lagi," kata Therius lagi. "Setiap malam aku harus minum wine untuk membantuku tidur, karena aku tidak terbiasa tidur tanpa tubuhmu dalam pelukanku. Kurasa menikah denganmu selama beberapa bulan ini telah membuatku manja."     

Dada Emma terasa berdebar mendengar Therius bicara panjang lebar tentang perasaannya kepada Emma dan betapa ia sangat merindukan tubuh wanita itu di sampingnya.     

Emma tahu Therius tidak terbiasa minum wine dan pengakuannya bahwa ia sekarang terbiasa minum wine untuk membantunya tidur tanpa Emma, membuat gadis itu merasa semakin merindukan Therius dan berharap ada di samping pria itu dan berbaring di sampingnya, memeluknya sambil memejamkan mata, dan merasakan desah napas pria itu di rambutnya.     

Emma menjadi bertanya-tanya. Ahh.. apakah ia akan sanggup menjalani hidup terpisah seperti ini selama tiga tahun ke depan?     

Mengapa ia merasa tekadnya menjadi begini lemah? Bukankah selama ini Emma adalah seorang gadis yang pragmatis dan tidak mementingkan perasaan pribadinya?     

Kenapa sekarang ia menjadi begitu terikat kepada Therius dan ingin selalu bersamanya? Astaga.. rasanya situasi ini sangat asing baginya.     

Apakah ini rasanya mencintai seseorang dan menghabiskan begitu banyak waktu bersama dengannya sehingga menimbulkan kedekatan emosional yang begini dalam?     

Emma merasa hubungannya dengan Therius berbeda dengan hubungannya dengan Haoran. Mungkinkah ini terjadi karena Emma sudah menghabiskan lebih banyak waktu bersama Therius dan menjalani kehidupan berumah tangga yang hangat untuk waktu yang jauh lebih lama?     

Kedekatan emosionalnya bersama Therius berkali-kali lipat lebih erat karena mereka selalu bersama. Hubungan intim di antara keduanya juga begitu intense dan kaya.     

Bukan saja penampilan mereka mirip, tetapi sifat keduanya juga saling mengisi. Emma yang dingin dan tertutup, memiliki kepribadian yang mirip dengan suaminya.     

Bagi orang luar, kedua orang ini adalah pasangan yang dingin dan sulit dimengerti. Tetapi terhadap sesamanya, Emma dan Therius benar-benar seperti minyak bertemu api. Tanpa perlu bicara pun, mereka bisa saling mengerti satu sama lain.     

Di dalam diri Therius, Emma seolah melihat dirinya sendiri dalam versi laki-laki. Ia sering mendengar bahwa biasanya orang akan tertarik kepada orang yang berlawanan sifat dengan mereka. Namun, untuk kasusnya dan Therius, ia justru menyukai semua persamaan yang ada di antara mereka berdua.     

Therius yang yatim piatu paling mengerti kondisi Emma yang juga sudah sama-sama kehilangan orang tuanya, dan ia berusaha menjadi keluarga gadis itu, menyayanginya, melindunginya, dan mendukungnya untuk maju.     

Ahh.. kehidupan mereka berdua sangat bahagia. Selama berbulan-bulan mereka hampir tidak pernah terpisahkan karena Therius tidak pernah mau jauh dari Emma, kecuali saat ia sedang bekerja.     

Kini... berpisah secara tiba-tiba begini, ternyata Emma baru menyadari bahwa ia tidak sekuat itu.     

Mengapa rasanya ia hanya ingin menghambur ke pelukan suaminya dan memeluknya, serta menciumnya?     

Padahal ini baru tiga hari, pikir Emma.     

Bagaimana rasanya setelah tiga bulan? Atau tiga tahun?     

Uff.. kenapa hatinya terasa begitu takut membayangkan berpisah dari Therius untuk waktu yang begitu lama?     

"Aku.. aku rasa aku juga begitu," kata Emma akhirnya. "Aku selalu memikirkanmu sebelum aku tidur. Sangat sulit rasanya membiasakan diri di tempat ini tanpa dirimu."     

Sepasang mata topaz Therius berkilauan mendengar kata-kata Emma yang diucapkan dengan malu-malu itu. Apakah ia tidak salah dengar? Emma juga mengatakan hal yang sama?     

"Apakah kau mau pulang ke ibukota dan melupakan saja sekolahmu?" tanya Therius sambil tersenyum. "Aku akan menjemputmu sekarang juga."     

Emma buru-buru melambaikan tangannya dan menggeleng. "Ahahaha.. tidak usah. Jangan seekstrem itu. Kurasa ini biasa terjadi di awal-awal perpisahan. Kita hanya perlu membiasakan diri."     

"Benarkah? Kau tidak mau kujemput pulang?" tanya Therius lagi. "Aku bisa mengajarimu sendiri telemancy dan pyromancy. Selebihnya kita akan mengundang guru-guru terbaik ke istana."     

Emma terdiam. Ia juga tergoda untuk pulang, saat melihat suaminya berada begitu dekat dengannya seperti ini.     

Ah.. manusia memang mahkluk yang serakah, pikirnya. Di zaman dulu sekali, sebelum teknologi menjadi maju, banyak pasangan yang harus hidup terpisah dan hanya dapat mengandalkan surat-menyurat untuk mengungkapkan kerinduan dan rasa cinta.     

Surat itu terkadang membutuhkan waktu berbulan-bulan baru dapat dibaca oleh si jantung hati. Lalu, teknologi menjadi semakin maju dan manusia dapat menggunakan telepon, lalu sambungan video... tetapi selalu rasanya tidak pernah cukup.     

Kini, Emma seharusnya merasa bersyukur karena dapat bertemu dan berbincang-bincang dengan suaminya melampiaskan kerinduan dengan hologram 3D seperti ini, tetapi ia tetap merasa serakah dan ingin dapat menyentuh dan menciumnya.     

Gadis itu memaksa dirinya menggeleng. "Tidak. Aku akan bertahan. Aku ingin melihat dunia dan bertemu teman-teman baru."     

"Baiklah," kata Therius. Ia mengangguk sambil tersenyum manis. Ia senang Emma masih tetap Emma yang pragmatis seperti yang dikenalnya. Walaupun gadis itu jelas sangat merindukannya dan ingin pulang, tetapi ia tetap bertahan.     

Inilah Emma yang ia kenal dan cintai. Emma adalah seorang gadis yang tabah dan kuat pendiriannya. Kalau ia tidak seperti itu, mungkin semua tragedi yang menimpanya telah membuat gadis itu hancur.     

"Aku akan bersabar. Beberapa hari lagi kau akan kemari," kata Emma malu-malu, mengalihkan pembicaraan. Ia tidak mau berlama-lama membahas tentang kerinduannya kepada Therius karena ini masih merupakan hal yang asing baginya.     

"Baiklah." Di titik ini, Therius sudah sangat mengenal Emma dan ia mengerti bahwa gadis itu masih merasa canggung dalam mengungkapkan perasaannya.     

Ia menyadari bahwa malam sudah sangat larut di Innstad dan sudah waktunya bagi Emma untuk tidur. Karena itu ia memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan.     

"Sebaiknya kau tidur. Aku akan melanjutkan pekerjaanku. Sampai jumpa beberapa hari lagi," kata pria itu.     

Emma mengangkat wajah dan menatap wajah tampan itu berlama-lama, sebelum kemudian mengangguk. "Baiklah."     

Therius mengangkat tabletnya untuk mematikan sambungan. Sebelum melakukannya, seperti biasa ia mengucapkan kata cinta. "Selamat tidur. Aku sangat mencintaimu."     

Kali ini ia menunggu.     

Dengan malu-malu Emma mengangguk. "Aku juga sangat mencintaimu."     

Setelah sambungan terputus, akhirnya Emma memutuskan untuk membersihkan wajahnya dan kemudian berbaring di tempat tidur.     

Waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam dan ia memang harus tidur agar besok tubuhnya segar untuk menghadiri briefing tantangan orientasi.     

Sementara itu, di dalam kamar kerjanya di istana raja Akkadia, Therius masih berdiri terpaku, hingga sepuluh menit setelah sambungan terputus.     

Ia merasa begitu terharu saat mendengar kata-kata Emma yang membalas pernyataan cintanya. Dadanya berdebar-debar dan terasa begitu hangat.     

Inikah rasanya cinta yang berbalas?     

Ternyata indah sekali...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.