Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Kalau Kau Bahagia, Aku Bahagia



Kalau Kau Bahagia, Aku Bahagia

0Ahh... Therius tak dapat memutuskan apa yang lebih ia inginkan, segera memiliki anak bersama Emma atau tidak. Ia akan menyerahkan saja kepada Emma untuk mengambil keputusan.     

"Aku ikut apa katamu," kata Therius sambil mengangguk. "Aku tahu kau masih ingin bersekolah ke akademi."     

"Benar," kata Emma. "Kalau sampai aku hamil, akan sulit bagiku meneruskan pendidikanku. Lagipula aku masih harus sangat banyak menyesuaikan diri. Akkadia adalah tempat baru bagiku."     

"Aku akan memastikan kita tidak punya anak dulu," kata Therius kemudian. "Kalau itu yang kau inginkan, kau tidak usah kuatir."     

"Terima kasih," kata Emma.     

Mereka lalu membicarakan rencana-rencana Therius dalam pemerintahannya dan bagaimana Emma akan melanjutkan pelajarannya bersama Atila selama beberapa bulan, hingga tiba waktunya untuk masuk ke akademi.     

"Kau mau masuk ke akademi sebagai orang biasa?" tanya Therius memastikan. "Aku dapat mengirim beberapa pengawal untuk masuk akademi bersamamu agar mereka dapat melindungimu. Ada dua orang pengawal perempuan yang masih muda. Mereka dapat menjadi siswa di sana."     

"Hmm.. kurasa itu terlalu berlebihan," kata Emma. "Pengawal yang masih muda kurang berpengalaman. Aku lebih suka jika kau mengirim pengawal yang sudah senior dan mereka mengambil posisi sebagai staf di akademi. Kurasa gerakan mereka juga akan lebih bebas."     

"Ahh.. kau benar," kata Therius. "Dulu, waktu aku menyamar sebagai Therius Moria untuk masuk ke akademi, Kakek juga mengirim dua pengawal untuk menjagaku di sana dan mereka tinggal di kompleks akademi."     

Pikiran Therius melayang ke masa lalu saat ia masih belajar bersama Xion di akademi. Tiba-tiba saja ia merasa rindu kepada sahabatnya itu.     

Ahh.. di mana gerangan Xion sekarang?     

"Baiklah. Kalau kau ingin masuk ke akademi, mereka membuka kelas baru 5 bulan dari sekarang. Kurasa cukup waktu bagimu untuk mempersiapkan diri bersama Atila. Aku bisa menyuruh Atila bekerja sebagai dokter di klinik akademi. Dengan demikian ia akan selalu dapat mendampingimu. Bagaimana pendapatmu?"     

"Aku suka itu."     

"Baiklah. Kau bisa pulang ke istana setiap akhir pekan atau sebulan sekali," kata Therius. Ia menatap Emma dengan pandangan sendu. "Aku akan merindukanmu saat kau di sana."     

Ahh.. ia hanya punya waktu 5 bulan lagi bersama Emma sebelum istrinya harus pergi meninggalkan istana dan tinggal di akademi untuk belajar menjadi mage. Therius bertekad akan memanfaatkan waktu ini sebaik-baiknya.     

Mereka menghabiskan waktu duduk di balkon dan memandang senja bersama. Rasanya, Therius ingin membekukan waktu agar dapat terus bersama Emma. Hatinya belum pernah sebahagia ini.     

***     

Pasangan pengantin baru itu memilih untuk berlibur selama seminggu hanya berdua saja. Therius menyerahkan semua urusan pemerintahan kepada para mentri dan meminta agar ia sama sekali tidak diganggu selama seminggu itu kecuali jika ada urusan yang sangat penting.     

Sebenarnya, kalau boleh, ia ingin sekali menghabiskan waktu setahun hanya berdua saja bersama istrinya sebelum ia kembali harus disibukkan dengan urusan pemerintahan. Ah... setidaknya kalau bisa, selama lima bulan sebelum Emma berangkat ke akademi.     

Tetapi sayangnya, ia tak dapat melakukan itu. Sebagai raja yang masih baru, ia tidak boleh berlama-lama meninggalkan kotaraja. Ia masih harus menegakkan pemerintahannya dan memastikan semua berjalan baik, sebelum ia dapat pergi dan memiliki lebih banyak waktu untuk dirinya sendiri.     

Bisa dibilang, selama lima tahun pertama adalah masa formatif pemerintahannya sebagai raja baru. Ini adalah masa paling kritis untuk memastikan kekuasaannya kuat dan tidak dapat digoyahkan siapa pun.     

Sepupunya, Yared masih ada, dan sisa-sisa pendukung Heron dan Ratu Ygrit juga masih menyebar di mana-mana. Terren juga tidak dapat dipandang remeh. Sebagai kerajaan berdaulat, sekarang mereka memiliki pengaruh yang juga besar karena mereka memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk yang hampir setara dengan Akkadia.     

"Hmmm... nanti, kalau kau sudah menyelesaikan pendidikanmu dan kembali ke Akkadia, aku akan mengambil waktu beberapa bulan untuk bersamamu. Kita akan bepergian dan menghabiskan waktu hanya berdua," kata Therius sambil membelai pipi Emma yang sedang duduk di pangkuannya.     

Tangan kirinya memegang dokumen pemerintahan yang sedari tadi ia baca tanpa dapat berkonsentrasi. Tubuh Emma terlalu menggoda. Akhirnya ia tidak tahan lagi dan menaruh dokumen itu di meja.     

"Kau akan membawaku kemana?" tanya Emma sambil menolehkan kepalanya ke arah Therius.     

"Ada sangat banyak tempat yang indah di planet Akkadia ini. Aku ingin menunjukkan semuanya kepadamu. Dulu setiap liburan sekolah, aku dan Xion akan bertualang bersama dan..." Kata-kata Therius terhenti.     

Ia kembali teringat kepada Xion dan tidak dapat berkata apa-apa lagi. Ia sangat merindukan sahabatnya itu. Mengapa hidup harus begini? Mengapa mereka harus putus hubungan pertemanan karena perempuan?     

Emma terdiam melihat sikap Therius. Ia dapat menduga apa yang sedang dipikirkan suaminya. Ia pun merasa kehilangan Xion walaupun mereka berteman tidak selama Therius dan Xion. Ia dapat mengerti.     

"Beri dia waktu," hanya itu yang dapat dikatakan Emma.     

Therius mengangguk. "Kurasa aku tidak punya pilihan lain."     

Ia tidak tahu berapa tahun kira-kira Xion dan ia akan dapat memulihkan hubungan di antara mereka, atau jangan-jangan tidak akan pernah pulih.     

"Xion perlu bertemu dengan perempuan lain dan jatuh cinta," kata Therius. "Tapi sayangnya dia senang menyepi dan tinggal di gunung. Bagaimana dia bisa bertemu orang lain kalau dia seperti itu?"     

Emma membenarkan ucapan Therius. "Kau benar juga."     

Ia mendesah panjang. Emma sangat ingin melihat Xion bahagia. Mungkin kalau Xion jatuh cinta dengan perempuan lain dan melupakannya, mereka akan dapat kembali berhubungan sebagai teman.     

Tetapi masalahnya adalah Xion tidak akan dapat bertemu perempuan lain kalau ia tidak turun gunung. Ia kemarin juga bertemu Emma karena Therius mengajaknya pergi ke bumi untuk menjemput gadis itu.     

"Kau terlihat sedih," komentar Therius. "Kuharap kau tidak sedang memikirkan Xion. Kau sudah bersuami. Sebaiknya jangan memikirkan laki-laki lain. Aku akan sedih."     

Emma menepuk tangan Therius sambil mengerucutkan bibirnya. "Kau tahu aku menganggapnya teman. Tentu saja aku memikirkan nasibnya."     

Emma menganggap Therius juga sebagai teman, tetapi mereka akhirnya menikah, jadi jawabannya barusan tidak membuat suaminya tenang.     

Therius merasa hubungan seksual mereka luar biasa, walaupun cinta di antara mereka baru satu arah. Ia tak dapat membayangkan jika Emma nanti benar-benar mencintainya. Mungkin hubungan kasih di antara mereka akan jauh lebih memuaskan lagi.     

Ia benar-benar berharap waktu itu akan datang, dan Emma akan dapat mencintainya sama dalamnya seperti ia mencintai gadis itu.     

"Aku akan mengadakan pesta ulang tahun yang meriah," kata Therius kepadanya. "Aku ingin membuatmu terhibur."     

Emma mengerutkan kening mendengar kata-kata Therius. "Itu kan ulang tahunmu. Kenapa kau ingin mengadakan pesta untuk menghiburku? Adakanlah pesta untuk dirimu sendiri, jangan untuk orang lain."     

Therius tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Aku akan mengadakannya untukmu, karena kau kalau bahagia, aku juga akan bahagia."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.